Wabah Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah mewabah ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Tercatat ada 227 per 18 Maret 2020 yang positif COVID-19 di Indonesia, sehingga beberapa sekolah pun melaksanakan Belajar Di Rumah (BDR) dengan menggunakan daring. Bahkan penambahan masa pembelajaran dari rumah pun diperpanjang diberbagai daerah, demi menghambat penyebaran virus yang pertama kali ditemukan kasusnya di Wuhan, Cina tersebut.
Berbagai hal pun muncul ketika pembelajaran dilaksanakan dengan cara daring, dari masalah kurangnya sarana seperti smartphone dari siswa, hingga gagap akan teknologi (gaptek) yang dialami bukan hanya siswa atau pun orangtuanya, tetapi juga guru.
Ketika pembelajaran tersebut diterapkan oleh sekolah, salah satu yang menjadi kewajiban adalah sarana seperti handphone yang mungkin tidak semua orangtua mempunyai, apalagi di desa-desa. Namun, berbagai langkah pun dilakukan demi mempermudah jalannya proses pembelajaran tersebut, salah satunya kebaikan teman atau tetangga yang meminjamkan gawainya demi mempermudah proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Sebenarnya bukan hal itu yang menjadi salah satu hikmah utama dari pemberlakuan BDR ini, namun bagaimana orangtua mampu berperan sebagaimana guru di kelas ketika pelaksanaan.
Dampak BDR pada Siswa dan Guru
Secara tidak langsung, karena adanya pembelajaran model daring ini dikarenakan keadaan. Namun, sesungguhnya adanya proses BDR membuat anak lebih mengurangi aktifitas bermainnya ketika mereka memegang gawai, mulai dari bermain game, hingga bermedia sosial. Anak atau siswa akan lebih disibukan dengan adanya tugas yang datang dari guru mereka ketika ada notifikasi masuk melalui Whatsapp atau aplikasi yang menjadi sarana komunikasi pembelajaran.
Mungkin nantinya akan membuat guru akan lebih aktif dalam memberikan soal melalui media elektronik/daring, sehingga wacana kelas digital akan perlahan dapat diterapkan dan baik siswa maupun guru akan mulai terbiasa.
Meski akan lebih mempermudah, pastinya kekurangan dan kelebihan akan ada dari setiap proses pembelajaran, dimana kejujuran dari siswa dan inovasi serta teknis dari proses BDR menjadi tugas tambahan bagi guru. Guru akan menjadi berpikir lebih bagaimana cara menyampaikan pengetahuan kepada siswa, serta seperti apa dalam membangun karakter siswa melalui pembelajaran daring tersebut. Salah satunya adalah menguji kejujuran siswa dalam mengerjakan tugas, dan bagaimana cara siswa dalam mengerjakannya.
Di sini peran orangtua yang harus membantu proses BDR agar berlangsung dengan efektif dan penuh dengan integritas. Kalimat ini bukan bermaksud menuduh adanya ketidakjujuran pada siswa, namun segala kelemahan harus diantisipasi dan ditanggulangi, dan itu tugas guru, serta kerjasama dari wali siswa/orangtua.
Peran Orangtua pada Proses BDR
Mungkin masih ada orangtua yang acuh terhadap bagaimana proses belajar anaknya ketika sekolah, bagaimana sikap dan respon anak ketika pembelajaran berlangsung dikelas. Namun, pembelajaran daring atau BDR ini secara tidak langsung akan mengajarkan orangtua bagaimana menjadi seorang guru. Jika guru dituntut untuk mencerdaskan dan membina akhlak siswa ketika di sekolah, dan kadang di nilai salah dalam mendidik anak sebagaimana tulisan saya di ibtimes.id “Guru Selalu Salah” beberapa waktu lalu.
Kini, orangtua harus meluangkan waktu dan harus peduli terhadap anaknya dalam proses pembelajaran. Dimana orangtua harus bisa memastikan anaknya tetap belajar pada masa waspada virus Corona ini, bukan malah menganggap proses pembelajaran libur, atau malah mengajak anaknya jalan-jalan. Disinilah orangtua harus mampu menggerakan semangat literasi anak ketika dirumah, dan makin lebih peduli lagi terhadap pendidikan anaknya
Orangtua yang terkadang super sibuk dengan aktifitasnya sehingga kadang tidak mengetahui dan memahami bagaimana anaknya ketika proses belajar mengajar, kini seakan memberikan pencerahan bagi orangtua bagaimana rasanya menjadi guru yang harus menghadapi tidak hanya satu anak di kelas dengan berbagai macam karakter.
Peran guru yang selama ini diharapkan sempurna tanpa cacat sedikitpun, sekarang selama masa BDR berlangsung menjadi tugas orangtua bagaimana orangtua harus mampu mengontrol anaknya ketika menghadapi suatu proses belajar. Guru yakin, orangtua pastinya lebih tau dan lebih mengerti bagaimana karakter anaknya, dan pastinya akan melakukan kontrol pada saat anaknya belajar tanpa rasa mengeluh sedikitpun, mungkin beda dengan guru yang kadang mengeluhkan sikap anak didiknya pada saat KBM berlangsung.
Sejatinya, guru melakukan proses belajar mengajar pastinya dengan rasa tulus ikhlas, namun guru juga manusia biasa yang terkadang memiliki keterbatasan dalam menghadapi sikap murid, yang terkadang masih mengeluh atas sikap dari siswanya. Dan kini untuk sementara, guru hanya bisa mendidik siswa anak-anak didiknya yang tercinta melalui jarak jauh, pastinya tidak akan mengurangi rasa sayang guru terhadap anak didiknya.
Untuk itu, kami (guru) mempercayakan anak didik kami kepada orangtuanya selama masa BDR ini berlangsung, dan kami yakin orangtua yang telah melahirkan dan membesarkannya, yang mempunyai masa lebih banyak dengan buah hatinya, pasti mampu melakukan dan membantu proses pembelajaran daring ini tanpa keluh kesah, karena orangtua pada dasarnya adalah guru yang paling utama bagi anak atau siswa.
Semoga pandemic Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) ini segera berakhir, sehingga proses pembelajaran serta aktifitas lainnya bisa berjalan normal kembali tanpa ada rasa takut. Kami (guru), sangat menyayangi anak didik kami dengan tulus, dan pastinya dengan profesi guru yang disandang adalah untuk mengharap ridho Allah SWT. (*)