Setiap tanggal 2 Mei bangsa Indonesia memperingatinya sebagai hari pendidikan nasional. Penetapan hari pendidikan nasional tersebut merujuk pada tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara. Beliau dinobatkan sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia.
Namun, ada sebagian orang yang kurang bahkan tidak setuju kalau Ki Hadjar Dewantara dinobatkan sebagai bapak pendidikan nasional. Sebagian orang tersebut mengganggap kalau Kiai Ahmad Dahlan lebih pantas dinobatkan sebagai bapak pendidikan nasional daripada Ki Hadjar Dewantara.
Mereka berpendapat bahwa jasa Kiai Ahmad Dahlan untuk pendidikan di Indonesia lebih besar daripada Ki Hadjar Dewantara. Hal tersebut dibuktikan dengan berdirinya organisasi Muhammadiyah yang jauh sebelum berdirinya perguruan Tamansiswa.
Lebih dari itu, ada juga sebagian orang yang mengaitkan penetapan Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional sebagai upaya deislamisasi di Indonesia. Namun, ada beberapa hal menurut saya yang membuat Ki Hadjar Dewantara memang lebih pantas menjadi bapak pendidikan nasional daripada Kiai Ahmad Dahlan.
Ki Hadjar Menyelamatkan Pendidikan Indonesia
Pada tanggal 1 Oktober 1932, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan ordonansi sekolah liar. Ordinansi sekolah liar adalah sebuah peraturan perundang-undangan yang mengharuskan seluruh pelaksanaan dan isi pelajaran dalam lembaga pendidikan yang ada di Indonesia agar sesuai dengan ketentuan pemerintah kolonial Belanda.
Peraturan tersebut oleh Ki Hadjar Dewantara dianggap mengancam eksistensi sekolah-sekolah liar (baca: swasta), termasuk pesantren dan perguruan Tamansiswa. Sebab peraturan tersebut menyatakan bahwa pemerintah kolonial Belanda mempunyai kekuasaan penuh atas penyelenggaraan dan isi pendidikan sekolah liar tersebut.
Hal tersebut berarti bahwa kurikulum dan guru yang ada di sekolah liar harus sesuai dengan kriteria yang berasal dari pemerintah kolonial Belanda. Apabila hal tersebut benar-benar terjadi, maka akan berdampak buruk terhadap keberlangsungan pendidikan dan ajaran Islam di Indonesia.
Untuk mengahadapi hal tersebut, beliau mengirim telegram kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda di Bogor. Telegram tersebut dikirim saat hari pertama pemberlakukan ordonansi sekolah liar tersebut. Telegram tersebut menyatakan bahwa beliau menentang keras peraturan tersebut dan mengancam akan melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Beliau pun akhirnya tetap menjalankan perguruan Tamansiswa, meskipun pada saat itu beberapa cabang Tamansiswa ditutup paksa. Sebab beliau tidak mau mengakui undang-undang sekolah liar yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda tersebut.
Juga Menyelamatkan Pesantren
Menanggapi perlawanan yang terjadi tersebut, pemerintah kolonial Belanda mengirimkan utusan untuk berunding dengan Ki Hadjar Dewantara mengenai peraturan tersebut. Perundingan tersebut berlangsung pada tanggal 19-21 Oktober 1932. Pihak penjajah mengirimkan Mr. Kiewiet de Jong untuk datang berunding di Pondok Dewantara.
Melalui perundingan tersebut, undang-undang sekolah liar pada akhirnya dinyatakan tidak dapat diterapkan, sehingga ditunda selama satu tahun. Lalu pada akhirnya, pemerintah kolonial menyusun UU baru yang lebih bersahabat terhadap sekolah liar. Contohnya seperti kurikulum dan guru yang ada di sekolah liar tidak harus sama dengan kriteria yang dibuat oleh pemerintah kolonial.
Peristiwa tersebut menunjukan jasa besar beliau dalam menyelamatkan pendidikan di Indonesia, termasuk pesantren. Seandainya ordonansi sekolah liar benar-benar diterapkan, maka hal tersebut juga akan membuat ajaran Islam hilang dari Indonesia.
Hal tersebut dikarenakan akan membuat lembaga-lembaga pendidikan Islam banyak yang tutup dan dihilangkan ajaran Islamnya. Sebab kurikulum atau isi pendidikan lembaga Islam harus berasal dari pemerintah kolonial yang kemungkinan besar tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Ki Hadjar Merumuskan Pendidikan Nasional
Ki Hadjar Dewantara merupakan Menteri Pendidikan Indonesia yang pertama. Hal tersebut berarti bahwa beliau terlibat langsung dalam perumusan pendidikan nasional Indonesia. Maka, wajar saja kalau beliau dinobatkan sebagai bapak pendidikan nasional Indonesia.
Menurut saya, Ki Hadjar memang lebih pantas menjadi bapak pendidikan nasional Indonesia dari pada Kiai Ahmad Dahlan. Kiai Dahlan memang telah berkonstribusi besar terhadap pendidikan Indonesia jauh sebelum Tamansiswa lahir.
Namun nyatanya, Kiai Dahlan tidak terlibat langsung dalam perumusan pendidikan nasional pasca kemerdekaan Indonesia. Ditambah lagi, beliau juga sudah wafat sebelum Indonesia merdeka dan pendidikan nasional dirumuskan.
Sebagian orang yang mengganggap bahwa Kiai Ahmad Dahlan lebih pantas menjadi bapak pendidikan nasional Indonesia merupakan hal yang wajar. Pada awalnya, saya juga sempat bepikiran seperti itu. Dulu saya mengganggap kalau jasa Kiai Ahmad Dahlan lebih besar dari jasa Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan di Indonesia.
Namun, setelah saya telusuri lebih dalam tentang Ki Hadjar Dewantara, ternyata beliau pernah berjasa menyelamatkan pendidkan Indonesia dari cengkeraman penjajah. Hal itulah yang paling membuat saya yakin kalau beliau memang layak dinobatkan sebagai bapak pendidikan nasional Indonesia.
Editor: Rifqy N.A./Nabhan