IBTimes.ID, Kalimantan – Pada bulan Juli lalu, kabar gembira datang dari kampus Muda Mendunia. Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil lolos pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendiktrisaintek RI) untuk melakukan penelitian di wilayah hutan Kalimantan, yang dikenal sebagai salah satu paru-paru dunia. Pengumuman yang dinantikan itu bukan sekadar lampu hijau administratif, melainkan bukti kerja keras selama berbulan-bulan dan komitmen mereka dalam petualangan penelitian di Tanah Borneo.
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan program bergengsi dari Kemendiktrisaintek yang menjadi wadah pengembangan kreativitas dan penelitian mahasiswa Indonesia. Ribuan proposal bersaing ketat, dan kondisi efisiensi anggaran menjadi tantangan dalam PKM tahun ini. Namun, tim Dayakempowerid, yang dipimpin oleh Indra Kusuma, mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), berhasil memikat dewan reviewer dengan gagasan segar mereka bertajuk “Eksplorasi Nilai-Nilai Pemberdayaan Perempuan Suku Dayak Kenyah untuk Mendobrak Hegemoni Patriarki”.
“Awalnya, kami khawatir PKM tahun ini batal karena pengumuman pembukaannya tertunda berbulan-bulan. Saat menunggu pengumuman proposal, kami sangat deg-degan,” ujar Resa, anggota tim Dayakempowerid.
Tim penelitian PKM UMY menyampaikan kegembiraan atas lolosnya pendanaan untuk penelitian di Kalimantan, yang digambarkan seperti menikmati es cokelat dengan es krim vanila, terasa segar dan menyenangkan.
“Namun, ketika melihat nama tim kami lolos pendanaan untuk penelitian ke Kalimantan, rasanya seperti menikmati es cokelat dengan es krim vanila, segar dan menyenangkan,” lanjut Resa.
Pemilihan Kalimantan sebagai lokasi penelitian bukan tanpa alasan. Pulau dengan hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia ini menyimpan kekayaan sosial-budaya yang masih penuh misteri. Tim Penelitian PKM UMY inii akan terjun langsung ke Desa Pampang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Kearifan lokal Suku Dayak yang menerapkan nilai-nilai pemberdayaan perempuan menjadi landasan penelitian tim Dayakempowerid untuk mendukung pembangunan desa.
“Setidaknya ada 75.000 desa di Indonesia yang mengabaikan partisipasi perempuan secara setara dalam pengambilan keputusan desa. Angka itu sangat besar,” ujar Sukoraharjo.
Ketimpangan gender di desa bukan hanya soal keadilan, tetapi juga seperti virus yang perlahan menggerogoti tulang punggung pembangunan. Pembangunan desa tidak akan berjalan optimal jika separuh warganya terbelenggu stereotip gender. Ketimpangan gender tidak hanya melahirkan pengucilan dan kekerasan, tetapi juga mengurangi kontribusi perempuan dalam pembangunan desa.
“Saya sebagai dosen pembimbing sangat bangga dengan tim ini. Mereka memiliki potensi, usaha, manajemen waktu, dan kerja sama tim yang baik. Ide penelitian ini sangat menarik karena menggali budaya lokal yang menempatkan perempuan pada posisi utama dalam kehidupan sosial-budayanya,” ujar Dian Eka Rahmwati, dosen pembimbing tim Dayakempowerid.
Dalam perjalanan panjang menuju Desa Pampang, tim Dayakempowerid duduk bercengkerama di balai adat yang beratap langit biru. Mereka berusaha mengumpulkan kisah peran perempuan dalam menjaga dan merawat desa. Semangat dan tantangan yang dihadapi terekam dalam penelitian mereka.
Tim ini berharap momen ini tidak hanya menjadi arsip budaya, tetapi juga rujukan nyata bagi pembangunan desa di Indonesia. Dengan semangat yang ditemui di Desa Pampang, mereka berharap keterlibatan perempuan dalam pembangunan desa dapat benar-benar partisipatif dan berkeadilan.
Dosen pembimbing Tim Penelitian PKM UMY, Dian Eka Rahmawati, menyampaikan harapannya agar tim Dayakempowerid dapat lolos ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) serta mendorong mereka untuk tetap semangat, bekerja cerdas, menjaga kekompakan, dan kesehatan guna mewujudkan tujuan bersama melalui upaya dan doa.
“Saya berharap anak-anak bisa lolos ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). Tetap semangat, kerja cerdas, jaga kekompakan, dan jaga kesehatan. Bersama kita wujudkan. Kita upayakan dan doakan,” pungkas Dian.
(Widzar Mumtaz)

