Perspektif

Meneguhkan Gerakan Keagaamaan Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri

2 Mins read

18 November 2020. Pandemi belumlah usai, Milad Muhammadiyah tahun ini membawa pesan kepada seluruh umat khususnya warga persyarikatan bahwa gerakan keagaamaan haruslah menjadi teladan dalam hadapi pandemi dan masalah negeri.

Menghadapi pandemi COVID-19, peran tokoh agama dan eleman organisasi keagamaan mempunyai peran sentral untuk meningkatkan kesadaran publik serta sebagai rujukan penting yang diharapkan dapat menjembatani sains dan agama. Pada tahun 2001, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pernyataan tentang pendapat kolektif para cendekiawan agama Islam, yang menyatakan bahwa produk medis turunan hewan, termasuk vaksin, dianggap bersih. Terlepas dari pernyataan WHO tersebut, tidak semua orang yang beragama Islam mempercayainya. Seringkali isu kesehatan dan pengobatan dan agama dianggap berpotongan. Tidak terkecuali di Indonesia, sebagai negara Muslim terbanyak di dunia.

Secara resmi, pelayanan kesehatan di berikan secara sekuler di negara dengan penduduk 248 juta, dengan 80% penganut Islam. Selain pengobatan modern, penduduk juga mencari layanan kesehatan alternatif dari tabib dan dukun. Islam sebagai agama mayoritas memainkan peran penting dalam hal-hal seperti vaksinasi, disinformasi saat pandemi, serta beberapa terapi pengobatan.

Organisasi keagamaan Islam di Indonesia seperti Persyarikatan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mempunyai konsen bergerak memberikan pelayanan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan ini tidak hanya untuk orang Islam, namun untuk semua agama, suku dan ras. Mempunyai sifat inklusif tidak eksklusif.

Muhammadiyah berdiri pada tahun 1912 oleh Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Dari sisi pelayanan pendidikan, sosial dan kesehatan, Muhammadiyah menjadi salah satu gerakan Muslim paling berpengaruh di Indonesia. Teologi Al-Maun menjadi nafas dalam gerakan kemanusiaan dalam konteks aktualisasi beragama seluruh warga persyarikatan, baik elemen organisatoris, ortom, dan juga warga kultural.

Baca Juga  Pada Mulanya Muhammadiyah Adalah "Islam Jawa"

Fokus utama Muhammadiyah ada pada kegiatan pendidikan, layanan kesehatan, kegiatan kesejahteraan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dalam masa Pandemi ini, Muhammadiyah sudah memiliki 2.604 sekolah dasar, 1.722 sekolah menengah, 745 sekolah menengah, 546 sekolah kejuruan, 160 pesantren, dan 177 perguruan tinggi dan universitas. Layanan kesehatan Muhammadiyah dikelompokkan menjadi tiga kelompok; rumah sakit, klinik, dan klinik bersalin dan anak.

Ada lebih dari 400 institusi kesehatan milik Muhammadiyah, dan lebih dari 300 institusi kesejahteraan sosial (Muhammadiyah, 2015). Kuantitas sumber daya insani dan fisik itu diperkuat oleh koordinasi yang sangat memadai oleh MCCC (Muhammadiyah COVID-19 Command Center). Pengalaman dalam penanganan disaster management oleh MDMC menjadi tonggak kesiap-siagaan yang sudah lama terbangun untuk selalu siap membersamai perjalanan negeri dan menjaga NKRI.

Dalam kondisi darurat kesehatan masyarakat pada masa pandemi, resistensi dan stigma masyarakat muncul sebagai akibat dari misinformasi kesehatan. Tingkat kepercayaan publik dan keadilan dalam kesehatan menjadi hal penting bagi masyarakat termasuk bagi petugas kesehatan. Preferensi politik nyatanya tidak begitu saja dapat memotivasi masyarakat untuk percaya terhadap pelayanan kesehatan.

Dimasa depan upaya penanggulangan misinformasi kesehatan harus didorong dengan melibatkan respons penanganan medis yang baik. Upaya ini juga termasuk melibatkan peran serta masyarakat secara setara, meningkatkan kepercayaan pada sistem kesehatan yang sedang dikembangkan.

Maka sudah selayaknya penanganan krisis kesehatan masyarakat depan tidak hanya memperhatikan tindakan pencegahan infeksi dan faktor epidemiologis saja, tetapi juga merumuskan bagaimana menanggulangi misinformasi kesehatan. Penanganan krisis kesehatan masyarakat tanpa melibatkan komunitas keagaamaan tidak hanya memicu perlawanan, ketidakpercayaan, tetapi juga tindakan kekerasan. Hal ini akan mengakibatkan penyebaran epidemi di luar kendali dan meningkatkan kesengsaraan umat dan masyarakat.

Baca Juga  Mengapa Orang Selalu Curiga Terhadap Aksi Massa?

Dalam konteks ini, peranan organisasi keagaamaan di Indonesia seperti Muhammadiyah tidak perlu diragukan lagi. Bersama dengan organisasi Islam wasathiyah lainnya, keberadaan ormas tidak akan menjadi benalu bagi negeri tetapi menjadi penyokong kekuatan civil society dan punya daya tawar sebagai social capital bagi pembangunan. Hadapi pandemi dan selesaikan masalah negeri.

Selamat Milad Muhammadiyah yang ke 108. Nasrumillah wa fathun qarib. Fastabiqul Khoirot!

Editor: Yusuf

Related posts
Perspektif

Psikologi Sosial dalam Buku "Muslim Tanpa Masjid"

3 Mins read
Dalam buku Muslim Tanpa Masjid, Kuntowijoyo meramalkan pergeseran signifikan dalam cara pandang umat Islam terhadap agama dan keilmuan. Sekarang, ramalan tersebut semakin…
Perspektif

Paradoks Budaya Korupsi Masyarakat Religius

2 Mins read
Korupsi yang tumbuh di masyarakat yang dikenal religius memang menjadi paradoks. Di masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai agama, mestinya kejujuran, integritas, dan…
Perspektif

Mau Sampai Kapan IMM Tak Peduli dengan Komisariat?

2 Mins read
Barangkali unit terkecil IMM yang paling terengah-engah membopong organisasi adalah komisariat. Mereka tumbuh serupa pendaki yang memanjat gunung tanpa persiapan dan dukungan….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds