IBTimes.ID – Pengalaman mengikuti KKN PLUS 2024 di Pondok Pesantren Al Islamy Kebon Jambu adalah salah satu momen yang tidak hanya membuka wawasan, tetapi juga memperkuat pemahaman tentang pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mewujudkan kemajuan sosial dan keagamaan.
KKN PLUS ini diinisiasi oleh Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta, sebagai model KKN yang berbeda daripada KKN yang telah umum dilakukan, karena KKN PLUS ini diadakan di Pesantren.
Hal unik lainnya, satu kelompok terdiri dari lima orang dan satu dosen pembimbing, sehingga walaupun ada 10 orang yang mengikuti KKN PLUS, tetapi ada dua kelompok berbeda dengan dua dosen pembimbing yakni Bapak Dr. Sarli Amri, S.Pdi., M.Ag dan Bapak Ahmad Eko Saputro, S.E., M.M dengan projek yang berbeda pula.
KKN PLUS ini langsung di bawah koordinasi LP3M ITB-AD dan didukung oleh AMAN Indonesia, Sadigi, dan KemenPPPA RI. Kegiatan ini diperkaya dengan pelaksanaan seminar nasional bertema “Kemitraan Global untuk Keulamaan Perempuan, Islam Wasathiyah, Nilai-nilai Empati-Simpati, serta SDM yang Unggul, Kompetitif, dan Keberlanjutan Kader Perserikatan,” yang dihadiri oleh sejumlah tokoh terkemuka.
Seminar KKN PLUS ditutup secara resmi oleh Rektor ITB-AD Bapak Dr. Yayat Sujatna, SE, M.Si. Adapun seminar ini menghadirkan Indra Gunawan, S.K.M., M.A. staf ahli bidang Hukum dan HAM Kementerian PPA RI, Ruby Kholifah, Direktur AMAN Indonesia, serta Dr. Sarli Amri, S.Pdi., M.Ag.
Kepala LPP AIK ITB Ahmad Dahlan Jakarta memberi perspektif yang mendalam dan relevan terhadap tantangan serta peluang dalam membangun komunitas Islam yang inklusif dan moderat. Pembahasan mengenai peran ulama perempuan menjadi sorotan utama.
Dalam konteks Indonesia yang plural, pentingnya ulama perempuan yang berperan aktif dalam merespons isu-isu keagamaan dan sosial menjadi suatu keharusan, terutama di tengah dinamika global yang semakin kompleks.
Islam Wasathiyah atau Islam moderat, juga menjadi pokok pembahasan yang sangat relevan. Seminar ini menggarisbawahi bahwa Islam Wasathiyah adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, toleran, dan menghargai keberagaman.
Nilai-nilai empati dan simpati yang ditekankan selama seminar mencerminkan semangat Islam yang mengedepankan perdamaian dan keadilan sosial. Dalam era digital yang sering kali diwarnai oleh disinformasi dan polarisasi, nilai-nilai ini menjadi landasan penting dalam membangun masyarakat yang adil dan beradab.
Selain itu, seminar ini menyoroti pentingnya membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan kompetitif, terutama dalam keberlanjutan kader perserikatan.
Diskusi ini tidak hanya berbicara tentang kapasitas intelektual, tetapi juga menekankan karakter moral dan etika yang harus dimiliki oleh para pemimpin masa depan.
Dalam perspektif ini, keberlanjutan organisasi dan kaderisasi di lingkungan keagamaan seperti Muhammadiyah sangat bergantung pada pembentukan individu-individu yang memiliki keunggulan spiritual dan profesional.
Secara keseluruhan, pengalaman mengikuti KKN PLUS 2024 dan terlibat dalam seminar nasional ini telah memperkuat keyakinan saya bahwa kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat adalah jalan terbaik menuju pembangunan sosial yang inklusif dan berkelanjutan.
Melalui penguatan kemitraan global, pengembangan ulama perempuan, dan pengarusutamaan nilai-nilai Islam Wasathiyah, kita dapat mendorong terciptanya masyarakat yang tidak hanya kompetitif tetapi juga penuh empati dan simpati terhadap sesama.
Pengalaman ini mengajarkan bahwa perubahan sosial yang besar selalu dimulai dari langkah kecil, seperti yang kami lakukan di Pondok Pesantren Al Islamy Kebon Jambu. Sebagai bagian dari generasi muda, saya semakin terdorong untuk terus berkontribusi dalam upaya mewujudkan Indonesia yang lebih baik, adil, dan berkeadaban.
(Larasati Fitriani/Soleh)