Opini

Kiai Dawam: Cintailah Ilmu, Pengabdian, dan Ibadah

2 Mins read

أحبوا العلم والعمل والعبادة يأتيكم الدنيا. ولا تحبوا الدنيا، لأن حب الدنيا رأس كل خطيئة.”

“Cintailah ilmu (belajarlah dengan serius), kerja (berpengabdianlah dengan fokus), dan ibadah (berdoalah, berpuasalah, shalat berjamaah dan qiyam al-layl, serta bersedekahlah di waktu Subuh), maka dunia akan datang dengan sendirinya. Jangan kalian mencintai dunia secara berlebihan, karena cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan.”
— Kiai Muhammad Dawam Saleh

Kenapa Mencintai Ilmu?

Mencintai ilmu adalah fondasi pertama dari kemuliaan manusia. Dalam pandangan Islam, ilmu bukan sekadar alat untuk mencari pekerjaan, tetapi jalan menuju pencerahan, kebijaksanaan, dan kedekatan dengan Allah. Allah sendiri mengangkat derajat orang berilmu (QS. al-Mujādalah: 11).

Kiai Muhammad Dawam Saleh menegaskan pentingnya mahabbah (cinta) terhadap ilmu. Kata ‘cintailah’ menuntut keterikatan emosional dan spiritual dengan proses belajar. Dalam konteks modern, mencintai ilmu berarti membangun mental long life learner — pembelajar sepanjang hayat. Pesan Kiai Dawam relevan: dunia akan datang kepada orang yang tekun menuntut ilmu, bukan kepada yang mengejarnya.

Kenapa Mencintai Pengabdian?

Setelah ilmu, cinta kedua yang diajarkan Kiai Dawam adalah ‘amal — pengabdian. Ilmu tanpa pengabdian ibarat cahaya tanpa arah. Pengabdian adalah cara ilmu menemukan relevansinya dalam kehidupan sosial. Nabi Muhammad ﷺ bersabda: ‘Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.’ (HR. Ahmad).

Mencintai pengabdian berarti menjadikan kerja sebagai ibadah. Dalam bahasa Kiai Dawam, ‘kerja (mengabdi dengan fokus)’ adalah bentuk amal shalih yang konkret. Dunia akan menghampiri orang yang tekun bekerja, bukan yang sibuk mengejar dunia.

Kenapa Mencintai Ibadah?

Cinta ketiga adalah ibadah. Dalam ajaran Kiai Dawam, ibadah tidak hanya dimaknai ritual — shalat, puasa, qiyam al-layl, sedekah Subuh — tetapi juga spiritualitas yang menghidupkan ilmu dan amal. Ibadah adalah napas yang menumbuhkan keikhlasan dalam belajar dan bekerja.

Baca Juga  Tidak Ada Habib di Muhammadiyah

Tanpa ibadah, ilmu bisa menjadi sumber kesombongan, dan kerja bisa berubah menjadi ambisi duniawi. Ibadah adalah pengingat bahwa segala yang kita lakukan bukan untuk dunia, tetapi untuk Allah.

Kebaikan Ilmu, Pengabdian, dan Ibadah: Derajat Tinggi untuk Masa Depan

Ilmu, pengabdian, dan ibadah — tiga cinta yang diajarkan Kiai Muhammad Dawam Saleh — bukan tiga jalan yang berbeda, melainkan satu kesatuan utuh dalam bangunan kehidupan Islami. Ilmu memberi arah, pengabdian memberi manfaat, ibadah memberi makna. Ketika tiga hal ini bersatu, lahirlah manusia paripurna: alim, amil, dan abid.

Pesan beliau mengandung etika tazkiyah (penyucian niat): jangan mencintai dunia, karena cinta dunia adalah akar segala kesalahan. Ketika ilmu, amal, dan ibadah dicintai karena Allah, dunia akan datang sebagai hikmah, bukan jebakan.

Cintailah ilmu, karena di sana cahaya akal bersemi. Cintailah pengabdian, karena di sana kemanusiaan berwujud. Cintailah ibadah, karena di sana ruh menemukan sumbernya. Dunia datang kepada mereka yang berilmu, beramal, dan beribadah — bukan karena mereka mengejarnya, tapi karena Allah mempercayakannya kepada mereka.

Avatar
20 posts

About author
Ketua STIQSI Lamongan; Sekretaris PDM Lamongan; Ketua Divisi Kaderisasi & Publikasi MTT PWM Jawa Timur
Articles
Related posts
Opini

Merancang Generasi Pemberontak ala Ahmad Dahlan

3 Mins read
Anak muda bukan sekadar “matahari terbit”. Mereka adalah energi potensial yang perlu diarahkan menjadi kekuatan pembaru. Di sini, Ahmad Dahlan bukan sekadar…
Opini

Melukai Hati Masyarakat: Saat Musibah Diukur Dengan Viralitas, Bukan Fakta di Lapangan

3 Mins read
Pernyataan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto bahwa banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak perlu didiskusikan panjang lebar terkait…
Opini

Agus Salim: Sintesis Islam–Nasionalisme dalam Model Diplomasi Profetik Indonesia

3 Mins read
Pendahuluan Di antara tokoh-tokoh perintis Republik, nama KH. Agus Salim (1884–1954) berdiri sebagai figur yang tidak hanya cemerlang dalam kecerdasan linguistik dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *