Tulisan singkat ini mencoba menjelaskan tentang Nalar Islam dan Sains. Diawali dengan pengertian, lalu dilanjutkan penjelasan singkat tentang epistemologi Islam dan Sains
Walaupun singkat, penulis berharap agar tulisan ini sebuah ilmu yang bermanfaat Jika ada kekurangannya, penulis dengan senang hati menerima masukan dari pembaca.
Pengertian Nalar
Jika kita merujuk KBBI daring yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), maka kita temukan dua pengertian nalar. Pertama, nalar bermakna selalu. Kedua, nalar berarti pertimbangan tentang baik buruk; akal Budi. Ketiga, nalar merupakan aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis; jangkauan pikir; kekuatan pikir.
Dari beberapa pengertian nalar di atas, arti ketiga lah yang lebih pas untuk tulisan ini. Dengan demikian, nalar yang dimaksud pada tulisan ini adalah aktivitas yang memungkinkan seseorang untuk berpikir logis.
Pengertian Nalar Islam dan Sains
Nalar Islam adalah cara membangun paham Islam (dari wahyu al-Qur’an dan Hadis Nabi Saw). Dengan kata lain, nalar Islam adalah epistemologi Islam.
Lalu, apa itu nalar sains? Nalar sains adalah epistemologi sains. Nalar sains adalah cara menumbuhkembangkan sains.
Nalar/Epistemologi Islam
Islam merupakan agama yang mempunyai sumber ajaran, yakni primer dan sekunder (Anwar, 2019). Sumber primer ajaran Islam adalah al-Qur’an dan adis Nabi SAw. Adapun sumber ajaran sekundernya adalah akal-pikiran.
Apa itu al-Qur’an? al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw, yang dibaca dengan mutawatir dan berbagai beribadah dengan membacanya. Adapun hadis Nabi Saw ialah segala sesuatu yang diriwayatkan oleh para Sahabatnya tentang dan di seputar Nabi Saw yang mencakup ucapan, perbuatan, persetujuan diam-diam atau sifat yang dikaitkan kepada Nabi Saw.
Akal-pikiran sebagai sumber ajaran sekunder agama Islam telah didayagunakan oleh ulama untuk merumuskan paham Islam secara lebih sistematis. Hasilnya, saat ini kita mengenal al-Maqaashid al-Syarii’ah (Tujuan-tujuan Syari’ah), al-Qiyaam al-Asaasiyyah (Nilai-nilai Dasar), al-Ushuul al-Kulliyyah (Nilai-nilai Tengah), al-Ahkaam al-Far’iyyah (Wawasan-wawasan).
Sebagaimana telah disampaikan di depan bahwa nalar Islam adalah epistemologi Islam. Salah satu tokoh pemikir Islam yang merumuskan pendekatan dalam epistemologi Islam adalah Muhammad ‘Abid al-Jabiri. Beliau adalah seorang pemikir Islam kontemporer kelahiran Figuig, sebuah wilayah di Maroko yang berbatasan langsung dengan Aljazair. Al-Jabiri lahir pada tanggal 27 Desember 1935. Studi sarjana hingga doktoralnya ditempuh di Universitas Muhammad V Rabat, Maroko.
Al-Jabiri mengenalkan tiga pendekatan dalam nalar Islam, yakni bayani, burhani, dan ‘irfani. Penjelasan singkat akan ketiga pendekatan tersebut dipaparkan sebagai berikut.
Nalar Bayani? Secara bahasa, bayani berarti penjelasan, ketetapan, ataupun pernyataan. Adapun secara istilah, bayani dapat dimaknai sebagai pola berpikir bersumber pada nash, ijma’, dan ijtihad.
Nalar Burhani? Nalar Burhani adalah penalaran melalui penggunaan bukti demonstratif. Ia dapat dipahami pula sebagai cara membangun paham Islam menggunakan sains.
Nalar ‘Irfani? ‘Irfani adalah kejernihan hati, kedalaman bathi, dan sensitivitas nurani. Nalar ‘irfani dapat dipahami sebagai cara membangun paham Islam dengan intuisi. Atau dengan ungkapan lain, nalar ‘irfani ialah cara membangun paham Islam dengan bisikan (gerak hati).
Nalar/Epistemologi Sains
Merujuk ke KBBI daring Kemdikbud, terdapat tiga pengertian sains. Pertama, ilmu pengetahuan pada umumnya. Kedua, sains diartikan sebagai pengetahuan sistematis tentang alam dan dunia fisik, termasuk di dalamnya, botani, fisika, kimia, geologi, zoologi, dan sebagainya. Singkatnya, sains adalah ilmu pengetahuan alam. Ketiga, sains dimaknai sebagai pengetahuan sistem yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya. Dari ketiga definisi di atas, yang dimaksud sains dalam tulisan ini adalah ilmu pengetahuan alam.
Para ilmuwan, mengelompokkan sains dalam dua jenis, yakni sains teoritis dan sains praktis. Sains teoritis adalah ilmu pengetahuan alam yang membangun teori, sedangkan sains aplikatif adalah ilmu pengetahuan alam yang langsung diterapkan dalam kehidupan.
Baik sains teoritis maupun aplikatif, keduanya dapat ditumbuh-kembangkan melalui tiga pendekatan, yakni pendekatan matematis, eksperimen, dan komputasi. Pendekatan matematis dalam membangun sains dilakukan dengan memanfaatkan matematika. Pendekatan eksteripen dalam mengembangkan sains dilaksanakan menggunakan percobaan. Adapun pendekatan komputasi dalam menumbuh-kembangkan sains dilakukan dengan komputasi (pemrograman).
Wa Allah a’lamu bi al-shawab.
Semoga bermanfaat.