IBTimes.ID – Setelah berhasil mendirikan sekolah untuk pengungsi Palestina di kamp pengungsian Beirut, Lebanon pada 6 November 2020 lalu, Muhammadiyah kini berencana membangun sekolah kedua di tempat yang sama. Sebelumnya, Muhammadiyah melalui Lazismu telah menyerahkan bantuan berupa pendirian Sekolah Lazismu Indonesia di Kamp Pengungsian warga Palestina, Beirut, Lebanon.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Luar Negeri RI, sekolah yang pertama tersebut dibangun atas kerjasama antara Lazismu dengan Lebanese Palestine Youth Forum. Sekolah tersebut fokus pada pengajaran Alquran dan Tafsir. Pengajarnya berasal dari Dar El Fatwa dan siswanya adalah warga Palestina dan Lebanon.
Sementara itu, pembangunan sekolah yang kedua juga dilakukan sebagai salah satu bentuk penyaluran produktif dana bantuan umat untuk bangsa Palestina. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti dalam forum daring Universitas Muhammadiyah Gresik, Senin (2/8). Mu’ti menyebut bahwa aksi ini dilakukan sebagai penguatan peran internasional Muhammadiyah.
“Kenapa Muhammadiyah memilih bangun sekolah untuk pengungsi Palestina di Lebanon? Karena di situ kami mendapatkan informasi dari Pak Hajriyanto Y Thohari, Duta Besar Republik Indonesia untuk Lebanon bahwa di Lebanon itu terdapat lebih dari 400.000 pengungsi Palestina,” jelasnya dilansir dari laman resmi Muhammadiyah.
Tidak hanya bangun sekolah untuk pengungsi Palestina di Lebanon, Mu’ti juga mengungkapkan bahwa Muhammadiyah juga telah berbuat hal serupa pada berbagai negara, salah satunya adalah Rohingya. Muhammadiyah telah mengirimkan dokter-dokter terbaiknya ke Rohingya, Myanmar, untuk memberikan layanan kesehatan.
“Alhamdulillah, berbagai kegiatan kemanusiaan Muhammadiyah juga sudah mendapatkan apresiasi internasional. Muhammadiyah memberikan layanan kemanusiaan, satu tahun dokter-dokter Muhammadiyah itu membantu masyarakat pengungsi dan kemudian merintis berdirinya sekolah di Rakhine State Myanmar,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa aksi Muhammadiyah di luar negeri termasuk berbagai aksi di dalam negeri terutama aksi melawan pandemi dilakukan untuk mengamalkan pesan kemanusiaan yang diajarkan oleh Alquran.
“Ini memang menjadi sesuatu yang tidak mudah kita lakukan karena kita sendiri secara personal mungkin juga berada dalam kesulitan. Tetapi pada saat yang sama di tengah kesulitan itu kita juga tidak boleh egoistis, tidak boleh kemudian berfikir hanya untuk keselamatan diri sendiri, tetapi juga harus berpikir untuk keselamatan orang yang lainnya,” tutupnya.
Sebaaimana diketahui, dalam kesempatan yang sama Mu’ti juga menyebut bahwa Muhammadiyah telah menggelontorkan dana lebih dari 1 triliun rupiah sepanjang penanganan pandemi covid-19 di Indonesia. Selain itu, 75 ribu relawan Muhammadiyah juga membahu-bahu bersama pemerintah dan masyarakat di seluruh Indonesia untuk menangani pandemi covid-19 dan membantu masyarakat yang terdampak.
“Menurut laporan yang telah kami terima, Muhammadiyah sudah melibatkan lebih dari 83 rumah sakit dari sekitar 116 Rumah Sakit Muhammadiyah yang cukup kuat. Itu belum (termasuk) pelayanan melalui klinik-klinik Muhammadiyah dan juga melibatkan lebih dari 75.000 relawan baik dari tenaga kesehatan maupun relawan kemanusiaan,” tutur Mu’ti.
Reporter: Yusuf