IBTimes.ID – Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin menyebut bahwa citra Islam yang mulia telah dirampas oleh sebagian kecil umat Islam. Perampasan tersebut, imbuhnya, bertujuan untuk membenarkan perilaku-perilaku kekerasan tertentu.
Akibatnya, muncul fenomena Islamofobia. Islamofobia disebabkan oleh adanya generalisasi terhadap kelompok kecil dari umat Islam yang mentolerrir adanya kekerasan.
“Padahal sesungguhnya mereka itu bukan representasi umat Islam dan bukan cerminan dari ajaran Islam,” ujar Ma’ruf Amin.
Hal tersebut ia sampaikan dalam kegiatan Online International Seminar “Building International Cooperation to Reinforce Commitments and Practices of Islam as Rahmatan Lil ‘Alamin”, Selasa (25/1). Kegiatan tersebut digelar oleh INFID, PP Muhammadiyah, dan PBNU.
Menurut Wapres, lslam telah membangun paradigma yang sangat monumental, abadi dan universal dengan menghadirkan konsep Islam rahmatan lil ‘alamin yang ramah terhadap semua ciptaan Tuhan. Ia mengapresiasi adanya seminar internasional yang menguatkan dan meneguhkan Islam rahmatan lil alamin.
“Seminar internasional ini saya pandang strategis dan tepat waktu karena kerja sama dunia Islam mutlak diperlukan mengingat tantangan yang dihadapi untuk penguatan komitmen dan praktiknya tidak ringan,” imbuhnya.
Di sisi lain, ia juga menyayangkan masih banyak pihak yang justru mengidentikkan Islam dengan ekstremisme dan kekerasan. Citra Islam yang mulia telah dirampas oleh segelintir orang yang mengatasnamakan Islam untuk membenarkan kekerasan yang dilakukannya.
Ma’ruf Amin mengajak kepada umat Islam untuk bergotong-royong menyelesaikan kesalahpahaman tersebut dengan menyuguhkan cerminan Islam yang ramah dan bersahabat.
“Maka kita sebagai umat Islam bersama-sama memikul pekerjaan besar untuk menjadi cerminan Islam yang moderat, bersahabat dan toleran. Tidak hanya itu, kita juga harus menjadi umat Islam yang maju dan berdaya,” ajaknya.
Sementara itu, Dian Kartika Sari, Ketua Dewan Pengurus INFID menyampaikan bahwa seminar tersebut diselenggarakan dengan tujuan agar semua masyarakat muslim, khususnya para pemimpin dan tokoh agama dari Tunisia, Malaysia, Pakistan, dan Indonesia memiliki kesempatan untuk melakukan konsolidasi, tukar pemikiran, dan berbagi pengalaman terkait ajaran Islam rahmatan lil alamin baik dalam praktik maupun diskursus.
(Yusuf)