Setiap manusia yang hidup di dunia tidak lepas dari yang namanya dinamika kehidupan, mulai dari kebahagiaan, kesedihan, kegembiraan, ataupun musibah. Semua itu merupakan rangkaian kehidupan yang harus dijalani manusia selama di dunia. Di satu sisi manusia bisa merasakan hidup berupa kebahagiaan, tetapi di sisi lain harus merasakan yang namanya ujian hidup. Banyak yang mengatakan hidup tidak selamanya bahagia, tetapi ada juga sedih dan ujiannya.
Sebagaimana Allah Swt berfirman: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 155). Tetapi kebanyakan manusia dalam menjalani ujian hidup terjebak pada ketidaksabaran dan kekecewaan, termasuk diri saya. Sebagai manusia yang lemah pengetahuan akan hakikat ujian hidup. Kita sebagai manusia terkadang merasa marah dan kecewa.
Akibat penderitaan yang dialaminya, maka tidak heran jika banyak para ulama yang mencoba menjelaskan hakikat dari ujian kehidupan. Penjelasan para ulama ini merupakan bimbingan yang sangat berharga bagi manusia untuk memahami ujian kehidupan. Adapun salah satu ulama yang menjelaskan maksud dari ujian hidup itu adalah Ibnu Qayyim al-Jauziah.
Biografi Singkat Ibnu Qayyim al-Jauziah
Ibnu Qayyim yang bernama lengkap Syamsuddin bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa’ad bin Hariz ad-Dimasqi al-Jauziah. Ibnu Qayyim lahir di Damaskus, Suriah pada 7 Shafar 691 H bertepatan dengan tahun 1291 H. Ibnu Qayyim sendiri merupakan murid dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, hubungan keduanya sangat dekat. Bahkan dipenjara bersama dan terjun di medan jihad bersama. Ibnu Qayyim adalah ulama besar Ahlusunnah wal Jama’ah yang mewarisi keilmuan, adab, dan akhlak sang guru.
Sebagai figur seorang murid sosok Ibnu Taimiyah sangat menginspirasi Ibnu Qayyim. Sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Qayyim: demi Allah ‘Azza wa Jalla bahwa aku tidak melihat seorang pun yang lebih Bahagia hidupnya dari beliau (Ibnu Taimiyyah). Padahal hidup beliau selalu dirundung kesusahan dan jauh dari kesenangan duniawi. Tetapi di sisi lain, aku mendapati beliau sebagai orang yang hatinya lapang, tegar jiwanya, tenang hatinya. Terpancar di wajah beliau sinar keindahan dan kenikmatan hidup.
Kami sebagai murid tatkala ditimpa suatu musibah atau perasaan takut atau kesempitan hidup. Maka kami mendatangi beliau untuk meminta nasehat serta memandang wajah beliau. Maka serta merta hilang semua segala kegundahan yang kami rasakan (Nashifa, 2020).
Ujian Hidup Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziah
Sungguh, manusia pasti diuji dengan keburukan dan kebaikan. Ujian dengan sesuatu yang dianggap buruk, seperti musibah atau penderitaan bertujuan untuk mengetahui kadar kesabaran manusia. Adapun ujian dengan sesuatu yang dianggap baik, seperti kenikmatan dan kesuksesan dimaksudkan untuk melihat tingkat kesyukuran mereka.
Kapan dan bagaimanapun, manusia harus Kembali kepada Allah Swt, tetap taat dan beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, mukmin sejati adalah orang yang tetap beriman dan beramal saleh ketika senang ataupun susah dan dalam segala kondisi. Baginya, setiap ujian adalah sarana agar semakin dekat kepada Allah.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim, “cobaan bukan merupakan ketidaktahuan Allah kepada Hamba-Nya. Akan tetapi, cobaan mengandung hikmah untuk mengetahui secara langsung keimanan mereka kepada-Nya. Dia akan menghapus kesusahan sesuai dengan kedalaman keimanan mereka. Sebab ujian yang sesungguhnya adalah ujian yang mengingatkan seseorang untuk Kembali kepada Allah” (Abdurrahim, 2020).
Nasehat Ibnu Qayyim di atas sejalan dengan firman Allah Swt yang berbunyi, “apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan ‘kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. Al-‘Ankabut: 2-3).
Tetapi dalam praktik dan kenyataannya banyak sekali orang yang gagal dalam melewati ujian hidup. Oleh karena itu, Ibnu Qayyim memberikan nasehat atau petunjukkan saat menghadapi ujian hidup. Memang terasa sangat berat, tetapi inilah yang harus dijalankan oleh manusia dalam setiap ritme kehidupan di antaranya; 1). Renungkanlah bahwa manusia dan segala yang ada padanya semua milik Allah dan hanya titipan di sisi kita. 2). Ingatlah bahwa mengeluh dan menggerutu hanya menambah derita, bukan menghilangkan musibah atau ujian. 3). Jika kamu bersabar dan yakin semuannya Kembali pada Allah, maka itu lebih besar pahalanya disbanding dengan tidak sabar. 4). Jika kita ridho terhadap musibah, Allah pun senang dengan sikap kita (Susanto, 2014).
Daftar Referensi
Abdurrahim, R. (2020). Hikmah Qur’an dalam Nasihat Para Ulama. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Nashifa, I. U. (2020, April 10). Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan Gurunya. Retrieved from muslimah.or.id.
Susanto, D. T. (2014, Januari 15). Nasehat Ibnu Qayyim Bagi yang Mendapatkan Musibah. Retrieved from medium.com.
Editor: Soleh