Review

Merawat Khazanah Sastra Indonesia Lama yang Hampir Terkubur

3 Mins read

Buku karya Edwar Djamaris, Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Balai Pustaka, 1993), mengajak kita menelusuri manuskrip-manuskrip dunia sastra lintas zaman. Ia memilih bahasa yang mudah dipahami. Cukup runut ia menguliti sejarah sastra Indonesia secara periodik. Bagaimana perkembangan sastra yang lahir sejak pra hingga pasca pengaruh Islam di Indonesia.

Mula-mula, Djamaris menelisik kandungan atau makna sastra yang berisikan undang-undang atau adat-istiadat dalam masyarakat. Adat istiadat disajikan dalam bentuk cerita serta diselingi dengan pantun, petatah-petitih, peribahasa, dan sebagainya. Istilah adat istiadat ini dapat diistilahkan sebagai customary law, yakni adat istiadat yang dipakai sejak dahulu secara turun-temurun. Dengan membaca kesusastraan yang berisi undang-undang ini kita akan mengetahui latar belakang cara berpikir dan falsafah hidup masyarakat zaman dahulu serta adat istiadatnya, adat raja-raja, adat yang dilakukan dalam upacara tertentu (hal.13).

Kitab Tajussalatin

Kandungan sastra berisi undang-undang di atas mengingatkan kita pada satu karya sastra berbahasa Arab tentang ketatanegaraan, yaitu kitab Tajussalatin yang ditulis oleh Buchari al-Jauhari. Syed Nasir Bin Ismail dalam kata pengantar Tajussalatin yang diterbitkan di Kuala Lumpur menjelaskan bahwa kitab tersebut banyak persamaannya dengan buku berbahasa Arab, Al-Taj al-Akhlak al-Muluk yang ditulis pada zaman pemerintahan Harun Al-Rasyid.

Tajussalatin merupakan buah karya sastra lama yang memberi pelajaran tentang kewajiban-kewajiban moral yang harus dilakukan oleh raja-raja, menteri, hulubalang, bendahara, penulis, pembawa berita, para duta, dan pejabat kerajaan lainnya terhadap rakyat dan kepada Allah. Demikian juga sebaliknya, bagaimana kewajiban yang harus dilaksanakan oleh rakyat terhadap negara dan Allah.

Diceritakan dalam buku ini, sebagai contoh bahwa syarat utama seorang raja itu ialah berbuat adil dan mengutamakan kepentingan orang yang melarat, miskin, dan teraniaya. Pahala bagi raja yang adil itu lebih besar daripada pahala naik haji 60 kali atau pahala orang yang sembahyang sunah selama 60 tahun. Demikian besar pahalanya raja yang adil itu.

Baca Juga  Bisakah Puritanisme Bersanding dengan Pluralisme?

Dalam buku ini juga dilengkapi dengan cerita Nabi Yusuf yang kurus badannya dan pucat mukanya karena kurang makan walaupun di istananya banyak makanan. Hal ini disebabkan tiada nafsu makannya karena ia selalu memikirkan dan menyertai rakyatnya yang melarat, miskin, dan lapar.

Pengaruh Islam-Jawa

Sastra melayu asli atau yang kerap diistilahkan dengan sastra tradisional merupakan suatu golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun-temurun, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Istilah lain biasa disebut cerita rakyat atau folklor, karena cerita ini hidup di kalangan rakyat. Semua masyarakat mengenal cerita ini.

Cerita rakyat itu biasanya disampaikan secara lisan oleh orang yang hafal ceritanya. Sehingga menurut ahli folklor (cabang Ilmu Antropologi) cerita rakyat itu disebut sastra lisan (oral literature). Karya sastra yang masuk golongan ini kita bisa menjumpai jenis sastra seperti contoh: mantra, peribahasa, pantun, dan banyak lagi jenis lainnya (hal.16).

Berbeda dengan khazanah Melayu asli yang masih sebatas pada cerita rakyat, sastra Melayu klasik pengaruh Hindu merupakan pengaruh asing pertama dan lama di Nusantara ini. Hingga abad ke-16 sastra Hindu yang berperan di daerah Melayu. Hasil sastra Hindu yang kita kenal, seperti Ramayana, Mahabharata, dan Pancatantra yang di dalam sastra Melayu dikenal dengan judul hikayat Srirama, hikayat Pandawa Lima, hikayat Sang Boma, dan hikayat Kalilah dan Daminah yang juga popular dalam sastra Melayu.

Kesusastraan tertulis sampai kepada kita baru pada permulaan abad ke-17. Kesusastraan Melayu secara tertulis mulai pada zaman pengaruh Islam. Cerita-cerita pada waktu itu ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Karya sastra Indonesia lama pengaruh Islam menghasilkan cerita-cerita yang nuansa keislamannya cukup kental. Hasil sastra Indonesia lama pengaruh Islam ini dapat digolongkan dalam beberapa golongan, yaitu: Kisah tentang para nabi, hikayat tentang Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, hikayat tentang pahlawan-pahlawan Islam, cerita tentang kepercayaan Islam, cerita dongeng dan legenda Islam, dan cerita mistik atau tasawuf.

Baca Juga  Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

Sastra Indonesia lama pada taraf permulaan ialah mantra. Sutan Takdir Alisjahbana (1952:92) menggolongkan mantra ini ke dalam golongan bahasa berirama. Sedang bahasa berirama ini termasuk jenis puisi lama. Pada waktu berburu, orang-orang terdahulu beranggapan dengan mennggunakan mantra, harimau dan binatang buas lainnya yang ada di hutan akan lari untuk menghindar, sehingga tidak mengganggu orang yang berburu.

Di samping mantra, suatu hasil sastra Indonesia lama yang masih hidup sampai sekarang ialah peribahasa. Penciptaan peribahasa baru memang jarang kita temui, namun peribahasa lama itu masih digunakan dalam berbagai kesempatan. Ada yang berpendapat bahwa banyak peribahasa itu yang tidak sesuai lagi artinya dewasa ini. Sebagai contoh, “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, dan “Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, baik juga negeri sendiri”, diubah oleh penyair Taufik Ismail dalam sajaknya menjadi, “Guru kencing berdiri, murid mengencingi guru,” dan “Hujan emas di negeri sendiri, hujan batu di negeri orang, baik juga negeri sendiri.”

Peribahasa tidak saja merupakan mutiara bahasa, bunga bahasa, tetapi juga suatu kalimat yang memberikan pengertian yang dalam, luas, dan tepat. Disampaikan dengan halus dan penuh kiasan. Peribahasa sindiran atau cacian halus bisa kita jumpai, peribahasa cacian kepada orang yang sombong atau orang yang tak berilmu tetapi besar bicaranya, misalnya dikatakan, “Seperti padi hampa, makin hampa makin mencongkak.” Lebih populer lagi dengan ungkapan, “Tong kosong keras bunyinya.

Edwar Djamaris membuka cakrawala kita bahwa Indonesia, sepanjang sejarahnya, memiliki kekayaan sastra dengan beragam genre.

Editor: Arif

Avatar
3 posts

About author
Pengangguran yang bercita-cita menjadi penulis, pustakawan, dan majikan atas diri sendiri (merdeka)
Articles
Related posts
Review

Kumandang Dakwah Sang Pembaharu dari Paciran: Kiai Muhammad Ridlwan Syarqawi

3 Mins read
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan pembaharu (tajdid) sekaligus pemurnian akidah Islam. Sejak awal berdirinya di Yogyakarta, Kiai Ahmad Dahlan telah menancapkan pakem kokoh…
Review

Memahami Teks, Menyadari Konteks: Review Buku Interaksi Islam Karya Mun'im Sirry

5 Mins read
Buku ini, Interaksi Islam, karya terbaru Prof. Mun’im Sirry, mengusung tiga tema besar: Pertama, penelusuran aktivitas relasi antaragama di masa awal Islam,…
Review

Belajar Kehidupan dari Dilarang Mencintai Bunga-Bunga Karya Kuntowijoyo

4 Mins read
“Membaca karya Kuntowijoyo ini pembaca akan merasakan bagaimana sensasi imajinasi yang membuat pikiran merasa tidak nyaman.” (Buku Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, Kuntowijoyo)…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds