Mundurnya Hanafi Rais tentu tidak terlepas dari peran Ayahnya, Amien Rais. Sebagai warga Muhammadiyah, saya tentu hormat kepada Amien Rais. Hormat saya tidak selesai atas jasa dan kiprahnya sebagai penggerak reformasi kala itu. Tapi juga kiprah dan kontribusinya yang boleh dibilang langka terutama ijtihadnya dalam mengambil langkah politik dan mendirikan PAN.
Apa yang dilakukan oleh Mbah Amin adalah strategi, siasah dakwah yang jitu di kala rakyat membutuhkan ruang untuk bergerak dan membutuhkan wadah untuk berjuang. Perlahan karir PAN pasti dan menanjak. Orang mulai mengenali PAN walau bukan partainya orang Muhammadiyah, ia cukup mewadahi dan menampung banyak kader Muhammadiyah dalam berkiprah.
Mundurnya Hanafi Rais
Seiring berjalannya waktu, PAN makin lama makin sulit menyaingi partai seniornya. PDI PERJUANGAN, PPP, maupun GOLKAR. Kini suara PAN pun makin merosot. Di pemilu 2019, PAN justru hanya menyisakan sedikit kursi untuk DPR RI. Di Jateng, PAN gagal meloloskan kadernya menjadi DPR RI. Salah satu kader yang digadang-gadang itu tak lain adalah putera Amin Rais sendiri yakni Mumtaz Raiz.
Kabar mundurnya Hanafi Rais dari DPR RI membuat publik terhenyak. Maklum, seperti tidak ada angin tidak ada badai, anak Amin Rais ini dianggap sebagai penerus karir politik bapaknya yang cukup gemilang. Kalau diibaratkan, sebentar lagi ia akan mencapai tangga emas dalam politik menjadi Ketua MPR seperti bapaknya.
Tapi apa daya, ternyata skenario ayahnya lebih jitu lagi. Mengapa saya menyebut skenario bapaknya? Sebab setelah kabar pengunduran Hanafi tiba-tiba santer terdengar berita bahwa Mbah Amin akan mendirikan partai baru. Hanafi mundur tidak sendiri, ternyata simpatisan dan pengikutnya ikut mundur serentak pula.
Para pengamat berspekulasi bahwa PAN makin mengkerut dan makin hilang taring paska kongres di Sulawesi yang ricuh kala itu. Kongres PAN yang melenggangkan nama Zulkifli Hasan itu menjadi pangkal persoalan mengapa PAN menjadi pecah.
Kubu Amien dianggap tak terima terhadap kubu Zulkifli Hasan. Meski Hanafi diberi ruang masuk kepengurusan partai, tapi Mbah Amien sudah kadung jengkel sehingga menginisiasi pendirian partai baru.
Siasat dan Sensasi
Dalam konteks kepemimpinan, seorang anggota DPR RI adalah milik rakyat indonesia. Terlebih sesudah dilantik, dan konstituen yang memilihnya tentunya. Hanafi melenggang dari Yogyakarta. Kabar naiknya putera Amien Rais ini mulus dan di kalangan bawah memang cukup populer dan mereka menaruh harapan terhadap Hanafi Rais.
Mundurnya Hanafi karena kepentingan politik justru membuat konstituen kecewa. Rakyat seperti disuguhi panggung konflik internal partai yang diumbar ke publik. Terlebih di situasi pandemi korona yang membutuhkan kontribusi dan peran wakil rakyat di DPR. Jelas mundurnya Hanafi membuat hati rakyat makin tatu dan pilu.
Kabar yang santer terdengar bahwa Mbah Amien dan Hanafi akan mendirikan partai baru semakin membuat publik paham bahwa mundurnya Hanafi hanyalah siasat Mbah Amien Rais.
Mumtaz Rais adiknya yang gagal di pencalonan DPR RI jateng pun menilai kakaknya ini tidak memiliki jiwa kesatria dan kurang dewasa dalam politik.
Kita disuguhi drama yang menggelikan sekaligus memilukan. Bagaimana mungkin wakil rakyat yang dipilih konstituen secara sah dan bertanggungjawab pada akhirnya harus mundur karena hasrat politik Mbah Amien Rais yang terlampau besar. Sungguh mundurnya Hanafi hanyalah sensasi yang membuat rakyat makin pilu dan makin ragu untuk percaya kembali pada wakilnya.
Di tengah krisis karena musibah wabah korona, kita dihadapkan pada krisis kepercayaan pada wakil rakyat kita.
Mas Hanafi, kowe Cidro Janji
Editor: Nabhan