Sejak berdirinya, Muhammadiyah telah menempatkan pendidikan sebagai salah satu pilar utama dalam perjuangan dakwahnya. Salah satu momen penting dalam sejarah perjalanan ini terjadi pada malam 17 Juni 1920, yang oleh Haji Syuja dalam bukunya “Muhammadiyah dan Pendirinya” (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Majelis Pustaka, 1989), disebut sebagai “malam yang diberkati Allah SWT.”
Pada malam itu, di Gedung Hoofdbestuur (HB) Muhammadiyah, Jalan Djagang West Kauman (kini Jalan Kauman no. 44), Yogyakarta, KH. Ahmad Dahlan memimpin rapat anggota Muhammadiyah. Agenda rapat tersebut meliputi pelantikan empat tokoh muda yang akan mengisi jajaran HB Muhammadiyah, yaitu Haji Hisyam (Ketua Bagian Sekolahan), Haji Syuja (Ketua Bagian PKO), Haji Fachrodin (Ketua Bagian Tabligh), dan Haji Mochtar (Ketua Bagian Taman Pustaka). Setelah pelantikan, Haji Hisyam diberi kesempatan pertama untuk menyampaikan pidatonya sebagai Ketua Bagian Sekolahan yang baru dilantik.
Dalam pidatonya, Haji Hisyam menegaskan visi besarnya untuk pendidikan di Muhammadiyah, yaitu memajukan pendidikan hingga mampu mendirikan sebuah universitas yang megah. Haji Syuja merekam pidato tersebut dalam sejarah dengan ungkapan: *”Saya akan membawa kawan-kawan kita pengurus bagian sekolahan berusaha memajukan pendidikan dan pengajaran sampai dapat menegakkan gedung universiteit Muhammadiyah yang megah untuk mencetak sarjana-sarjana Islam dan maha-maha guru Muhammadiyah guna kepentingan umat Islam pada umumnya dan Muhammadiyah pada khususnya.”
Pidato ini mencerminkan visi besar Haji Hisyam dan semangatnya yang tak kenal lelah dalam mengembangkan pendidikan di Muhammadiyah. Sebagai salah satu murid KH. Ahmad Dahlan, Haji Hisyam diberikan amanah besar di usia yang masih relatif muda, sekitar 37 tahun. Jabatan sebagai Ketua Bagian Sekolahan, yang merupakan unsur pembantu pimpinan Muhammadiyah saat itu, diembannya dengan penuh tanggung jawab.
Menghadapi Tantangan Zaman
Saat kita merenungkan pidato Haji Hisyam tersebut, penting untuk membawa visi tersebut ke dalam konteks kekinian. Pendidikan di era modern menghadapi tantangan yang jauh lebih kompleks dibandingkan masa lalu. Tantangan ini meliputi aspek ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi yang terus berkembang pesat. Di tengah globalisasi dan perkembangan teknologi yang cepat, pendidikan tak bisa lagi hanya berfokus pada transfer ilmu pengetahuan semata, tetapi juga harus membangun karakter dan moralitas yang kuat.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, sumber daya yang kuat sangatlah dibutuhkan. Sumber daya insani, terutama dosen atau pendidik Muhammadiyah, harus terus didorong untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kapasitasnya dan kualitas diantaranya melalui studi lanjut, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Menuntut ilmu ke mana pun adalah bagian dari ikhtiar untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi yang lebih penting adalah menjaga niat mulia setelah menempuh pendidikan tersebut.
KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, selalu menekankan pentingnya pendidikan yang berlandaskan pada ketauhidan dan semangat dakwah. Dalam salah satu pesan yang sangat masyhur di kalangan Persyarikatan, beliau berpesan kepada generasi muda Muhammadiyah:
“Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu hendaklah warga muda-mudi Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut ilmu pengetahuan (dan teknologi) di mana dan ke mana saja. Menjadilah dokter sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan (propesional) lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu.”
Pesan ini sangat relevan untuk dijadikan pedoman bagi generasi pendidik Muhammadiyah saat ini. Tantangan yang dihadapi mungkin berbeda dengan masa KH. Ahmad Dahlan, namun semangat dan niat mulia untuk memajukan pendidikan serta memberikan manfaat kepada umat harus tetap dijaga. Pendidikan bukan sekadar untuk mendapatkan gelar atau status sosial atau soal karir semata, tetapi sebagai sarana untuk mendidik generasi yang berkarakter mulia dan berkontribusi kepada masyarakat.
Pentingnya Regenerasi dalam Pendidikan
Salah satu aspek yang sangat penting dalam mengawal niat mulia Muhammadiyah dalam pendidikan adalah memastikan adanya regenerasi yang berkelanjutan. Generasi muda Muhammadiyah harus disiapkan dengan sungguh-sungguh untuk meneruskan perjuangan ini. Oleh karena itu, Muhammadiyah selalu mendorong para dosen untuk terus belajar dan meningkatkan kompetensinya, agar kualitas pendidikan yang diberikan semakin baik dari waktu ke waktu.
Regenerasi ini bukan semata perkara menggantikan generasi lama dengan yang baru, namun lebih dari itu, regenerasi adalah tentang menanamkan nilai-nilai luhur Muhammadiyah kepada generasi penerusnya. Para pendidik di Muhammadiyah diharapkan tidak hanya menjadi pengajar yang menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga pendakwah yang mengajarkan akhlak dan moralitas. Dalam hal ini, niat mulia harus selalu menjadi landasan utama dalam setiap langkah praksis pendidikannya.
KH. Ahmad Dahlan memberikan nasihat yang sangat relevan untuk hal ini, bahwa pendidikan yang dijalani oleh warga Muhammadiyah harus kembali membawa manfaat bagi Muhammadiyah itu sendiri dan umat secara keseluruhan. Para lulusan diharapkan kembali dan mengabdikan diri kepada Muhammadiyah setelah menempuh pendidikan di luar, membawa ilmu yang didapat untuk kemajuan organisasi dan umat.
Doa dan Harapan Kyai Haji Ahmad Dahlan
Pada akhirnya, perjuangan mendirikan dan memajukan Perguruan Tinggi Muhammadiyah bukanlah semata-mata untuk kepentingan organisasi atau segelintir orang saja. Semangat dan niat mulia ini selalu berlandaskan pada upaya memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi umat manusia, sebagaimana diimpikan oleh KH. Ahmad Dahlan. Dalam doa dan harapannya yang penuh makna, beliau menyampaikan pesan yang sangat menyentuh:
“Menjaga dan memelihara Muhammadiyah bukanlah suatu perkara yang mudah. Karena itu aku senantiasa berdoa setiap saat hingga saat-saat terakhir aku akan menghadap kepada Illahi Rabbi. Aku juga berdoa berkat dan keridlaan serta limpahan rahmat karunia Illahi agar Muhammadiyah tetap maju dan bisa memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia sepanjang sejarah dari zaman ke zaman.”
Doa ini mencerminkan visi besar KH. Ahmad Dahlan bahwa Muhammadiyah, dengan segala sumber daya yang dimiliki, bukanlah hanya untuk Muhammadiyah itu sendiri, tetapi sebagai alat untuk memberikan manfaat dan kebaikan bagi umat manusia secara keseluruhan. Harapan beliau jauh sebelum muncul prinsip Education for All, sebuah inisiatif global yang dicanangkan UNESCO pada tahun 1990, yang bertujuan untuk memastikan akses pendidikan yang inklusif dan adil bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang ekonomi, sosial, atau geografis.
Harapan KH. Ahmad Dahlan menjadi tanggung jawab kita semua untuk terus mengawal dan menjaga niatan mulia ini. Muhammadiyah harus tetap maju, memberikan pendidikan yang berkualitas, dan menjadi cahaya bagi umat di seluruh dunia. Sebagaimana visi Education for All dan pemikiran para tokoh pendidikan lainnya, pendidikan harus menjadi alat yang membebaskan, memanusiakan manusia, memajukan, dan memberikan manfaat bagi seluruh umat tanpa batas ruang dan waktu.
Editor: Soleh