Perspektif

Peace Tour to Europe 2020: Menjembatani Dunia Islam dan Barat

2 Mins read

Oleh: Imam Shamsi Ali

Salah satu komitmen saya ke depan adalah membawa Islam lebih jauh ke berbagai belahan dunia. Islam sebagai “rahmah” yang membawa keberkahan, kasih sayang, kedamaian, dan kebahagiaan untuk semua umat manusia di seluruh penjuru dunia.

Peace Tour to Europe

Islam yang dalam Al-Quran dikenal dengan “rahmatan lil-alamin” memang ini dirindukan dan ditunggu oleh dunia. Islam yang tidak saja memang berkarakter mulia dan damai. Tapi juga disampaikan dan ditampilkan dengan karakter mulia dan damai pula.

Dari tanggal 9 hingga 24 Februari 2020 ini saya berkeliling ke beberapa negara/kota di Eropa untuk sharing ilmu dan pengalaman dengan teman-teman Muslim maupun non Muslim. Perjalanan saya ke Eropa ini atas sponsor teman-teman Cabang Istimewa Muhammadiyah Jerman, dengan melibatkan semua organisasi-organisasi Islam Indonesia lainnya, termasuk PCNU, PPI, dan Persatuan Masyarakat Muslim dan lain-lain. Tentunya, perwakilan-perwakilan RI di berbagai kota Eropa ikut memberikan dukungannya.

Safari saya kali ini mencakup beberapa ceramah umum (public lectures) dan diskusi terbuka di beberapa universitàs Eropa. Di antaranya di Bonn Università, Signund Freud University, Giethe Universtat, dan beberapa lainnya.

Dialog antar agama terutama diadakan di Hamburg Università Jerman. Termasuk bedah buku “Sons of Abraham”, buku yang saya tulis bersama seorang pendeta Yahudi di Amerika. Tema yang diusung dalam Safari ini adalah “an Indonesian Muslim on Peace Tour to Europe.” Atau Muslim warga Indonesia membawa misi perdamaian ke Eropa.

Tujuh Pesan Perdamaian

Kita ingin menyampaikan beberapa makna penting, antara lain: pertama, bahwa misi dasar Islam adalah peace (perdamaian). Bertujuan untuk membalik stigma yang dikembangkan selama ini seolah di mana ada Islam di situ akan terjadi konflik. Sehingga Islam dipersepsikan sebagai sumber konflik dan kekerasan.

Baca Juga  Islam Hari Ini: Surplus Konflik, Minim Tradisi Intelektual

Kedua, bahwa ketika berbicara tentang Islam yang berkarakter damai dan kemajuan itu, dunia harus menengok ke negara Muslim terbesar dunia saat ini, yaitu Indonesia. Di negeri inilah Islam dan nilai-nilai modernitas, demokrasi, inklusifitas, serta penghormatan HAM dan wanita senyawa dan saling bergandengan tangan.

Ketiga, bahwa Islam sebagai agama yang mengedepankan “ta’aawun” atau “partnership” dapat menjadi jembatan bagi terbangunnya kerjasama antara Barat dan dunia Islam. Dalam dunia yang terpolarisasi (terpecah) justeru Islam harus tampil sebagai pemersatu di tengah keragaman manusia.

Keempat, bahwa Safari ini membuka mata dunia, khususnya dunia Barat, jika Islam jangan lagi dipersepsikan sebagai agama Timur Tengah saja yang dianggap antitesis dari kemajuan, demokrasi, kebebasan, dan penghormatan kepada wanita dan HAM. Tapi justru Islam adalah agama paling global untuk semua manusia. Dan Indonesia harus tampil sebagai salah satu pusat peradaban Islam dunia itu.

Kelima, bahwa Safari ini hendak membangun kesadaran umat Islam di Indonesia akan tanggung jawab dakwah global. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar dunia, Indonesia harusnya sadar dan berada di garda terdepan untuk menampilkan Islam yang “wasathan” (moderat dan berkemajuan).

Keenam, bahwa Safari ini juga membawa pesan kepada Eropa bahwa Islam harusnya tidak dicurigai, apalagi dilihat sebagai ancaman dan musuh. Islam justru selalu hadir di mana saja sebagai kontribusi dan “healing” (obat) untuk berbagai penyakit sosial masyarakat (social ills), termasuk penyakit rasisme yang saat ini meninggi di dunia Barat.

Ketujuh, bahwa Safari ini juga mengingatkan pemerintah Indonesia untuk mengambil Islam sebagai bagian terpenting dari diplomasi publiknya (Public Diplomacy). Agar dalam mengkampanyekan wajah Indonesia, Islam tetap harus menjadi salah satu karakter terpenting bangsa dan negara ini. Kita harus bangga dan mampu mengkampanyekan jika Islam dan Indonesia adalah dia entitas yang menyatu dan senyawa. Bersatunya komitmen keagamaan dan kebangsaan menjadikan Indonesia kuat dan unik di antara negara-negara dunia.

Baca Juga  Menyemai Islam Humanis Bukan Islam Fanatis

Semoga kunjungan ini membawa manfaat dan berkah untuk Eropa dan dunia secara umum. Sekaligus semakin mengenalkan salah satu kekuatan dan keindahan bangsa dan negara Indonesia tercinta sebagai negara Muslim terbesar dunia.

*) Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation, Imam/Direktur Jamaica Muslim Center

Editor: Arif

Avatar
48 posts

About author
Direktur Jamaica Muslim Center NY/ Presiden Nusantara Foundation
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds