Perspektif

Pemimpin Perempuan dalam Ruang Publik Perspektif Islam

2 Mins read

Berbicara tentang kepemimpinan perempuan di Indonesia pada Pilkada 2024 kali ini sangat luar biasa. Terlebih Pilkada Provinsi Jawa Timur, yang ketiga calon gubernurnya adalah sosok perempuan.

Pemimpin perempuan masih menjadi polemik bagi sebagian kalangan. Terlebih kepemimpinan perempuan dalam ruang publik masih banyak menuai pro dan kontra. Ada yang sepakat, ada pula yang menentang tanpa syarat apapun. Lantas, bagaimana islam memandang kepemimpinan perempuan dalam ruang publik?.

Kepemimpinan dalam Islam

Dalam Al-Qur’an tidak ada satupun ayat yang menjelaskan bahwa seorang perempuan dilarang untuk menjadi pemimpin. Allah menjelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 30:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa tugas semua manusia itu sama yaitu menjadi khalifah atau pemimpin untuk menciptakan kemaslahatan di muka bumi. Hal inipun diperkuat dengan sabda Nabi Muhammad Saw:

أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin.” (H. R. Bukhari).

Hadits tersebut menegaskan bahwa tugas dan kewajiban setiap manusia itu sama, yaitu menjadi seorang pemimpin. Minimal menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri dan setiap kepemimpinannya dimintai pertanggungjawaban.

Pemimpin Perempuan dalam Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an, Allah mengabadikan nama-nama perempuan hebat untuk menjadi teladan bagi kita semua. Diantaranya, yaitu Ratu Bilqis, Ratu yang amat cantik jelita dan bijaksana. Hingga sukses memimpin dan menjadikan rakyatnya makmur dan sejahtera.

Baca Juga  Wahyudi Akmaliyah: dari “Kesantunan Offline” Menuju “Kesantunan Online”

Kemudian, ada Aiysah binti Muzahim, sosok yang dipuji Al-Qur’an karena kemandirian dan keteguhan imannya dalam melawan raja yang zalim yaitu Fir’aun. Tak asing juga kita kenal, sosok Maryam, dengan ketegasannya menjaga kehormatan dirinya, sehingga Allah berikan anugerah putra salih yaitu Nabi Isa.

Jejak Perempuan Mulia Zaman Nabi

Selain nama-nama tersebut yang diabadikan Al-Qur’an. Kita juga mengenal sosok-sosok perempuan mulia, sebagai representasi perempuan yang berhasil dalam memimpin. Pertama, Khadijah yang terkenal dengan mendermakan seluruh harta, tenaga dan pikirannya untuk mendukung dakwah Islam.

Sosok kedua, yaitu Aisyah, perempuan cerdas yang menjadi rujukan ribuan hadits yang bersambung sanadnya. Selain itu, pada zaman nabi juga ada yang bernama Rithah, sosok pemimpin keluarga yang menafkahi suami dan anak-anaknya. Bahkan hal itu mendapat pujian dari Nabi dengan menyebutkan demikian adalah sebuah kebaikan dan mendapat pahala. Selanjutnya, sosok yang berani berjuang di medan perang yang bernama Nusaibah.

Cukuplah sekiranya nama-nama tersebut menjadi bukti bahwa perempuan memiliki kapabilitas yang sama dengan laki-laki untuk memimpin. Perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai pemimpin dalam ruang publik.

Kepemimpian Perempuan dalam Ruang Publik

Landasan untuk menjadi seorang pemimpin dalam Islam adalah kemaslahatan umat. Hal ini ditegaskan dalam surah At-Taubah ayat 71:

وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗۗ اُولٰۤىِٕكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّٰهُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

“Orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) makruf dan mencegah (berbuat) mungkar, menegakkan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Baca Juga  Beriman dalam Bahaya Corona

Dari pemaknaan ayat tersebut bahwa karakteristik pemimpin dalam islam bukan ditentukan dari jenis kelaminnya. Namun ditentukan dari kualitas, kapasitas dan kapabilatasnya untuk menjalankan tugas demi kemaslahatan umat.

Wallahu a’lam

Avatar
2 posts

About author
Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UMS
Articles
Related posts
Perspektif

Islam Agama Kasih Sayang

1 Mins read
Islam mengajarkan kasih sayang dengan banyak cara; menebar salam, saling memberi makan,  menyambung silaturrahim, bahkan membalas kejahatan atau keburukan dengan kebaikan yang…
Perspektif

Paradoks: Salah Kaprah Memaknai Glorifikasi dan Kesederhanaan

4 Mins read
“Tempat paling berbahaya adalah tempat yang paling aman.” Kalimat di atas merupakan contoh sederhana untuk mengerti bagaimana atau apa itu paradoks. Secara…
Perspektif

Teknologi dan Inovasi Digitalisasi Pendidikan

4 Mins read
Dalam beberapa tahun terakhir, digitalisasi pendidikan di Indonesia telah mengalami lompatan besar, terutama berkat berbagai inovasi yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds