Perspektif

Musibah Bikin Kita Naik Kelas dan Kembali Kepada Allah

4 Mins read

Di panggung kehidupan ini, kegelisahan, keputusasaan, kepanikan, dan ketidaktenangan hidup manusia dapat membawa pada penyimpangan sosial dan penyimpangan akidah. Penyimpangan bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti mencari petunjuk hidup selain dari kekuatan Tuhan, melakukan tindakan kriminal, hingga bunuh diri. Hal ini terjadi lantaran terkikisnya nilai-nilai spiritual dalam hati sanubari manusia. Sehingga manusia lupa untuk kembali kepada Allah.

Kembali Kepada Allah

Siapapun tentunya tidak menginginkan hal seperti itu. Dalam setiap keyakinan agama telah memiliki jalur yang jelas untuk mengatasi berbagai masalah apapun yang dialami, yaitu kembali kepada yang memiliki diri kita melalui petunjuk Al-Qur’an dan hadis nabi. Ketika memiliki rasa bersalah dan masalah dalam kehidupan, maka kita sebaiknya kembali kepada Allah.

Artinya: “Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar: 53).

Dengan demikian agama menjadi penting untuk menyadarkan masyarakat dari perilaku tidak terpuji. Sebagai contoh, dua kisah berikut Insya Allah dapat dijadiakan sebagai renungan bahwa musibah itu sebagai sarana penghapusan dosa dan sebagai sarana kenaikan kelas

Sarana Penghapusan Dosa

Manusia yang pernah melakukan kesalahan atau dosa dan berusaha untuk memperbaiki kesalahannya, baginya ada jalan untuk mendapatkan pengampunan Allah. Pada suatu hari Umar Ibn Khatab menemui Nabi Muhammad saw sambil menangis, kemudian Rasulullah saw bersabda:

“Apakah yang menyebabkan engkau menangis?” Umar menjawab: “wahai Rasulullah, di pintu ada seorang pemuda yang membakar hatiku dan ia menangis”. Rasulullah saw bersabda: “wahai Umar, suruh dia masuk kesini”. Pemuda itu masuk sambil menangis, nabi bertanya, “mengapa anda menangis?”, anak muda itu menjawab: “saya telah melakukan dosa besar ya Rasulullah!”, “Dosa besar apa itu?” Tanya nabi dengan beberapa pertanyaan beruntun. Pemuda itu mengisahkan perbuatannya: “wahai Rasulullah, sesungguhnya saya adalah penggali kubur yang telah menekuni pekerjaan tersebut selama tujuh tahun, lalu ada seorang gadis dari golongan Anshar yang meninggal dunia, saya galikan kuburannya dan saya keluarkan dari kain kafannya. tidak lama kemudian setan menggoda hatiku lalu saya menyetubuhinya”. Rasulullah bersabda: “wahai orang fasik, pantasnya tempatmu memang di neraka. pergilah dari sini”.

Pemuda itupun keluar dan bertaubat kepada Allah selama 40 malam seraya berdo’a : “Wahai Tuhan Muhammad, Adam dan Hawa, jika Engkau menerima taubatku, maka beritahulah Muhammad saw dan shabat-sahabatnya, dan jika tobatku tidak diterima, maka turunkanlah api dari langit lantas bakarlah aku dengan api itu, dan selamatkanlah aku dari siksaan akhirat”.

Di akhir kisah, doa pemuda tersebut dikabulkan oleh Allah. Rasulullah saw memanggilnya dan menyampaikan kabar gembira kepada pemuda tersebut bahwa Allah swt telah menerima tobatnya.

Baca Juga  Nasr Hamid Abu Zayd: Poligami Dilarang dalam Al-Qur'an

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (At-Tahrim: 8). (Tanbihul Ghafilin; Hal 160).

Musibah adalah Sarana Naik Kelas

“(ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini).” (QS Al- Kahfi: 10).

Mengiringi ayat tersebut, dikisahkan oleh Nurcholis Madjid dalam bukunya kehampaan spiritual masyarakat modern. Ketiga pemuda melakukan perjalanan jauh ke luar negeri tempat tinggalnya, maka dalam perjalanan terjadi hujan lebat. Akhirnya mereka mencari perlindungan di sebuah gua di kaki bukit.

Setelah berada dalam gua, dari puncak bukit runtuh batu besar dan menutup pintu gua. Sehingga mereka tidak bisa keluar dan hanya bisa berdoa kepada Allah dengan amal saleh masing-masing semoga pintu gua dapat terbuka. Sambil mengingat kebaikan yang paling mengesankan.

Pemuda pertama

Pemuda pertama mulai berdoa, “Wahai Allah! aku mempunyai ibu-bapak yang keduanya sudah tua, dan saya sendiri mempunyai isteri anak yang masih kecil-kecil yang semuanya menjadi tanggunganku. Bila aku pulang dari gembala, kuperas susu untuk meraka, dan pertama-tama kuberikan minum adalah ibu bapakku yang sudah tua itu, baru anak dan isterinku.

Pada suatu hari kudapati kedua orang tuaku lagi tidur dan tak sampai hati membangunkan keduanya yang tidur lelap, sehingga kutunggu sampai bangun dan kusiapkan, kuberikan minuman untuk ibu-bapakku baru untuk anak-anak dan isteriku, lalu berdoa,

Wahai Allah! Engkau tahu bahwa aku berbuat demikian karena mencari keridhaan Engkau. Maka tolonglah buka pintu gua ini bagi kami supaya kami dapat melihat langit. dengan doa ini terdengan goncangan yang menggeserkan batu penutup gua itu.

Pemuda kedua 

Pemuda yang kedua berdoa. Wahai Tuhanku! aku mempunyai seorang paman yang memiliki anak gadis, dan aku mencintainya sampai aku bekerja keras untuk mengumpulkan uang seratus dinar agar aku bisa mendapatkan anak gadis pamanku.

Setelah berhasil mendapatkan uang, kemudian aku serahkan kepadanya, lalu aku hendak melakukan hubungan badan dengannya, lalu ia mengatakan kepadaku, “Wahai hamba Allah! takutlah kepada Allah! janganlah engkau buka kegadisannku melainkan dengan cara yang sah (nikah)”.

Mendengar kata-katanya itu, ya Allah, aku langsung berdiri dan pergi meninggalkannya. Dengan perilaku baik itu, Ya Allah! tolonglah bukakan pintu gua ini agar kami bisa keluar dari sini. Pintu gua sudah semakin terbuka luas.

Pemuda ketiga

Ia adalah seorang dermawan yang kokoh imannya. “Wahai Tuhan ku! aku mengupahkan pekerja membuat peti tempat menyimpan padi. Ketika pekerjaannya selesai , kuberikan upah kepadanya padi, namun ditolaknya. Namun, padi untuk upahnya itu, kutanam untuknya, dan hasilnya kukumpulkan kemudian kubelikan sapi dan kugembalakan.

Pada suatu hari dia datang kepadaku dan berkata “takutlah kamu kepada Allah! jangan mengambil hak ku!”. Aku menjawab, “Pergilah kamu kepadang rumput, tempat dimana aku mengembala sapi-sapi itu, lalu ambillah sapi-sapi itu untuk kamu semuanya dan gembalakanlah untuk dirimu!”kemudian diambilnya sapi itu seraya pergi meninggalkan aku. “Wahai Allah! tolonglah bukakan pintu gua ini bagi kami”.

“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (QS Al- Kahf: 25).

Baca Juga  Masih Adakah Buta Aksara di Negara Kita?

Dari ayat tersebut, dapat di pahami bahwa setelah hidup dalam gua 309 tahun, mereka dapat keluar dan hidup bersama lagi dengan masyarakat.

***

Dari dua contoh di atas, dapat diambil pelajaran bahwa setiap manusia beriman selalu diuji dengan cara-Nya. Setiap dosa dan musibah harus berpengharapan diampuni Allah karena itu pintu pertolongan-Nya. Maka, ketika dihadapkan dengan musibah, jadikanlah sebagai ujian kenaikan iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ustaz Adi Hidayat dalam kajiannya menyampaikan, ketika manusia tidak mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan jangan putus asa dan melakukan tindakan tercela. Melainkan langsung serahkan kepada Allah yang Maha Kuasa atas semesta alam. Semoga berkah rahmat Allah selalu menyertai kita semua.

Editor: Nabhan

Related posts
Perspektif

Moderasi Hilirisasi Haji

3 Mins read
Dalam beberapa tahun terakhir, hilirisasi haji telah menjadi sorotan penting di Indonesia. Berangkat dari visi untuk memberikan pelayanan haji yang berkualitas dan…
Perspektif

AI dan Masa Depan Studi Astronomi Islam

4 Mins read
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan program komputer yang dirancang dan dihadirkan untuk dapat meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan,…
Perspektif

Pendidikan sebagai Dasar Pembentuk Nilai Hidup

3 Mins read
“Pendidikan (opvoeding) dan pengajaran (onderwijs) merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds