Perspektif

Menyiapkan OSCIE dengan Bahagia

4 Mins read

OSCIE (Objective Structured Competence in Islamic Values) atau ujian nilai-nilai keislaman sebenarnya ujian biasa saja. Yang diujikan dalam OSCIE adalah kegiatan amalan Islam sehari-hari, seperti thaharah, shalat, baca Qur’an dan doa kesehatan.

Kok ada doa kesehatan? Ya karena Unisa adalah kampus kesehatan, maka lulusannya diharapkan menguasai doa kesehatan. Misal menjenguk orang sakit, minum obat, dan operasi.

Bagi sebagian mahasiswa, mereka mampu menghadapi dengan tenang. Sebagian lainnya panik, penuh ketakutan, kekhawatiran, kesedihan. Bagaimana bila nanti tidak lulus. Apakah baca Qur’annya dengan artinya, dan seterusnya.

Saya kira itu kekhawatiran yang tidak perlu. Apabila anda membaca satu per satu pembekalan OSCIE, juga ceklist, insyaallah anda akan paham.

Thaharah misalnya. Mahasiswa tinggal memperagakan saat wudlu sejak awal hingga diakhiri dengan doa setelah wudlu. Dilanjutkan memperagakan mandi besar, lalu tayamum. Langkah-langkahnya sudah dituliskan tiap tahapannya.

Apa sebenarnya makna ujian thaharah? Tentu agar kita senantiasa menjaga kesucian diri. Eh kok ya kebetulan sekarang kita harus menghadapi pandemi Covid-19. Pesan kebersihan disuarakan oleh semua orang, semua pihak, di seluruh dunia.

Bagi perempuan, pengetahuan thaharah menjadi penting lagi. Mengapa? Karena setiap bulan perempuan selalu mengalami menstruasi atau datang bulan. Ketika sudah usai, sudah bersih, maka wajib baginya untuk mandi besar. Setelah itu baru bisa melakukan shalat.

Padahal, saat bersih itu kan relatif. Aturannya jelas, yaitu mandi besar apabila benar-benar telah suci, telah bersih, tidak ada lagi darah yang keluar. Persoalannya, kadang darah itu sudah tidak lagi keluar, lalu mandi besar dan shalat. Namun setelah itu keluar darah lagi. Perempuan harus belajar sungguh-sungguh tentang mandi besar (mandi wajib) bila ingin menjadi sesungguhnya perempuan.

Bila dalam perjalanan, perempuan tidak mendapatkan air, bagaimana caranya bersuci? Jangan pusing, jangan ragu, jangan bimbang. Islam mengajarkan kita untuk tayamum. Uenak banget kan ya jadi muslim itu.. Aturannya sudah sangat jelas bagi kehidupan individu.

Memohon Pertolongan Kepada Allah

Begitu pula dengan shalat. Dalam ceklist sudah dirinci tahapan shalat dan bacaannya. Mengapa to kita perlu mempelajari hal shalat? Jawabnya sederhana. Ud ‘uni bishshabri washshalat. Minta tolonglah pada Allah dengan sabar dan shalat.

Baca Juga  Wayang Disebut Haram, Abdul Mu'ti: Media Dakwah yang Efektif

Pandemi Covid-19 ini adalah keadaan yang sangat nyata bagi kita semua untuk senantiasa minta tolong kepada Allah. Setiap kita, apapun profesi kita, memiliki peluang yang sama untuk terpapar virus tersebut.

Sebagai manusia biasa, wajar bila kita ada rasa takut, khawatir, was-was. Juga ketika kini kita mulai masuk era new normal, mulai diberlakukan bekerja di kantor (BDK). Dengan demikian ada list yang harus diisi saat presensi kerja, yaitu BDK atau BDR (bekerja dari rumah). Begitu pula mahasiswa, selalu ada godaan hati untuk memilih lebih suka kuliah online ataukah offline.

Kembali ke persoalan shalat. Shalat menjadi jawaban atas kegelisahan-kegelisahan kita. Dengan shalat, kita menghadapkan diri dan wajah kita hanya kepada Allah. “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam.”

Sebagai seorang tenaga kesehatan dan sarjana lulusan kampus berwawasan kesehatan, sudah saatnyalah kita sungguh-sungguh mempelajari shalat. Tujuannya agar kita mampu menegakkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa? Karena profesi kita menuntut mampu memberikan pertolongan dengan baik. Menggunakan baju hazmat dengan APD lengkap, bila dipikir membuat susah. Tidak bisa makan minum sesuka hati. Tentu harus menahan lapar dan haus. Kita pun berkepentingan Allah menguatkan kita, memampukan kita.

Persoalan iringannya adalah bagaimana cara shalat bila dalam keadaan berbaju hazmat dengan APD lengkap? Lagi-lagi Islam hadir memberikan kemudahan. Ada ketentuan jamak taqdim dan jamak taqhir. Ada pula shalat dengan berdiri, duduk, maupun berbaring. Banyak sekali diskon yang Allah berikan. Maka penting kita pelajari bagaimana ketentuan diskon-diskon tersebut, agar kita dapat menempatkan keyakinan Islam dengan benar.

Islam yang Tidak Menyulitkan

Pelajaran Islam yang saya dapatkan dari Pak AR adalah kita perlu menempatkan Islam dengan benar. Tidak menyulitkan, tidak pula menggampangkan. Keadaan tiap orang beda-beda, maka penting kita terus menerangkan kondisi-kondisi sehingga umat senantiasa memiliki harapan untuk kembali ke jalan Islam yang penuh kedamaian.

Baca Juga  Kajian Ramadan: Pluralisme Agama dalam Persepektif Politik Islam

Bagaimana pula dengan doa kesehatan? Doa mengunjungi orang yang sakit, doa ketika minum obat, doa ketika operasi. Itu wajib dihafalkan.

Baiklah kita pelajari dulu apa dan bagaimana doa-doa kesehatan tersebut dan bagaimana ceklistnya. Ada tiga poin penilaiannya, yaitu hafal doanya, hafal artinya, dan menguasai komunikasi dengan pasiennya.

Tenaga kesehatan memang setiap hari berurusan dengan orang sakit. Wajar bila wajib hafal doa kesehatan. Dadang Hawari menjelaskan bahwa kesembuhan itu datangnya dari Allah, kita itu hanya perantara. Bukan obat yang menyembuhkan karena obat hanyalah sarana.

“Ya Allah Tuhannya manusia, hilangkan penderitaan (sakit), sembuhkanlah karena Engkaulah Penyembuh. Tidak ada kesembuhan, kecuali Engkau Yang Menyembuhkan. Kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit.”

Kita semua manusia ini adalah hamba Allah, kita berkepentingan akan pertolongan Allah. Tengoklah saat kita sakit, kita akan senantiasa memanggilNya “Sembuhkan, ya Rabb”.

Ada kalanya kita sudah berobat ke sana kemari. Bahkan bisa jadi diagnosa dokter semua sudah dinyatakan baik, namun kita merasa masih sakit. Nastaghfirullah. Ada situasi seperti itu. Dokternya pun tidak faham, lebih lagi pasiennya.

Dalam kondisi demikian, ketika kita jadi pasien, apakah kita akan terus menuntut dokter? Tentu tidak. Kita hanya perlu kembali kepada kepada Sang Pemilik Kehidupan. Seorang Titiek Puspa, penyanyi kondang, melawan sakit kanker yang dideritanya dengan meditasi. Simak dialognya bersama Dedi Corbuzier. Meditasi bagi kita yang muslim maknanya apa? Adalah kondisi hening mengembalikan persoalan hidup ini pada Sang Pemilik Kehidupan.

OSCIE dan Semangat Belajar Alquran

Ada apa dengan bacaan Al-Qur’an dan hafalan surat pendek? Sesungguhnya hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang. Adalah Dr. dr. Zaenal Muttaqien Shofro, seorang dokter yang ketika menerangkan, yang tersaji keseluruhannya adalah kalimat Allah. Bagai Al-Qur’an berjalan. Saya takjub dibuatnya.

Baca Juga  Seminar Hybrid Wakaf Uang, Langkah Awal Kerjasama Indonesia-Jerman

Tentu saja saya jadi adem dibuatnya. Kok bisa beliau seperti itu ya? Kuncinya sederhana, beliau selalu membaca dan membaca Al-Qur’an. Saya pun menjadi rindu pada Rasulullah yang digambarkan oleh ‘Aisyah seperti Al-Qur’an berjalan.

Mungkin seperti itulah keindahan dan kedamaian yang diharapkan. Andai kita semua, apapun profesi kita, menjadikan Al-Quran sebagai hiasan, kita hanya akan menjalankan peran yang telah Allah tuntunkan. Tidak ada gelisah dan resah karena iman menjadi benteng kepribadian.

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik.”

Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari apa yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta Ridha Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba Nya.

Bolehlah kita menginginkan kesenangan hidup di dunia, menikmatinya, namun tetaplah jadikan takwa dasar utamanya. Begitulah makna yang kita peroleh dari kalimat “dijadikan terasa indah..” Janganlah kesenangan hidup di dunia menjadikan kita tergelincir untuk melupakan Allah, tidak lagi mau membaca Al-Qur’an, enggan dan malas untuk mempelajarinya karena kesibukan kuliah dan praktikum, tidak mau menghafalkan doa kesehatan karena agama dianggap pelengkap saja.

OSCIE hanyalah jembatan. OSCIE adalah kebijakan kampus UNISA Yogyakarta untuk mengantarkan para lulusannya menjadi insan-insan kamil yang senantiasa dirindukan surga.

Siapkanlah dengan optimal hingga tiba hari ujian. Ikhlaskan dengan capaian itu. Milikilah semangat untuk terus membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan profesi. Janji Allah benar dan pasti ditepati, maka janganlah ragu dan bimbang. Semangat OSCIE, Kawan.

Editor: Yusuf R Y

Avatar
2 posts

About author
Sri Lestari Linawati akrab disapa "Bu Lina" adalah dosen AIK Unisa Yogya. Pegiat literasi, penggagas BirruNA PAUD Berbasis Alam & Komunitas", pembina HW Kafilah Unisa, di PESPAMA Unisa sebagai sie kemahasiswaan.
Articles
Related posts
Perspektif

Mencegah Fenomena Hipokrisi di Pondok Pesantren

3 Mins read
Pondok (pesantren) secara umum diartikan sebagai lingkungan bersama sistem pembelajaran Islam pada Indonesia dengan edukasi-edukasi keagamaan, bahasa Arab dan seni belajar hidup…
Perspektif

Kecilnya Keterwakilan Perempuan di Tingkat Eksekutif: Komitmen Afirmasi yang Tidak Terealisasi

3 Mins read
Dalam visi misi dan kampanye publik pemilihan presiden kemarin, kita tentu ingat bahwa isu gender masuk ke dalam suatu topik khusus yang…
Perspektif

Cerita di Balik Gencatan Senjata Israel-Hisbullah

3 Mins read
Dunia bisa sedikit legah. Minggu lalu telah terjadi kesepakatan genjatan senjata antara Israel dan Hisbullah. Tentu menjadi harapan semua pihak hendaknya peperangan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds