Terpuruknya kita, tertinggalnya negeri kita, dan nasib negeri kita yang akan datang; dapat dilihat dari pemuda dan pemudinya saat ini. Pemuda yang hanya memikirkan hal-hal remeh-temeh tidak akan menjadi orang besar. Tetapi pemuda yang memikirkan perkara-perkara besar, memikirkan umat kedepannya. Maka ia akan menjadi orang besar suatu saat nanti.
Masa Kegilaan
“Sesungguhnya masa muda adalah cabang dari kegilaan”
(Fathul Baari 6/46)
Buya Hamka pernah mengatakan, “memang kegilaan itu ditakuti tetapi kadang-kadang kegilaan itu perlu untuk mengubah sejarah yang telah membeku. Revolusi yang besar-besar selalu dipelopori oleh kegilaan para pemuda. Tetapi setelah babak pertama dari revolusi selesai, datanglah masanya memakai pikiran dan renungan yang timbul dari kearifan.
Oleh karenanya para pemuda yang dirindukan oleh bangsa ini adalah pemuda-pemuda yang juga dirindukan oleh surga. Mereka adalah pemuda-pemuda yang dikisahkan Allah dalam surah Al-Kahfi ayat 13-14,
“13. Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka. 14. Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru Tuhan selain Dia”.”
Para pemuda ini istimewa lantaran mereka masih muda, innahum fityatun. Muda itu dikenal dengan keberaniannya, ketangkasannya, kelincahaannya, juga kekuatannya. Para pemuda lebih berani melakukan terobosan-terobosan baru, inovatif, kreatif dan tidak terlalu banyak pertimbangan sebagaimana orangtua.
Pemuda, selalu optimis dan kritis. Sebagaimana Ibrahim muda yang membuat mati kutu si raja Namrud. Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari ufuk timur, maka terbitkanlah ia dari ufuk barat” maka bingunglah si Raja Namrud itu (QS. Al-Baqarah: 258).
Pemuda yang Dirindukan
Pertama, beriman
“Aamanu birabbihim”
(beriman kepada Tuhan mereka)
Ciri pertama adalah beriman kepada Allah. Kenapa pemuda yang beriman dirindukan oleh bangsa ini? Sebab hanya orang-orang yang berimanlah yang takut kepada Allah. Hanya orang-orang yang berimanlah yang kemudian menjadikan akhiratnya menjadi tujuan utamanya.
Aamanu birabbihim adalah pemuda yang yakin. Pemuda yang memiliki keyakinan, pondasi yang kuat. Pemuda ini berani mengambil sebuah resiko sebagaimana Ibrahim muda yang dibakar di atas api yang menyala-nyala. Keyakinan itu, Tauhid itu telah mengakar dan mendarah daging di jiwanya.
Jika nanti para pemuda beriman yang takut dengan Allah ini menjadi pemimpin bangsa, maka ia akan jauh dari kata korupsi, kolusi dan nepotisme. Sebab, dia merasa akan selalu diawasi oleh Allah.
Kedua, intelektual
“Wazidnahum huda”
(dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka)
Pemuda yang beriman maka akan ditambahkan petunjuk atau penerang dalam hidupnya oleh Allah. Dengannya maka ia akan lebih bijak dalam bersikap. Mengembalikan segala sesuatu kepada Allah dan Rasul-Nya. Bukan menjadi hakim-hakim buta yang tidak tahu apa-apa; memutuskan perkara “sak enak udele dewe”. Mirisnya lagi adalah menjadi pemuda yang mudah terprovokasi, menelan mentah-mentah suatu informasi dan kurang literasi.
Ketiga, aktivis
“Warabatna ‘ala qulubihim”
(Dan Kami telah meneguhkan hati-hati mereka)
As-Suyuti menjelaskan bahwa Allah akan memperkuat hati mereka yang berpegang teguh kepada kalimat haq. Lalu pemuda yang dirindukan itu, yang diimpi-impikan kehadirannya oleh umat adalah pemuda yang Allah eratkan hatinya satu sama lain, rabithah. Ukhuwah yang terjalin semata-mata karena Allah. Cintanya di dalam bertemu dan berpisah pun karena Allah. Kemudian mengharapkan lagi pertemuan itu kelak di dalam jannah-Nya.
Rabithah ini juga akan didapatkan mana kala para pemuda ini bergabung dalam sebuah organisasi atau komunitas, bergabung dalam sebuah lembaga, bergabung pada sebuah partai, ataupun bergabung pada sebuah organisasi kemasyarakatan. Erat hatinya terbentuk dalam perkumpulan tersebut. Inilah ciri seorang pemuda yang hatinya saling terpaut sebagaimana sebuah pasukan.
Keempat, progresif
“Idqamu faqalu”
(berdiri dan menyatakan sikap)
Ciri-ciri pemuda selanjutnya adalah berani berdiri dan menyatakan sikap. Pemuda yang tidak berani menyatakan sikap, maka bukanlah pemuda penggerak dan berkemajuan. Karena tidak layak disebut sebagai seorang pemuda apabila tidak berani menyatakan sikap, terutama dalam amar ma’ruf nahi mungkar.
Pemuda Pembawa Perubahan
Seorang pemuda berani menyulik Ir. Soekarno dan Moh. Hatta untuk segera menyatakan kemerdekaan. Seorang pemuda berani turun dan aksi untuk menggulingkan kedudukan Presiden Soeharto. Seorang pemuda harus berani menyatakan sikap meskipun resiko besar adalah pilihannya. Sebagaimana Musa muda yang menyatakan sikapnya kepada Fir’aun – yang mengaku sebagai Tuhan, lalu dikejarlah Musa dengan penuh kecemasan.
Seorang pemuda yang menjadi juru dakwah, yang memiliki komitmen tinggi dan agen perubahan bangsa akan memukul musuh-musuhnya dengan pukulan yang tak terelakkan. Juru dakwah kita akan melawan juru perusak bangsa dan generasi. Wartawan kita melawan wartawan mereka. Sastrawan kita melawan sastrawan mereka. Penulis kita melawan penulis mereka, dan ilmuwan kita melawan ilmuwan mereka.
Kelak dimasa depan, pemuda-pemudi kita adalah pemimpin bangsa ini. Jika mereka tidak memiliki mental perubahan dan berkemajuan. Maka bangsa ini harus siap memikul beban berat kerusakan dan ketertinggal dengan bangsa lain.
*Miftachul W Abdullah