Tafsir

Makna Ummi: Benarkah Nabi Muhammad Buta Huruf?

3 Mins read

Nabi Muhammad adalah sosok yang membawa perubahan besar dalam sejarah peradaban manusia. Sebagai seorang Rasul terakhir, beliau menyampaikan wahyu yang kemudian menjadi pedoman hidup bagi umat Islam, yaitu Al-Qur’an. Salah satu pertanyaan yang sering muncul terkait dengan kepribadian beliau adalah: apakah Nabi Muhammad bisa membaca dan menulis? Benarkah beliau buta huruf (ummi), ataukah ada bukti bahwa beliau memiliki kemampuan literasi?

Makna “Ummi” dalam Al-Qur’an

Dalam Islam, Nabi Muhammad sering disebut sebagai “Nabi yang Ummi.” Kata ummi berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti “orang yang tidak bisa membaca dan menulis” atau “berasal dari kaum yang tidak memiliki kitab suci sebelumnya.” Istilah ini disebut dalam QS. Al-A’raf: 157:

اَ لَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُ مِّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَهٗ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰٮةِ وَا لْاِ نْجِيْلِ

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil.

Sebagian besar ulama menafsirkan kata ummi sebagai “buta huruf,” dalam arti Nabi Muhammad tidak memiliki keterampilan membaca dan menulis sebagaimana umumnya orang yang mendapatkan pendidikan formal. Namun, ada pula pandangan yang menyatakan bahwa makna ummi lebih luas, merujuk pada kaum Quraisy yang tidak memiliki kitab suci sebelum datangnya Islam.

Bukti dari Sejarah dan Hadis

Dalam berbagai riwayat, terdapat beberapa peristiwa yang sering dijadikan bukti bahwa Nabi Muhammad memang tidak bisa membaca dan menulis: Pertama, kisah turunnya wahyu pertama, ketika Malaikat Jibril datang membawa wahyu pertama di Gua Hira, beliau memerintahkan Rasulullah untuk membaca “Iqra’” (Bacalah!) Nabi Muhammad kemudian menjawab: “Aku tidak bisa membaca.” (HR. Bukhari, Muslim). Kisah ini sering dijadikan sebagai bukti bahwa Nabi memang tidak memiliki kemampuan membaca. Jika beliau bisa membaca, maka tidak ada alasan untuk menolak perintah Jibril dengan jawaban tersebut.

Baca Juga  Manusia dalam Alquran: Al-Insan, Al-Basyar dan An-Nas, Apa Bedanya?

Kedua, perjanjian hudaibiyah, saat perjanjian damai antara kaum Muslimin dan Quraisy di Hudaibiyah, Rasulullah meminta Ali bin Abi Thalib untuk menuliskan isi perjanjian. Ketika pihak Quraisy menolak frasa “Muhammad Rasulullah” dan meminta agar diganti dengan “Muhammad bin Abdullah,” Rasulullah dikatakan tidak dapat mengubah tulisan itu sendiri dan meminta Ali untuk melakukannya. (HR. Bukhari). Peristiwa ini menunjukkan bahwa beliau tidak terbiasa menulis, yang memperkuat klaim bahwa beliau memang ummi.

Pandangan yang Berbeda: Apakah Nabi Bisa Membaca dan Menulis?

Meskipun mayoritas ulama sepakat bahwa Nabi Muhammad tidak bisa membaca dan menulis, ada sebagian ulama juga yang berpendapat sebaliknya. Mereka berargumen bahwa: Pertama, Al-Qur’an tidak secara eksplisit menyatakan Nabi buta huruf, kata ummi lebih banyak digunakan untuk menunjukkan bahwa Nabi berasal dari kaum yang tidak memiliki kitab suci, bukan sebagai indikasi bahwa beliau tidak bisa membaca dan menulis.

Kedua, kemungkinan beliau belajar membaca dan menulis di masa akhir hidupnya, dalam beberapa riwayat, dikatakan bahwa menjelang wafat, Nabi Muhammad meminta pena dan kertas untuk menuliskan sesuatu, meskipun akhirnya tidak jadi menulis karena terjadi perdebatan di antara para sahabat. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa beliau bisa saja telah belajar menulis di masa tuanya.

Ketiga, tingkat kecerdasan Nabi yang sangat tinggi, Nabi Muhammad adalah seorang yang memiliki kecerdasan luar biasa, terbukti dari kemampuan beliau dalam berdiplomasi, berdagang, dan memimpin umat. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa seseorang dengan kecerdasan seperti beliau kemungkinan besar dapat mengenali huruf dan memahami tulisan, meskipun tidak menggunakan keterampilan itu secara aktif.

Mengapa Nabi Muhammad Tetap Ummi?

Jika memang benar bahwa Nabi Muhammad tidak bisa membaca dan menulis, maka pertanyaan berikutnya adalah: mengapa demikian? Pertama, sebagai bukti bahwa Al-Qur’an bukan karya pribadi, jika Nabi Muhammad bisa membaca dan menulis, mungkin orang-orang Quraisy akan menuduh bahwa Al-Qur’an adalah hasil pemikirannya sendiri. Namun, dengan status beliau sebagai ummi, wahyu yang beliau sampaikan menjadi lebih meyakinkan sebagai firman Allah.

Baca Juga  Nabi Muhammad tidak Pernah Pakai Celana Cingkrang!

Kedua, menunjukkan mukjizat dan keaslian Islam, meskipun tidak bisa membaca dan menulis, Nabi Muhammad mampu mengajarkan ajaran Islam dengan begitu sempurna. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa ilmu yang beliau bawa bukanlah hasil belajar dari manusia, melainkan wahyu dari Tuhan. Ketiga, Mempermudah Penerimaan Wahyu, sebagai seorang yang tidak terbiasa membaca kitab-kitab sebelumnya, Nabi Muhammad  dapat menerima wahyu dengan hati yang murni, tanpa pengaruh dari teks-teks sebelumnya.

Kesimpulan

Perdebatan mengenai apakah Nabi Muhammad bisa membaca dan menulis memang menarik untuk dikaji. Sebagian besar ulama dan sejarawan Islam berpendapat bahwa beliau adalah seorang ummi, dalam arti tidak bisa membaca dan menulis. Hal ini justru memperkuat keaslian wahyu yang beliau bawa.

Namun, ada pula pandangan yang menyatakan bahwa Nabi mungkin memiliki kemampuan membaca dan menulis, terutama di akhir hidupnya. Meskipun demikian, keutamaan beliau tidak terletak pada kemampuan literasi, melainkan pada kecerdasan, kebijaksanaan, dan wahyu yang beliau terima sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Terlepas dari perdebatan ini, yang paling penting adalah memahami pesan yang beliau sampaikan, yaitu nilai-nilai kebaikan, keadilan, dan, kedamaian, dan keimanan yang terkandung dalam Islam.

Referensi

Siti Jumrotun, “Gelar Ummi Pada Nabi Muhammad: Studi Tematik Tafsir Al-Munir, Jurnal Literasiologi, Vol. 12, No. 1, (tth), 46.

Syekh Al-Maqdisi, Nabi Muhammad Buta Huruf Atau Genius? (Mengungkap Misteri Keummian Rasulullah), Cet I (Jakarta Selatan: Nun Publisher, 2007), 12-14.

Agus Mustofa, Metamorfosis Sang Nabi Dari Buta Hurufa Menjadi Ilmuwan Jenius (Surabaya: Padma Press, 2008), 40.

Muhammad Muhammad, “Al-Ummi Dalam Al-Qur’an: Studi Tafsir Tematik Terhadap Literasi Nabi Muhammad,” Jurnal Tribakti, Vol. 31, No. 1 (2020), 55–65.

Baca Juga  Doa Ketika Membaca Buku atau Kitab Agar Cepat Paham

Editor: Soleh

Khailiyatul Maghfiroh
2 posts

About author
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Dan Sains Al-Ishlah (STIQSI) Lamongan
Articles
Related posts
Tafsir

QS al-Mu'minun Ayat 18: Tiga Watak Hujan

4 Mins read
Ramadhan 1446 kali ini dan Idul Fitri 1446 yang akan datang, masyarakat Muslim di wilayah Indonesia masih berada di musim penghujan. Jika…
Tafsir

Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang Kebodohan

6 Mins read
Di antara kita kadang berbuat bodoh di dunia ini. Kebodohan ini sering kali terjadi bukan karena kita tidak berilmu, namun karena karakter…
Tafsir

Tafsir wa Al-Bayan li Ahkam Al-Qur’an al-Tarifi, Tafsir Bercorak Fiqih

4 Mins read
Biografi Imam Al-Tarifi ‘Abdul ‘Aziz al-Tarifi memiliki nama lengkap ‘Abd al-‘Aziz ibn Marzuq al-Tarifi, atau lebih dikenal dengan dengan sebutan al-Tarifi. Beliau…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *