IBTimes.ID – Baru-baru ini presiden World Uyghur Congress (WUC) Dolkun Isa mengeluarkan pendapatnya tentang konflik Israel dan Palestina. Melalui laman Twitter pribadinya @Dolkun_Isa ia menulis;
“The World Uyghur Congress strongly condemns the horrific attacks by Hamas against Israeli civilians and is deeply concerned about the prospect of escalation of conflict and further loss of lives. We stand in solidarity with all those suffering from terror and war, and we keep all those impacted by violence in our prayers”.
Begitulah sepenggal cuitan Tweet tentang aksi Hamas dan Israel dari seorang politikus dan aktivis Uighur yang kini tinggal di Jerman dan masih menjabat sebagai presiden Kongres Uighur Sedunia (WUC) sejak 2017 sebagaimana dipublish pada (10/10/23).
Memang sebagian orang menganggap bahwa serangan yang dilancarkan oleh Hamas kepada Israel kali ini dinilai merupakan serangan yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Tentu saja Israel tidak tinggal diam, mereka langsung memberikan serangan balik kepada Hamas. Sehingga memicu kembali konflik antara Israel dan Palestina yang sempat surut.
Sontak para followersnya dibuat kaget dengan pernyataan dari seorang presiden World Uighur Dunia (WUC) itu. Terlihat beberapa komentar yang menyatakan tidak sepakat dan merespon dengan negatif atas pernyataan Dolkun Isa. Di antaranya;
“where’s your outrage when Americans and Israelis are kicking Palestinian Muslims out of their own homes? You are a CIA funded white imperialist pretending to be Muslim. An actual muslim would not hate their own kind this much,” ujar akun milik @moxfactor.
“Hey, be quiet. Don’t reveal your identity. Your master doesn’t want you to do this. Play your Uyghur Muslim role well,” tulis akun @jiomhong.
“You are the shame of the Uyghur community,” ucap akunnya @mairen83522237.
Sebagaimana yang diketahui, World Uyghur Congress (WUC) sendiri adalah sebuah organisasi berbasis internasional yang mewakili segala kepentingan kolektif masyarakat Uighur di mata internasional.
Dilansir dari berbagai sumber, sebelum menjadi presiden WUC, Dolkun Isa menjabat sebagai Sekretaris Jenderal dan Ketua Komite Eksekutif Kongres Uighur Sedunia. Dirinya sangat lantang berbicara mengatasnamakan hak-hak Uighur yang merupakan mayoritas di wilayah tersebut. Dalam berbagai forum, ia juga menyampaikan tentang hak-hak asasi manusia Uighur kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Parlemen Eropa, Pemerintah Eropa, dan Organisasi Hak Asasi Manusia Internasional.
Perdebatan dan perbincangan mengenai pro kontra soal aksi yang dilancarkan Hamas kepada Israel memang sedang hangat diperbincangkan di jagad maya dan dunia nyata. Itu sudah berlangsung lumayan lama. Perbedaan pandangan memang menjadi sebuah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Sampai di meja kopi pun soal Hamas dan Israel juga rame didiskusikan. Perbedaan pendapat tidak jadi masalah. Justru menambah ilmu dan wawasan bersama.
Tapi yang menjadi titik persoalannya, Dolkun Isa dikenal sebagai orang yang gigih memperjuangkan hak asasi manusia untuk kelompok etnis Uighur. Memang itulah branding personal yang selalu dia bangun di mata dunia. Dimana Uighur adalah komunitas etnis muslim yang tersebar di Xinjiang, barat laut China. Etnis Uighur sudah lama terjajah oleh pemerintah Republik Rakyat Tionghoa.
Maka pernyataannya di atas menjadi sungguh aneh bila dicermati. Dimana Dolkun Isa dengan tanpa rasa malu dan ragu mengkritik dan mengecam serangan Hamas kepada Israel, namun diam saja dengan penjajahan Israel atas Palestina yang sudah berlangsung begitu lamanya.
Semua orang boleh saja mengecam aksi yang dilakukan Hamas kali ini benar-benar kelewat batas, termasuk Dolkun Isa. Namun yang menjadi miris dan ironis adalah ketika tidak sama sekali ditemukan jejak rekam media sosial milik Dolkun Isa yang berisi kritik atau kecaman terhadap kejahatan Israel kepada Palestina. Dimana kritik dan kutukan atas nama kemanusiaan itu?
Dari polemik di atas, sebagai muslim di Indonesia, ada beberapa poin yang penting untuk kita garisbawahi;
Pertama, Kongres Uighur Sedunia (WUC) yang dalam hal ini diwakili oleh Dolkun Isa hanya dapat mewakili dirinya sendiri di mata negara-negara dunia. Maka jika ada muncul kecurigaan kepada Dolkun Isa atas sikapnya yang demikian itu wajar-wajar saja. Misalnya, agen CIA, Yahudi yang mengaku-ngaku seorang muslim dll.
Sikapnya yang secara sadar mengklaim bahwa warga Palestina yang membelah tanah airnya adalah preman dan bungkam atas segala bentuk agresi Israel. Tapi apakah mungkin ini adalah wajah asli dari WUC yang selama ini disembunyikan?
Kedua, di tengah perang dan kekacauan, kita bisa melacak baik Kongres Uighur Sedunia (WUC) yang dipimpin oleh Dolkun Isa maupun Asosiasi Pendidikan dan Bantuan Bersama Turkistan Timur di Istanbul, Turki, bukanlah organisasi yang sah dalam arti sebenarnya. Kita kemudian mungkin akan bertanya-tanya, benarkah kedua organisasi ini mewakili komunitas etnis Uighur? Atau hanya musuh dalam selimut? Mereka sembunyi di balik Islam, padahal mereka lah yang mengobarkan perang di dunia Islam.
Ketiga, pada forum Uighur Internasional mendatang di Jepang, Dolkun Isa presiden Kongres Uighur Dunia akan kembali berkhutbah tentang genosida dan kerja paksa yang selama ini dialami oleh masyarakat Uighur. Kabarnya, dia juga akan menggunakan kesempatan ini secara terbuka untuk mendukung agresi brutal Israel kepada Palestina. Kita tunggu saja, apakah ini benar-benar akan terjadi.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim tentu saja akan terus bersuara mengenai kelompok muslim Uighur. Berbagai bentuk aksi solidaritas terus dilakukan oleh para pendukung muslim Uighur di Indonesia, walaupun akhir-akhir ini agak sedikit menurun.
Begitupun dengan Palestina, Indonesia tidak bisa menerima segala bentuk penjajahan yang dilakukan Israel atas warga Palestina. Sebab itulah, amatlah disayangkan jika sosok yang punya posisi strategis di mata dunia, apalagi mengatasnamakan umat Islam, malah bungkam terhadap segala bentuk agresi dan penjajahan Israel atas Palestina dan hanya berani untuk mengkritik aksi Hamas. Tentu itu sebuah pendapat yang tidak bisa dibenarkan!.
(Soleh)