IBTImes.ID, Surakarta | M. Abdul Fattah Santoso resmi dilantik menjadi Guru Besar Sosiologi Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pelantikan tersebut bertempat di Auditorium Djazman Al-Kindi, Sabtu 06 Agustus 2022.
M Abdul Fattah Santoso adalah seorang akademisi di bidang studi Islam kontemporer yang fokus meneliti tentang Sosiologi Islam. Ia menamatkan studi doktoralnya di UIN Sunan Kalijaga dan pernah menjabat sebagai wakil rektor 5 universitas Muhammadiyah Surakarta.
Abdul Fattah Santoso adalah sosok perintis Pondok Hj. Nuriyah Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta, pondok perkaderan Muhammadiyah tingkat mahasiswa. Ia juga diamanahi sebagai Ketua Divisi Masalah Sosial dan Keluarga Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dan Wakil Ketua PWM Jawa Tengah.
Pengukuhan Guru Besar M Abdul Fattah Santoso
Saat dilantik sebagai Guru Besar Sosiologi Islam di Auditorium Djazman Al-Kindi, Sabtu 06 Agustus 2022, Abdul Fattah menyampaikan pidato pengukuhannya berjudul Sosiologi Islam Masa Depan: Holistik, Transformatif, dan Berbasis Maqāshid Al-Syarī‘ah.
Dalam pidato pengukuhannya, Abdul Fattah menjelaskan 3 karakteristik Sosiologi Islam masa dengan, antara lain (1) Holistik, (2) Transformatif, dan (3) Berbasis Maqāshid Al-Syarī‘ah.
Pertama, Holistik
Menurut Abdul Fattah, karakter holistik ini melekat pada enam poin, antara lain:
1. Sumber pengetahuan Sosiologi Islam yang memasukkan wahyu, di samping akal dan empiri.
2. Asumsi filosofis Sosiologi Islam terkait dengan hakikat manusia dan masyarakat yang mengombinasikan dalam satu kesatuan yang terpadu aspek raga yang material, dapat diamati, dan empirikal dengan aspek jiwa yang spiritual, non-empirikal, dan menyiratkan hubungan manusia dengan Tuhan.
3. Asumsi filosofis Sosiologi Islam terkait dengan keterikatan pengetahuan dengan nilai.
4. Tiga prinsip Sosiologi Islam (berbasis pandangan-dunia Islam, tetap sebagai ilmu sosial, dan bersifat normatif/ teleologis).
5. Empat pendekatan metodologi Sosiologi Islam (rekonstruksionis, integrasionis, komparasionis, dan saintifikasionis) yang menerapkan tiga prinsip Sosiologi Islam.
6. Divisi konten Sosiologi Islam yang mencakup dasar-dasar ideologi, pemikiran Islam, dan dunia empiri.
Kedua, Transformatif
Karakter “transformatif”, menurut Fattah, melekat pada tujuan (muara) dari upaya pengembangan Sosiologi Islam.
Apapun pendekatan metodologinya, yaitu transformasi individual dan kolektif berbasis transendensi yang berbuah transformasi sistem sosial-budaya, ekonomi, dan politik.
Ketiga, Berbasis Maqāshid al-Syarī‘ah”
Abdul Fattah menjelaskan bahwa karakter ini melekat pada lima nilai utama tujuan Islam diturunkan (perlindungan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta) yang melandasi apapun objek studi Sosiologi Islam.
Sosiologi Islam Masa Depan
Abdul Fattah kembali menerangkan bahwa Sosiologi Islam masa depan itu sudah memenuhi tiga pilar bangunan ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi berurusan dengan hakikat realitas (objek studi disiplin ilmu). Epistemologi adalah cara mengetahui; berurusan dengan metode disiplin ilmu (bagaimana kita tahu apa yang kita ketahui). Aksiologi tentang etika dan sistem nilai (termasuk tujuan pengembangan disiplin ilmu).
“Karakter holistik, dengan memperhatikan enam argumentasi di atas, merupakan simbol bagi ontologi dan terutama epistemologi. Karakter transformatif merupakan simbol bagi aksiologi, dan karakter berbasis maqāshid al-syarī‘ah merupakan simbol bagi ontologi” tutur Abdul Fattah.
Naskah Pengukuhan Guru Besar selengkapnya bisa diakses di sini
Reporter: Yahya FR