Inspiring

Mahfud, dari Buruh Pabrik Sritex hingga Intelektual Prolifik

3 Mins read

Saya masih belum percaya jika sahabat saya berpulang. Mendapat kabar berita duka dari WA jika Choirul Mahfud, sahabat saya meninggal dunia. Mahfud biasa saya panggil, merupakan teman, sahabat karib sejak zaman kuliah S1. Saya agak lupa bagaimana awal mula kami berkenalan, karena saat itu Mahfud kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya, dan saya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tapi sepertinya perkenalan itu dulu karena kami suka menulis di berbagai media massa. Selain itu, kami juga sama-sama aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Jalan literasi inilah yang mempertemukan kami.

Mahfud punya Lembaga Kajian Agama dan Sosial (LKAS) di Surabaya. Lembaga itu berdiri dan terus mengibarkan sayapnya. Selain Mahfud, ada nama Muh Kholid AS di lembaga itu. Saat pertemuan di Surabaya zaman S1, saya pernah tanya, “ngopo lembagamu namanya LKAS?, dia menjawab dengan senyumnya, “Ben koyo LKiS, Lembaga Kajian islam dan Sosial”. Walaupun LKAS tidak sebesar LKiS, namun Mahfud punya gagasan besar untuk menjadikan LKAS sebagai rumah intelektual.

Ya, LKAS menjadi rumah bagi Mahfud dan teman-temannya. Mereka hampir setiap minggu membanjiri kolom media melalui opini dan resensi di media massa cetak. Saat itu media tahun 2004-2010 kolom media cetak masih menjadi primadona, bahwa tempat “bergantung hidup” para penulis dari berbagai penjuru kota. Berburu kolom opini dan resensi menjadi pekerjaan utama selain menyiapkan artikel dengan sebaik-baiknya.

***

Perburuan itu pun saya lakukan. Saat saya berkesempatan ke Surabaya, saya minta ke Mahfud untuk mengantarkan saya bertemu dengan Mas Arie (Allahuyarham), pengasuh rubrik Resensi Jawa Pos. Saat itu, kami janjian pukul 23.00, karena Mas Arie baru istirahat pukul itu. Mahfud dengan semangat memperkenalkan saya dengan Mas Arie.

Baca Juga  Ibn Taimiyyah: Anti-Sufi atau Sufi?

Perbincangan tentang dunia resensi dan persaingan ketat masuk dapur resensi Jawa Pos pun mengalir hingga pukul 02.00 dini hari. “Setiap hari lebih dari 30 resensi buku masuk ke email, padahal hanya dua yang tayang di hari Minggu” ujar Mas Arie. “Walaupun saya kenal baik penulis resensinya, tapi saya juga harus adil, memberi kesempatan kepada yang lain untuk bisa tayang di Jawa Pos”, pungkasnya.

Saya pun jadi semakin paham bagaimana seorang redaktur menilai dan memberi kesempatan kepada yang mengirimkan naskah ke Jawa Pos. Kami pun pamit pulang, karena Mas Arie juga akan melanjutkan pekerjaannya.

Mahfud, Pribadi yang Menyenangkan

Mahfud memang pribadi yang menyenangkan. Dia mau membantu teman, dan tidak pelit informasi apapun. Suatu ketika dia mampir ke kost saya di dekat rel Timoho. Saat itu saya antar dia keliling Jogja. Dia sedang promosi buku Pendidikan Multikultural yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar. Buku itu adalah dari skripsi dia di IAIN Sunan Ampel.

Dia senang karena bukunya itu dibeli banyak oleh orang kaya di Surabaya, sehingga bukunya langsung cetak ulang kurang dari enam bulan. Sembari promosi, dia menitipkan beberapa buku Pendidikan Multikultural untuk diberikan kepada beberapa rekan dan perpustakaan yang ada di Jogja. Saya pun dengan senang hati menerima amanat itu.

Sebagai penulis, dia sangat produktif. Dia sangat sering sekali share artikel yang telah publish di jurnal terindeks Scopus di group WA. Tak jarang dia meminta kami untuk membaca dan tidak lupa untuk mensitasi. Produktifitas inilah yang mengantarkan Mahfud cepat meraih jabatan Lektor Kepala.

Buruh Sritex di Sukoharjo

Saya ingat, saat SK Lektor Kepala dia turun, Mahfud mengirimkan ke saya. Tentu saya sangat senang dengan kabar gembira itu. Saya pun mendoakan agar Mahfud segera full Guru Besar.

Baca Juga  Hasnan Bachtiar; Intelektual Muhammadiyah, Kuasai 7 Bahasa, Baca Buku 12 Jam Per Hari

Mengapa saya mendoakan itu, karena saya tahu bagaimana Mahfud berjuang untuk bisa sekolah. Dia berangkat dari keluarga sederhana di Ngawi. Ketiadaan biaya memaksa dia setelah lulus SMA untuk menjadi buruh di PT Sri Rejeki Isman (Sritex) di Sukoharjo. Bekerja sebagai buruh selama setahun Mahfud gunakan sebagai modal untuk kuliah di IAIN Sunan Ampel.

Setelah lulus, dia melanjutkan studi di Universitas Airlangga untuk S2, dan Kembali di IAIN Surabaya untuk merampungkan S3nya. Sebelum bergabung dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dia adalah dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Pertemuan Terakhir dengan Mahfud

Saat pertemuan terakhir dengan Mahfud pada 10 Oktober 2024 di rumah Surabaya, saya kembali menanyakan itu. “Kapan Guru Besar?”, dia dengan senyum, “Pandongane wae”. Padahal saya tahu dia dalam kondisi lemah karena sakit. Saya memberi semangat kepadanya untuk semangat dan sehat.

Senang rasanya saat itu saya bertemu dengan Mahfud. Tak lupa sebelum pulang kembali ke acara Konaspi (Konvensi Nasional Pendidikan) di Universitas Negeri Surabaya, saya berdoa untuk kesehatannya. Bersama istrinya, Mbak Dewi kami berdoa agar penyakit Mahfud bisa segera diangkat oleh Allah.

Setelah berdoa saya pamit pulang, dia memberi hadiah Alquran untuk dibawa pulang. Alquran itu saya peluk erat sembari naik Gojek dari rumahnya yang asli dengan Hall of Rasulullah penuh kesejukan. Saat pamit sembari menunggu Gojek, Mahfud menawarkan diri untuk mengantar saya.  “Wis tak terno wae, cedhek kok”, ujarnya. “Gak usah, aku wis pesan Gojek”, jawabku. Itulah Mahfud dalam kondisi sakit pun dia masih ingin membantu saya.

Sahabatku, pengabdianmu di dunia sudah selesai. Selamat jalan dengan segala amal kebaikanmu. Insya Allah karyamu tetap dikenang oleh banyak orang.

Baca Juga  Dekonstruksi Islam Arkoun: Kritik Keras Atas Ortodoksi Islam

Editor: Soleh

Avatar
5 posts

About author
Dosen Universitas Negeri Yogyakarta, Anggota Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Articles
Related posts
Inspiring

A Luta Continua Ali Shariati

2 Mins read
Pada 19 Juni tahun 1977, jenazah Ali Shariati tiba dari London di Damaskus setelah ditolak keras oleh rezim Shah Pahlevi dimakamkan di…
Inspiring

Belajar Sabar dari Khabib Nurmagomedov

3 Mins read
Tepatnya di tanggal 11 Januari 2025 lalu, jagat media online dihebohkan dengan sebuah video yang memperlihatkan Khabib Nurmagomedov — Atlet petarung MMA…
Inspiring

Penyair Rasulullah itu Bernama Hasan bin Tsabit

3 Mins read
Pendahuluan Dalam sejarah Islam, sastra memiliki peran penting sebagai media dakwah dan perjuangan. Salah satu tokoh yang dikenal sebagai penyair Islam terkemuka…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *