Bengkulu. IBTimes.Id. “Di internal Muhammadiyah mulai muncul kekhawatiran tentang kelangkaan ulama,” kata Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti dalam ceramahnya di depan peserta Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MPK PPM) di Bengkulu, Jumat (7/2). Padahal, Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. “Regenerasi menjadi penting karena Muhammadiyah mengadapi tantangan semakin berat,” tegas Mu’ti.
Regenerasi
Menurut Abdul Mu’ti, tantangan Muhammadiyah saat ini semakin berat. Kebutuhan regenerasi kepemimpinan dirasa mendesak. Ia menjelaskan bagaimana seharusnya kriteria figur-figur pemimpin di Muhammadiyah untuk saat ini. Pemimpin itu harus memiliki Ulul ‘Azmi, memiliki azam yang kuat, dan berani mengambil resiko, serta sabar (tahan uji—ed.).
Kebutuhan regenerasi kepemimpinan di internal Muhammadiyah karena mulai muncul kekhawatiran kelangkaan kader ulama di Muhammadiyah. Muhammadiyah sejak awal berdiri, bahkan ditegaskan pula dalam Anggaran Dasarnya, bahwa persyarikatan ini adalah gerakan Islam. Gerakan dakwah amar makruf nahi munkar yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Karakter keagamaan Muhammadiyah itu, terang Mu’ti, memang harus dijawab dengan generasi-generasi yang memiliki keunggulan dalam bidang ulumuddiniyah (ilmu-ilmu agama—ed.). “Kita telah kehilangan ulama-ulama besar di Muhammadiyah. Baru saja di awal tahun ini kita kehilangan Buya Yunahar Ilyas. Ada kekhawatiran tinggi tentang siapa yang bisa melanjutkan kepemimpinan dengan ciri keulamaan itu.”
Tiga Jenis Kader
Kebutuhan regenerasi kepemimpinan di Muhammadiyah, menurut Mu’ti, mensyaratkan tiga jenis kader. Pertama, Kader Mujtahid. Kader yang bisa melakukan pembaruan pemikiran keagamaan dengan kedalaman ilmunya (rasikhuna fil ‘ilmi—ed.). Dengan kedalaman ilmu itu, mereka mampu mengkaji pemikiran-pemikiran keagamaan. “Muhammadiyah perlu upaya akselerasi, meskipun agak terlambat. Tapi kita masih punya banyak waktu untuk berbenah,” kata Mu’ti.
Kedua, Kader Muballigh. Jenis kader ini levelnya di bawah Mujtahid, tetapi mereka harus dengan jumlah yang banyak. Saat ini, Muhammadiyah kekurangan da’i untuk ceramah-ceramah umum. “Yang banyak Muhammadiyah punya adalah pembicara seminar,” seloroh Mu’ti.
Lebih lanjut Mu’ti memperjelas kriteria ini. “Muballigh yang bisa ceramah di panggung dan sedikit lucu itu kurang. Retorika lemah,” tegas Mu’ti. “Meskipun era internet, orang perlu muballigh dengan dua kriteria, yaitu Enlightening (mencerahkan—ed.) dan Entertaining (menyenangkan—ed.).”
Adapun jenis kader ketiga, kata Mu’ti, adalah Kader Muttabi’. “Yang ikut-ikut saja, tetapi militan dengan komitmen tinggi dengan Muhammadiyah. Kecenderungan keagamaan Muhammadiyah berubah, karena tiga kader ini sedang krisis,“ pungkasnya.
Rakornas MPK PPM
Abdul Mu’ti membuka Rakornas MPK PPM yang diselenggarakan di Bengkulu sejak tanggal 7-9 Februari. Rakornas yang dihadir pengurus MPK dari 29 Provinsi se-Indonesia mengangtak tema: “Regenerasi Kepemimpinan Muhammadiyah untuk Indonesia Berkemajuan.”
Reporter: Azaki K
Editor: Arif