Tajdida

Meluruskan Anggapan “Bermuhammadiyah Haram”

4 Mins read

Judul artikel ini mungkin membuat penasaran pembaca, atau mungkin dianggap biasa saja, tapi di sini penulis mencoba untuk menjelaskan kenapa Bermuhammadiyah Haram. Padahal organisasi yang lebih dari 100 tahun berdiri ini terus berkiprah untuk bangsa tanpa meminta imbalan apapun. Sebelum penulis menjelaskan mengapa Bermuhammadiyah Haram, penulis harus menjelaskan latar belakang terlebih dahulu agar tidak dicap sebagai penyusup, atau kader karbitan serta sebutan lain yang biasa didengar oleh masyarakat Indonesia ketika ada sesuatu yang berbeda.

Penulis merupakan alumni Madrasah Tsanawiyah serta Madrasah Aliyah yang dikelola oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) di salah satu Kabupaten di Jawa Barat. Penulis mendapatkan pelajaran Kemuhammadiyahan dari Ketua Majelis Dikdasmen secara langsung dan juga tokoh Muhammadiyah yang sudah mendirikan sekolah tersebut.

Selain itu, sejak Tsanawiyah hingga saat ini penulis masih konsisten mengikuti kegiatan serta perkaderan di salah satu Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah, bahkan sudah melebarkan sayap ke Ortom lainnya. Penulis juga sudah lulus perkaderan madya atau setara dengan tingkat provinsi.

Walaupun demikian, penulis juga tidak “Muhammadiyah banget” yang seluruhnya mengikuti keputusan organisasi Muhammadiyah. Bahkan kehidupan penulis masih jauh dengan apa yang diharapkan dari keputusan Muktamar di Jakarta pada tahun 2000, yaitu Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah atau PHIWM.

Kiprah Muhammadiyah

Oke sebelum penulis menjelaskan mengapa Bermuhammadiyah Haram, seluruh pembaca harus membaca semua isi tulisan agar tidak salah paham. Apalagi kalau hanya baru baca judulnya saja sudah sumpah serapah dan sebagainya.

Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan bersama para muridnya serta disetujui tanggal didirikan pada 18 November 1912 atau 08 Dzulhijjah 1330 H. Dalam perjalanan sebelum Muhammadiyah berdiri tentu banyak sekali rintangan dan tantangannya. Jika kita review film Sang Pencerah yang berhasil menuai kesuksesan, film tersebut ditonton oleh 1,3 juta orang (kapanlagi.com). Sebagai warga Muhammadiyah tentu bangga melihat hasil karya dari mas Hanung Bramantyo ini menjadi tontonan di masyarakat luas.

Baca Juga  Beginilah Cara Bernegara ala Islam Wasathiyyah

Dari film tersebut kita melihat bahwa perjuangan KH Ahmad Dahlan sangatlah berat, mulai dari meluruskan kiblat, langgar (mushalla) miliknya dibakar, hingga disebut kafir oleh sebagian masyarakat di Kauman karena telah menggunakan atribut milik Belanda. Dalam film tersebut, KH Ahmad Dahlan mengajarkan muridnya membaca surat Al-Ma’un secara terus menerus. Hingga sang murid bertanya mengapa Kiai selalu mengajarkan surat Al-Ma’un sedangkan surat di dalam Al-Qur’an sangatlah banyak. Lalu Kiai Dahlan dengan jawabannya mengajak mereka untuk mempraktikkannya.

Selain hal tersebut, Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan dalam pendidikan Islam, yaitu digunakannya meja dan kursi dalam madrasah, kala itu meja dan kursi merupakan alat-alat orang kafir yang dipakai untuk belajar. Salah satu cuplikan film Sang Pencerah yang menurut penulis menarik adalah ketika KH Ahmad Dahlan kedatangan seorang Kiai dari Magelang serta menyebutkan Madrasah kok peralatannya, meja, kursi, bukunya semua produk kafir. Lalu dengan santai Kiai Dahlan bertanya kepada Kiai tersebut, “Kiai dari Magelang ke Jogja naik apa?”

Lalu sang Kiai tersebut menjawab, “naik kereta api lah. Hanya orang bodoh yang jalan kaki dari Magelang ke Jogja.” Berikutnya, Kiai Dahlan tersenyum dan menjawab, “berarti hanya orang bodohlah yang naik kereta api karena kereta merupakan buatan orang kafir.” Jawaban tersebut membuat kiai asal Magelang pun pergi dari kediaman Ahmad Dahlan.

Dari rilis yang dilakukan oleh Republika.co.id (2015) jumlah lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah mencapai lebih dari 10 ribu, tepatnya 10.381. Terdiri dari TK, SD, SMP, SMA, pondok pesantren, dan perguruan tinggi. Untuk TK atau PTQ berjumlah 4623; SD/MI 2.604; SMP/MTS 1772; SMA/sMK/MA 1143; Ponpes 67; dan perguruan tinggi 172. Keseluruhan amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah dalam bidang pendidikan ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh hingga Papua.

Baca Juga  Muhammadiyah itu "Salafi Reformis"

Sedangkan untuk bidang pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat terdapat rumah sakit 457, panti asuhan 318 buah, panti jompo 54 buah, dan rehabilitasi cacat 82 buah. Untuk bidang sarana ibadah terdapat masjid dan mushalla sebanyak 11.198 (timesindonesia.co.id, 2019). Begitu banyak Amal Usaha Muhammadiyah, ditambah dengan bantuan Muhammadiyah terhadap seluruh masyarakat yang terkena Covid-19 melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah sebesar 130 Miliar dan ini di luar biaya rumah sakit (bisnisnews.id, 2020).

Bermuhammadiyah Haram

Melihat sejarah dan kiprah Muhammadiyah yang cukup banyak serta melihat diskusi yang sangat berkemajuan di beberapa Platform Online akhirnya membuat penulis merenung dan menuliskan artikel ini, mengapa Bermuhammadiyah Haram?

Beberapa alasan Bermuhammadiyah Haram, yaitu: pertama, jika kader Muhammadiyah memiliki sikap fanatik. Dirilis oleh lentera.my.id (2016), pengertian fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Fanatisme adalah paham atau keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu. Pandangan tersebut tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah. (A Favourable or unfavourable belief or judjment, made without adequate evidence and not easily alterable by the presentation of contrary evidence).

Dalam Al-Qur’an pun larangan bersikap fanatik sudah sangat banyak yaitu pada QS. Al Isra ayat 90, Al Maidah ayat 8 dan masih banyak lagi dalil perihal larangan fanatik. Bahkan KH Ahmad Dahlan menyebutkan secara tegas dalam Khittah KH Ahmad Dahlan (pcmkasihan.org) tidak menduakan Muhammadiyah dengan organisasi lain. Selanjutnya tidak dendam, tidak marah, dan tidak sakit hati jika dicela dan dikritik, tidak sombong dan tidak besar hati jika menerima pujian, tidak jubria (ujub, kibir, dan riya), mengorbankan harta benda, pikiran dan tenaga dengan hati ikhlas dan murni, bersungguh hati terhadap pendirian.

Baca Juga  Muhammadiyah dan Pusaran Politik Wacana

Kedua, Bermuhammadiyah Haram jika hanya ingin mendapatkan dukungan Muhammadiyah saja. Hanya mendaftar menjadi aAnggota, mendapat KTA, tidak mau mengikuti perkaderan Muhammadiyah, tidak mau paham ideologi Muhammadiyah, tidak pernah hadir dalam pengajian Muhammadiyah. Tetapi sangat bersemangat jika ada keuntungan berupa materi di Muhammadiyah, seperti pembagian sembako, mendapatkan beasiswa dan lainnya. Memang Muhammadiyah tidak akan rugi, akan tetapi kader atau anggota seperti itu menjadi haram Bermuhammadiyah.

Teringat perkataan KH Ahmad Dahlan, “hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Jangan sampai ketika mendekati Pemilu atau Pilkada baru mendekati dan aktif di Muhammadiyah, setelah itu entah ke mana. Tentu kejadian ini bisa terjadi di manapun dan kapanpun, ada saja yang ingin memanfaatkan Muhammadiyah sebagai kendaraan, setelah tidak menguntungkan maka akan menuduh kafir, sekuler kepada kader Muhammadiyah yang sedang berjuang di jalan berbeda.

Semoga dengan hadirnya tulisan ini, dapat terus menguatkan penulis untuk menghindari perilaku di atas serta membuat pemikiran penulis semakin terbuka sehingga tidak mudah mengkafirkan sesama umat muslim.

Editor: Arif

17 posts

About author
Penulis
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds