Feature

Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan: Catatan Singkat Hari Santri

3 Mins read

Judul di atas adalah tema hari santri tahun ini. Sebuah tema yang sangat menarik untuk kita perbincangkan, karena berkaitan dengan masa depan Indonesia. Menyambung juang adalah suatu keniscayaan untuk berbicara tentang keindonesiaan hari ini.

Kondisi keindonesiaan kita hari ini agak melemah, akibat berbagai faktor. Arah yang kita tujuh untuk membangun keindonesiaan agak melemah. Apa yang ditanamkan oleh founding father banyak yang melenceng dari negara atau bangsa ini. Nampaknya kita harus merefleksikan ulang konsep bernegara yang baik, yang telah ditanamkan oleh para pendiri bangsa ini.

Santri hari ini, sebaiknya banyak belajar dari pejuang kemerdekaan yang notabene adalah sebagian adalah para santri. Begitu banyak jasa para santri zaman kemerdekaan untuk bangsa yang diperjuangkannya.

Mereka bukan hanya menyumbangkan pemikiran yang cerdas untuk bentuk negara ini, tapi juga berkorban jiwa dan raga untuk kemerdekaan bangsa dan negara ini. Para santri sangat memahami kondisi negara yang begitu majemuk dan pluralistik dalam berbagai aspek.

***

Memang terjadi perdebatan yang sengit diawal kemerdekaan tentang dasar negara yang akan menjadi acuan atau rujukan dalam berbangsa dan bernegara., tetapi dengan semangat cinta kepada bangsa yang akan dibentuk, yang merujuk kepada kondisi nusantara yang sangat beragam dan berbinneka, akhirnya mereka menyepakati dasar dalam bernegara, yaitu Pancasila.

Pancasila ini adalah berkah yang sangat besar untuk bangsa Indonesia, dan inilah adalah warisan yang sangat berharga yang diwariskan oleh para pendiri bangsa, sekaligus juga sebagai “kalimatun sawa”, atau “titik temu”, antara berbagai agama atau aliran pemikiran kebangsaan yang ada di Indonesia.

Bangsa Indonesia yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa adalah bangsa yang sangat sangat besar, baik dari segi wilayah, pulau-pulau, budaya, etnis, bahasa. Ini adalah hal yang patut kita syukuri dan banggakan. Namun juga suatu kecelakaan sejarah, bilamana kita tidak mampu untuk menyatukan dan mempertahankannya.

Baca Juga  Khazanah Keislaman di Kota Thaif

Hal-hal itulah yang perlu kita sambung kembali, daya juang dari para pendahulu peletak dasar visi kebangsaan dari bangsa ini. Menyambung juang yang telah diperjuangkan oleh santri-santri awal dari pejuang bangsa ini, adalah harga mati bagi pelanjut atau santri hari ini.

***

Tugas santri ke depan itu semakin berat, karena tantangan ke depan untuk membangun bangsa juga semakin berat. Tantangan itu datang berbagai arah, ada tantangan yang sifatnya internal, dan tantangan yang sifatnya eksternal.

Tantangan yang sifatnya internal dari para santri ini adalah sifat kemalasan, khususnya malas dalam belajar, malas dalam mengkaji berbagai keilmuan dalam literatur keislaman. Padahal semangat keilmuan yang dimiliki oleh para ulama klasik dalam mengkaji keilmuan sangat tinggi.

Kalau kita membaca sejarah perjalanan keilmuan ulama-ulama klasik, kita akan terkagum-kagum. Salah satunya adalah Imam Syafi’i yang dikenal sebagai salah seorang imam madzhab yang punya pengikut yang sangat banyak dari berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.

Sejarah perjalanan kehidupan imam Syafi’i adalah sejarah keilmuan yang tidak pernah berhenti mengembara menambah pundi-pundi keilmuannya. Banyak fatwa-fatwa keilmuan dari iman Syafi’i yang menjadi rujukan pada zamannya dan sampai hari ini tetap menjadi rujukan umat lewat karya-karya yang telah ditinggalkan sebagai warisan untuk umat hari ini.

***

Santri hari ini mesti banyak belajar dari semangat dalam mengkaji keilmuan seperti yang dilakukan oleh ulama-ulama klasik. Santri hari ini yang sangat familiar dengan alat-alat teknologi yang begitu canggih, mestinya lebih banyak melakukan inovasi intelektual lewat alat bantu teknologi yang begitu mudah menghasilkan suatu karya intelektual. Saatnya santri ke depan bisa menjadi Syafi’i-Syafi’i baru atau Gazali-Gazali baru dalam menghasilkan suatu karya intelektual.

Baca Juga  Perlukah BPIP Gelar Kompetisi Hari Santri Nasional?

Pesan-pesan para ulama terdahulu yang syarat kehidupannya dengan keilmuan, senantiasa kita gaungkan untuk para santri hari ini. Warisan-warisan keilmuan para ulama klasik, perlu diwariskan untuk santri hari ini, sebagai bekal dalam menghadapi berbagai tantangan dunia ke depan.

Seperti apa yang pernah disampaikan oleh KH Ahmad Sahal Mahfudz kepada para santri, bahwa seorang santri itu harus punya prinsip, punya karakter yang kuat, atau dalam bahasa agamanya punya iman yang Istiqomah. Itulah pondasi dasar yang harus dimiliki oleh seorang santri.

Pesan yang sangat penting juga yang harus diwarisi oleh seorang santri menurut Kyai Sahal adalah santri jangan pernah berhenti belajar. Inilah warisan abadi untuk para santri, sebagaimana semangat dari ulama-ulama terdahulu, konsep pembelajaran untuk para santri adalah pembelajaran seumur hidup.

***

Dan selanjutnya seorang santri itu punya daya kritis. Tentu saja daya kritis disini adalah kritis dengan berbagai ajaran-ajaran, ketimpangan-ketimpangan sosial yang banyak timbul dalam masyarakat, dan hal-hal yang bertentangan dengan visi kebangsaan yang telah diletakkan oleh pendiri bangsa, terhadap para kelompok-kelompok yang menggaungkan kembali pendirian negara yang bertentangan dengan Pancasila.

Para pemikir bangsa atau tokoh bangsa seperti Gus Dur, Cak Nur, dan Syafi’i Ma’arif dan banyak cendekiawan lainnya menyepakati bahwa Pancasila itu sudah final.

Dengan demikian persambungan perjuangan, dari para peletak dasar pendiri bangsa ini, hendaklah disambut oleh para santri, dengan mencoba mempertebal semangat dalam melanjutkan visi perjuangan yang telah ditinggalkan oleh founding father atau pendiri bangsa ini. Para santri harus berada di garda terdepan dalam melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa ini.

Selamat hari santri, santri berjuang merengkuh masa depan.

Avatar
41 posts

About author
Kepala Madrasah Aliyah Nuhiyah Pambusuang, Sulawesi Barat.
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds