Perspektif

Memahami Persoalan Islam Sunni dan Islam Syiah

4 Mins read

Menelaah mengenai Islam Syiah memang menjadi hal yang sentimental di kalangan umat Islam di Indonesia, yang hampir seluruhnya adalah Islam Sunni. M. Bukhari Muslim menegaskan bahwa kebanyakan dari para pembenci kelompok Syiah mendengarkan penjelasan akidah Syiah bukan dari ulama Syiah dan buku-buku otoritatif.

Namun ada catatan yang perlu saya kritik sehingga tidak menjadikan bumerang bagi orang Muhammadiyah yang seolah sangat ‘care’ dengan ajaran Syiah. Namun sebelum itu, mari kita tengok kembali sejarah kerenggangan antara Islam Syiah dan Islam Sunni. Perbedaan mendasar apa yang ada di antara keduanya?

Menelusuri Islam Syiah

Pada masa kekhalifahan Khulafarrasyidin, kata Syiah (dalam artian nama sekte orang Islam) belum lah dikenal. Ketika pertikaian antara Ali dan Muawiyah memanas, barulah kata Syiah muncul sebagai nama sebuah kelompok umat Islam. Namun dengan catatan konteksnya berarti pendukung antara Ali dengan Muawiyah. Sementara akidah Syiah dan fahamnya masih sama karena bersumber dari al-Quran dan Sunnah Rasul.

Titik api kala itu dimulai ketika Khalifah Utsman bin Affan terbunuh. Sebagian besar umat Islam yang di antara mayoritasnya adalah kaum Muhajirin akhirnya membaiat Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Namun kala itu, sebagian umat Islam ada yang tidak sepakat dengan pembaiatan Ali hingga berkecamuklah perang Jamal oleh pasukan Zubair dan Thalhah. Perselisihan juga berlanjut dengan adanya pemberontakan oleh Muawiyah dan terjadilah pertempuran di lembah Shiffin.

Perselisihan itu akhirnya mereda dengan munculnya keputusan takhim atau perjanjian damai. Namun peristiwa tersebut bukannya memperbaiki persatuan, malah memunculkan faksi-faksi di tubuh umat Islam menjadi tiga kelompok. Dan mulai saat itulah dikenal Kelompok Syiah, yaitu golongan yang memihak pada Ali dan kerabatnya. Kelompok Syiah berpendapat bahwa Ali dan keturunannya lah yang berhak menjadi khalifah.

Baca Juga  Refleksi ‘Asyura Bersama Buya Hamka

Persoalan Mendasar antara Sunni dan Syiah

Antara Sunni dan Syiah, sebenarnya tidak lah memiliki perbedaan mendasar mencolok dalam masalah ushul maupun di dalam masalah furu’. Misalnya merujuk pada pecahan kelompok Syiah yang bernama Syiah Zaidiyyah yang tersebar di Yaman. Mereka mengakui kitab-kitab Ahlussunnah seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dan juga beberapa yang lainnya. Islam Syiah Zaidiyyah juga tidak mencela para sahabat. Mereka juga meyakini bahwa al-Quran tidak terjadi perubahan seperti halnya pada Islam Syiah selain Zaidiyyah.

Lalu kita akan mengenal beberapa Islam Syiah seperti Syiah Imamiyah atau Jafariyah. Jafariyyah hampir tidak dipermasalahkan dalam hal fiqih, karena perbedaan tersebut juga tidak jauh serupa dengan perbedaan madzhab-madzhab pada Ahlussunnah. Seperti Imam Asy-Syaukani menyebutkan madzhab Ahlul Bait di dalam kitabnya Nailul Authar, dan hal tersebut tidak diperdebatkan oleh Kalangan Sunni.

Al-Quran dan Sunnah antara Sunni Syiah sejatinya adalah sama. Al-Quran dalam cetakan Islam Syiah sama halnya yang dicetak di Makkah dan Madinah. Namun sebagian di antara mereka bahwa al-Quran pada saat ini belum lengkap sebelum dibawa oleh al-Mahdi kelak.

Kemudian terdapat masalah syahadat yang memiliki penambahan ‘aku bersaksi bahwa Ali Wali Allah!’ Dan hal tersebut dibenarkan oleh Ulama Syiah walaupun tidak ada dalil dalam al-Quran maupun Sunnah yang tercantum. Lalu dalam batasan Sunnah menurut Syiah adalah sunnah Rasulullah SAW dan para Imam mereka yang maksum. Imam Islam Syiah yang berjumlah 12 imam (Syiah Imamiyah-Itsna Asyariyah) atau dengan jumlah berbeda pada kelompok Syiah lainnya tersebut wajib ditaati sebagaimana taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya. 

Maka dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa hal yang mendasar yang menimbulkan roma sentimen Islam Sunni terhadap Islam Syiah yaitu pada masalah akidah (pokok-pokok agama). Namun hal-hal lain pun dapat menjadi argumen dalam memandang Syiah dan terbentuklah tiga kelompok Sunni dalam menanggapi Islam Syiah

Baca Juga  Syiah dalam Pandangan HAMKA

Tiga Golongan Ahlussunnah terhadap Syiah

Pertama, golongan yang langsung mengkafirkan. Kelompok ini menganggap bahwa Islam Syiah mutlak sesat dan telah keluar dari Islam. Pendapat ini biasa kita temui oleh orang-orang salafi pada umumnya. Mungkin tidak hanya mengkafirkan Islam Syiah, kita tahu mereka juga mengkafirkan kelompok Sunni yang tidak sepemahaman dengan mereka.

Kedua, golongan yang memandang Islam Syiah dari sisi politik semata. Adalah sikap beberapa orang Sunni yang memandang Islam Syiah dari sisi sejarah dan politik. Bagi mereka akidah Syiah (yang batil maupun tidak) bukan menjadi permasalahan bagi mereka dan hal tersebut dimaklumi sebagai kebebasan berijtihad. Kelompok ini lebih terfokus pada kepentingan politik yang dijalankan dari awal sejarah hingga pada peristiwa Revolusi Iran oleh Imam Khumaeni.

Ketiga, golongan pertengahan. Adalah kelompok yang tidak mengkafirkan Syiah secara mutlak. Namun mereka secara tegas mengkritisi akidah Syiah yang disepakati oleh para ulama Ahlussunnah telah bergeser pada akidah yang bersumber pada al-Quran dan Sunnah. Sebagaimana beberapa yang telah penulis jelaskan di atas serta beberapa perbedaan tajam masalah imamah dan sikap Syiah terhadap sahabat Nabi.

Sikap Muhammadiyah terhadap Islam Syiah

Sebagai warga Muhammadiyah yang menjunjung tinggi persatuan, maka tak sepantasnya kita saling bermusuhan dalam bingkai Islam. Sikap Muhammadiyah ini jelas berlaku umum kepada kelompok-kelompok Islam lainnya juga kepada umat beragama lain. Hal ini diwujudkan untuk merajut kerukunan dan ketentraman dalam bermasyarakat maupun dalam lingkup bernegara.

Namun, jika kita merujuk pada Tujuan Muhammadiyah yaitu ‘menegakan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya’, maka sudah sepatutnya kita menjaga kemurnian agama Islam dan tetap berpegang teguh terhadap nilai-nilai Islam yang bersumber pada al-Quran dan Sunnah. Membangun gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang tentunya ramah terhadap semua golongan.

Baca Juga  Awal Kemunculan Hadits Palsu

Seperti hanya sikap Prof. Dr. Yusuf al-Qardhawi pada Muktatamar Pendekatan Antar Madzhab di Doha, Qatar (20-22 Januari 2007) yang tidak menyerukan peleburan prinsip Islam Sunni dan Islam Syiah. Sikap beliau juga tidak menyerukan orang-orang atau membiarkan perpecahan tanpa adanya persatuan. Beliau mengambil sikap untuk saling menghormati kepercayaan masing-masing dan menyerukan untuk saling menguatkan dalam muamalah.

Jika sahabat Bukhari memberikan pandangan terhadap Islam Syiah hanya pada segi ketokohan, maka hal tersebut belum lengkap dalam memandang Syiah secara keseluruhan. Bahkan tidak hanya tokoh-tokoh Syiah yang dikagumi oleh kita semua, seperti halnya Amien Rais dalam kekagumannya terhadap cendekiawan muslim Ali Syariati, kita pun diberi kebebasan dalam mengagumi tokoh-tokoh cendekiawan muslim manapun juga atau bahkan tokoh-tokoh nonmuslim.

Seperti saya yang berasal dari keilmuan fisika berhak mengagumi Albert Einstein atau Stephen Hawking tentang penciptaan alam semesta yang notabenenya tidak percaya akan adanya Tuhan.

Maka kembali, saya merekomendasikan untuk tetap menjaga akidah Sunni dan berpegang teguh pada keyakinan kita dengan mampu memilah keilmuan pada tokoh-tokoh cendekiawan dunia dalam bidang apapun. Begitulah muslim seharusnya bersikap wasathiyyah.

Editor: Shidqi Mukhtasor/Nabhan

Anggun Nugroho Saputro
10 posts

About author
Mahasiswa Jurusan Sains-Fisika, Institut Teknologi Sumatera. Komisariat IMM Prof BJ Habibie Bandar Lampung. Asal Kudus, Jawa Tengah
Articles
Related posts
Perspektif

Moderasi Hilirisasi Haji

3 Mins read
Dalam beberapa tahun terakhir, hilirisasi haji telah menjadi sorotan penting di Indonesia. Berangkat dari visi untuk memberikan pelayanan haji yang berkualitas dan…
Perspektif

AI dan Masa Depan Studi Astronomi Islam

4 Mins read
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan program komputer yang dirancang dan dihadirkan untuk dapat meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan,…
Perspektif

Pendidikan sebagai Dasar Pembentuk Nilai Hidup

3 Mins read
“Pendidikan (opvoeding) dan pengajaran (onderwijs) merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds