IBTimes.ID – Menandai puncak kegiatan Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (26 November sampai 10 Desember), Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan (PSIPP) Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta mempersembahkan dua buku yakni ‘Zakat dan Wakaf Uang untuk Pemberdayaan Perempuan’ dan ‘Zakat untuk Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak’.
Minimnya dukungan bagi perempuan korban kekerasan seksual ataupun korban KDRT, budaya menyalahkan korban karena keluar malam, berjalan sendiri, pakaian tidak menutup aurat, adalah streotype lainnya sehingga korban semakin terpuruk. Bahkan ada diantara korban yang memilih bunuh diri karena tekanan psikis yang kuat.
Para korban menjadi miskin akibat kasus tersebut membutuhkan dukungan materi dan non materi untuk pemulihan jangka panjang. Dan ini tidak dilihat lembaga filantropi sebagai indikator utama memberikan zakat untuk mereka. Hal ini menjadi alasan utama penulisan buku ini sebagaimana diungkapkan Yulianti Muthmainnah, penulis buku dan juga ketua PSIPP ITB-AD Jakarta.
Yuli juga mengatakan bahwa fatwa organisasi-organisasi keagamaan selama covid-19 kurang memperhatikan isu perempuan. “Tidak ada fatwa yang meminta suami menahan diri dari perilaku KDRT, meminta semua orang dalam rumah tangga terlibat dalam kerja-kerja rumah tangga. Juga mengharamkan laki-laki diruang publik melakukan kekerasan seksual. Dampaknya, perempuan yang menjadi korban dimasa covid-19 meningkat,” ujarnya.
Selain itu, mengambil studi kasus di Lampung, DR. Suhairi (Wakil Rektor IAIN Metro) juga menemukan fakta bahwa zakat dan wakaf uang juga belum menyentuh aspek perempuan kepala keluarga, perempuan pekerja rumah tangga, maupun perempuan yang menjadi tulang punggung nafkah kekuarga yang berhak atas zakat dan wakaf uang.
Acara yang dilakukan secara daring dan luring pada Jumat, 11 Desember, dimulai dengan sambutan Rektor ITB AD Jakarta, Mukhaer Pakkanna. Dalam sambutan dan laporannya, kegiatan ini adalah ijtihad PSIPP ITB Ahmad Dahlan Jakarta untuk pembangunan berkelanjutan (SDGs), memastikan perempuan menjadi subyek pembangunan.
“Kampus ITB AD Jakarta sudah mengintegrasikan 15 indikator dengan memasukkan perspektif perempuan dalam Ibadah Sosial, matkul Kemuhammadiyahan sebagai implementasi teologi al-Maun. Sehingga pemberdayaan ekonomi dhuafa berfukos pada isu perempuan, terutama perempuan korban atau perempuan kepala keluarga,” imbuh Mukhaer.
Ghafur Akbar Dharma Putra, mewakili Muhadjir Efendi mengatakan bahwa perempuan sebagai kepala keluarga jarang terlihat sebagai subyek pembangunan dan pihak utama yang berhak atas zakat atau wakaf uang. Padahal jika perempuan berdaya secara ekonomi, maka pembangunan berkelanjutan (SDGs) bisa terwujud. Karenanya perempuan jangan ditinggalkan dalam upaya penghapusan kemiskinan melalui zakat ataupun wakaf.
Keynote speech dan pembuka acara, Wakil Menteri Agama RI, mewakili Menteri Agama RI, Zainut Tauhid Sa’adi menyebutkan potensi zakat, wakaf, infaq, dan shadaqoh di Indonesia merupakan terbesar di dunia. “Nilai-nilai filantropi tumbuh kuat dalam kehidupan masyarakat. Filantropi ini harus terus didukung dan dikuatkan menyentuh isu perempuan,” tegasnya.
Kegiatan bersama antara PSIPP ITB-AD Jakarta dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesian juga dihadiri Prof. Amelia Fauzia (Guru Besar UIN Jakarta, pakar filantropi), DR. Suhairi (Wakil Rektor IAIN Lampung), dan DR. Maria Ulfa Anshor (Komnas Perempuan).
Andy Yentriyani, Ketua Komnas Perempuan, selain mengucapkan selamat atas terbitnya dua buku melalui video rekaman, juga berharap buku ini bisa berkontribusi besar mendukung para penyintas korban kekerasan seksual atau korban KDRT. Andy lebih lanjut mengatakan bahwa jumlah korban meningkat drastis di masa covid-19 dan minim dukungan, itu sebabnya, zakat untuk perempuan korban adalah usulan yang patut diapresiasi bersama.
Kegiatan yang dihadiri 245 orang melalui online. Dan 53 orang melalui offline (sesuai protokol kesehatan) diharapkan bisa meyakinkan para lembaga filantropi memeastikan perempuan tidak tertinggal dalam pembangunan berkelanjutan yang ditargetkan selesai 2030.
Editor: Yusuf