Report

Muhamad Rofiq Mudzakkir: Kehidupan Muslim di Amerika itu Mudah

1 Mins read

IBTimes.ID – Kendati jumlah muslim di Amerika hanya satu persen, namun kehidupan mereka tidak sulit. Muslim di Amerika sangat mudah mencari masjid untuk salat.

Menurut Muhamad Rofiq Muzakkir, intelektual muslim alumni Arizona State University, di Amerika banyak orang berjilbab. Mahasiswi-mahasiswi muslim juga biasa berjilbab ketika berada di kampus.

“Orang berjilbab sudah lumayan banyak. Sementara masyarakat Amerika itu sendiri juga terbuka, menerima keragaman,” ujar Muhamad Rofiq Muzakkir dalam Podcast Muhammadiyah for All.

Bahkan, ada beberapa masjid yang suaranya sampai keluar seperti di Indonesia. Walaupun secara umum masjid di Amerika suaranya hanya di dalam, tidak sampai keluar.

Di Minessota yang mayoritas masyarakatnya adalah pengungsi dari Afrika, anggota kongres yang terpilih adalah muslim. Secara keseluruhan, dari 500 anggota kongress, ada dua orang perempuan muslimah.

Rofiq juga menyebut bahwa banyak muslim yang berprofesi sebagai dokter, terutama muslim yang berasal dari Asia Selatan. Mereka memiliki tingkat pendidikan yang baik dan tidak malu menunjukkan identitas sebagai muslim. Ada pula yang jadi insinyur dan pekerjaan-pekerjaan profesional lain.

Bahkan, kini juga mulai muncul berbagai institusi dakwah dan lembaga keislaman seperti masjid, sekolah, hingga kampus.

“Di California ada kampus Islam punya Hamzah Yusuf. Di Minessota ada, di Texas ada, ada di mana-mana. Dan orang bisa belajar Islam di kampus-kampus itu seperti di Timur Tengah. Cari orang yang paham turats itu mudah sekali,” imbuh pria yang juga dipercaya sebagai Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Amerika Serikat tersebut.

Bahkan, imbuhnya, umat Islam di Indonesia perlu belajar tentang bagaimana orang Amerika melakukan integrasi antara modernitas dengan tradisi Islam klasik.

Sementara itu, dalam menyikapi Islamofobia, ia menyebut bahwa hal tersebut adalah pengecualian. Secara prinsipil, imbuhnya, orang-orang Amerika adalah orang-orang yang toleran, terbuka, dan terbiasa dengan perbedaan. Di sisi lain, kebebasan beragama di Amerika telah dijamin oleh konstitusi.

Baca Juga  Robert W Hefner: Amin Abdullah, Sosok Dibalik Revitalisasi Perguruan Tinggi Islam

Kalau ada peristiwa diskriminasi, orang Amerika bisa dan biasa melaporkan ke meja hijau. Amerika adalah tempat di mana toleransi begitu tinggi.

“Tetapi saya tidak ingin mengatakan kalau Islamofobia itu tidak ada. Itu ada dan sistematis. Kadang-kadang ada faktor politik dan seterusnya. Tapi secara umum biasa saja. Aman,” tegasnya.

Avatar
1457 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Hamim Ilyas: Islam Merupakan Agama yang Fungsional

1 Mins read
IBTimes.ID – Hamim Ilyas, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyebut, Islam merupakan agama yang fungsional. Islam tidak terbatas pada…
Report

Haedar Nashir: Lazismu Harus menjadi Leading Sector Sinergi Kebajikan dan Inovasi Sosial

1 Mins read
IBTimes.ID – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir memberikan amanah sekaligus membuka agenda Rapat Kerja Nasional Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan…
Report

Hilman Latief: Lazismu Tetap Konsisten dengan Misi SDGs

1 Mins read
IBTimes.ID – Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hilman Latief mengatakan bahwa Lazismu sudah sejak lama dan bertahun-tahun terus konsisten dengan Sustainable Development…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds