Beberapa waktu yang lalu, beredar di linimasa medsos narasi tentang kebangkitan kembali Partai Komunis Indonesia (PKI). Edaran ini disertai dengan ajakan agar mewaspadai ideologi komunisme. Beberapa kelompok masyarakat melakukan aksi unjuk rasa disertai dengan pembakaran bendera berlambang palu dan arit. Kelompok masyarakat tersebut menyerukan agar diadakan aksi bakar bendera PKI serentak di seluruh Indonesia.
Isu kebangkitan PKI bukan hal yang asing bagi kita, biasanya isu ini berhembus menjelang tanggal 30 September. Hal ini menyebabkan adanya polemik di masyarakat terkait peristiwa Gerakan 30 September (G30S). Jika pada masa orde baru, masyarakat tidak bisa bersuara mengenai G30S/PKI selain versi penguasa, maka reformasi membuka keran kebebasan untuk menyuarakan beragam pandangan. Mencuatlah polemik antara yang menganggap PKI dalang G30S dengan yang menganggap PKI korban konspirasi CIA.
Polemik soal PKI di kalangan warganet kemudian menjadi ritual tahunan, yang otomatis mereda lalu muncul lagi di tahun berikutnya. Mirip-mirip seperti polemik soal Kartini sebagai tokoh perempuan, polemik boleh tidaknya maulid Nabi Muhammad SAW, polemik boleh tidaknya Hari Valentine dan lain-lain. Baru tahun ini, narasi kebangkitan PKI muncul lebih awal dari bulan September, alasannya karena 23 Mei adalah hari ulang tahun PKI.
Polemik tentang kebangkitan PKI tahun ini tidak terlalu ramai seperti tahun-tahun sebelumnya, dikarenakan masyarakat lebih fokus pada pandemi Corona yang masih mengancam kita. Terlepas dari polemik yang sudah menjadi rutinitas tahunan, saya ingin mencoba memberikan sedikit perspektif terkait hakikat komunisme dan kemungkinan bangkitnya kembali PKI.
Sebenarnya komunisme itu adalah paham di mana masyarakat akan mencapai kesejahteraan manakala tidak ada lagi kepemilikan individu. Kekayaan dalam sistem komunis dimiliki oleh komunitas. Jika saya bekerja maka hasil kerja saya diberikan kepada komunitas. Jika saya butuh sesuatu maka saya tinggal mengambil dari komunitas.
***
Dalam sistem komunis tidak ada yang kaya dan miskin, semuanya sama. Bahasa yang sudah akrab di masyarakat kita, sama rata sama rasa. Masyarakat komunis adalah cita-cita tertinggi dari gagasan ekonomi Karl Marx. Di mana dalam sistem komunis, tak ada lagi penindasan, penghisapan dan eksploitasi antar sesama manusia. Jalan menuju komunisme adalah revolusi, yakni merebut alat-alat produksi yang dimiliki oleh kaum kapitalis. Kaum proletar seluruh dunia harus bersatu guna melakukan revolusi ini.
Partai Komunis Indonesia sebagaimana namanya, memperjuangkan ideologi komunisme. Sebagaimana saya uraikan barusan, komunisme pada asalnya adalah paham ekonomi. Namun yang tertanam dalam masyarakat Indonesia selama ini adalah komunisme sama dengan ateisme. Banyak yang menolak komunis bukan karena ideologi ekonominya, namun karena kecenderungan ateismenya.
Menyamakan komunisme dengan ateisme tidak sepenuhnya salah, namun tidak sepenuhnya benar juga. Komunisme identik dengan ateisme bukan tanpa sebab, Karl Marx pernah mengatakan bahwa agama adalah candu. Sebagian pihak menjelaskan bahwa perkataan Marx tersebut adalah bentuk kritik terhadap para agamawan yang membela kapitalisme.
Namun tak dapat dimungkiri bahwa pandangan Marx terhadap ketuhanan dipengaruhi oleh Ludwig Feuerbach yang menyatakan bahwa Tuhan hanyalah proyeksi kesadaran manusia. Baik Feuerbach maupun Marx menjadikan materialisme sebagai pijakan ideologinya, di mana materialisme menolak adanya hal yang nyata di luar materi. Materialisme juga menyatakan bahwa hal material lah yang membentuk kesadaran manusia.
Jika memang terbukti bahwa Marx mempunyai paham yang ateistik, kenapa menyamakan komunisme dengan ateisme juga tidak sepenuhnya benar? Hal ini jelas karena pada dasarnya komunisme adalah ideologi ekonomi, dan ateisme atau teisme adalah ideologi keagamaan. Ternyata ada juga penganut komunisme dalam ekonomi, namun dia tetap beragama dan tidak menjadi ateis.
Misalnya Tan Malaka pernah mengatakan, “Di hadapan Tuhan, saya adalah muslim. Namun di hadapan massa, saya adalah seorang Marxist.” Dalam sejarah dikenal juga seorang ulama yang berpaham komunis namanya Haji Misbach, dikenal juga sebagai Haji Merah.
***
Jika ada komunis yang ternyata tidak ateis, banyak juga ateis yang tidak berpaham komunis. Kita mengenal ilmuwan-ilmuwan ateis modern seperti Stephen Hawking, Richard Dawkins dan Sam Harris. Mereka semua ateis, tapi mereka bukan komunis.
Ideologi komunis sempat berhasil melakukan revolusi di bawah pimpinan Vladimir Lenin pada tahun 1917. Kepemimpinan Rusia berhasil direbut dilanjutkan dengan berdirinya Uni Soviet pada tahun 1922. Joseph Stalin melanjutkan kepemimpinan Lenin. Dalam film dokumenter Commanding Heights, pada masa itu banyak negara yang menjadikan sosialisme ideologinya. Sistem ekonomi liberal klasik kalah populer dengan sosialisme.
Pada awal 1980-an, Rusia dilanda krisis, hal ini menyebabkan dikeluarkannya dua kebijakan yakni Glasnost dan Perestroika. Dua kebijakan ini menandakan runtuhnya komunisme di negara adidaya tersebut. Pada akhirnya tahun 1991 Uni Soviet bubar dan menandakan kekalahan komunisme dan kemenangan kapitalisme. Francis Fukuyama menyebut bahwa kemenangan kapitalisme adalah akhir dari sejarah, dalam artian tidak ada lagi yang bisa menyaingi kapitalisme.
Komunisme pada akhirnya terbukti bangkrut dan gagal sebagai suatu sistem. Menurut Buya Syafii Maarif, komunisme bangkrut karena ingin menjadikan tidak ada lagi yang miskin, namun akhirnya yang terjadi justru rakyat malah menjadi miskin semua. Selain Uni Soviet, Republik Rakyat Tiongkok (RTT) mengubah haluan ekonominya menjadi kapitalis di bawah kepemimpinan Deng Xiao Ping. Walaupun sistem politiknya masih komunis.
Vietnam pun mengikuti jejak RRT, di mana hari ini Vietnam sangat terbuka terhadap investor untuk memajukan industri di dalam negerinya. Yang tersisa tinggal Korea Utara, Kuba dan Venezuela. Melihat kegagalan komunisme yang telah saya uraikan, maka sangat sulit secara rasional untuk membangkitkan kembali PKI. Ideologinya saja sudah banyak ditinggalkan.
Lebih sulit lagi karena hari ini kehidupan kita begitu kapitalistik. Partai yang punya slogan membela wong cilik saja, dalam membuat kebijakan seringkali lebih pro kepada pemilik modal dibanding rakyat. Oleh karenanya saya tidak percaya kalau PKI bisa bangkit kembali, kalaupun mau bangkit siapa yang mau memilih?
***
Apakah saat saya bilang bahwa PKI tidak mungkin bangkit maka berarti saya mendukung PKI? Tunggu dulu. Soal sikap terhadap PKI saya sepakat dengan Iqbal Aji Daryono. Adalah sebuah fakta sejarah di mana PKI banyak melakukan persekusi terhadap pihak yang berbeda ideologi, khususnya umat Islam. Tak hanya persekusi namun sampai ancaman pembunuhan bahkan aksi pembunuhan.
Hal ini menjadi dosa PKI yang kemudian membuat marah banyak pihak terhadap partai satu ini. Namun saya juga tidak sepakat dengan pembunuhan massal pasca pembubaran PKI yang melanggar HAM dan tidak berperikemanusiaan. Apalagi disinyalir banyak korban bukan anggota PKI sungguhan, melainkan hanya tertuduh PKI. Yang jelas mereka dibantai tanpa diadili. Sesuatu yang merupakan catatan kelam bagi bangsa ini yang tak boleh terulang lagi.