Akhir akhir ini penulis disuguhkan beragam fenomena yang sangat memprihatinkan. Terkhusus hasil dari gejolak kawula muda yang notabene masih sangat haus akan dunia baru. Dengan segala bentuk peristiwa peristiwa geng-geng jalanan itu membuat penulis tertarik masuk pada sisi-sisi terdalam sosok seorang pemuda pada zamannya. Karena anak muda itu unik dan penuh dengan tantangan.
Dunia dan Tren Kawula Muda
Dalam diri kawula muda terdapat gaya hidup atau perilaku anak muda zaman sekarang sungguh mulai memperihatinkan. Tidak heran, segala sesuatu yang semakin modern dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan sarana hiburan yang menunjang dapat mempengaruhi gaya hidup bebas dan keren menurut versinya. Hadirnya smartphone, sarana permainan berteknologi tinggi, cafe ber-design apik masa kini yang menyediakan menu dengan harga fantastis, serta tren busana beragam merupakan gambaran anak muda masa kini.
Sabar, satu sikap yang sangat urgen kala menghadapi anak muda atau remaja. Kesabaran mutlak diperlukan mengingat banyak anak duri saat menyelami ritme kehidupannya. Sikap remaja yang sarat kelabilan menjadi pernik masalah tersendiri. Lebih-lebih lingkungan yang begitu kuat menyeret remaja untuk menyelisihi jalan kebenaran. Semua ini tentu bisa memperberat upaya orang tua atau pendidik dalam membimbing anak usia baru baligh ini.
Berbicara sisi terdalam tentang anak muda tentu tidak ada habisnya. Bahkan hanya dengan jarak setahun dua tahun saja tren yang terbentuk sudah sangat berubah. Bila kita berbicara tentang media sosial di internet saja dan ambil rentang umur 17–25 tahun sudah terlihat banyaknya perbedaan. Seperti Twitter misalnya, sarana sosial media ini sudah tidak lagi diramaikan dengan generasi berumur 17–21 tahun.
Begitu juga dengan Facebook, Instagram, askfm dan masih banyak lagi yang penggunanya didominasi kalangan umur tertentu. Ini membuktikan perubahan tren yang terbentuk pada kawula muda masa kini sungguh cepat terjadi.
Pentingnya Mindset
Renungan bagi penulis khususnya dengan fenomena yang terjadi di khalayak kawula muda saat ini, mengutip kisah kedekatan antara sang ayah dengan anak-anaknya, melalui kisah Nabiyullah Ya’qub ‘alaihissalam. Saat maut akan menjemput, Nabi Ya’qub radhiallahu ‘anhu masih bercengkrama dengan anak-anaknya. Ia tetap memberi bimbingan agar tauhid terhunjam kukuh pada sang anak. Kisah emas ini diabadikan dalam firman-Nya,
أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ قَالُواْ نَعۡبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبۡرَٰهِۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ ١٣٣
Apakah kamu menjadi saksi ketika maut akan menjemput Ya’qub, saat ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Rabbmu dan Rabb nenek moyangmu yaitu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Sembahan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (al-Baqarah: 133)
Kala kematian menjelang, tiada lantas menjadi penghalang untuk terus membimbing anak-anaknya ke jalan yang diridhai-Nya. Mengarahkannya menjadi insan bertauhid, yang mengenyahkan syirik.
Dengan penjelasan tafsiran ayat Al-Qur’an diatas rasanya orang tua tidak perlu khawatir untuk berhadapan dengan perkembangan zaman yang begitu pesat bila mindset anak muda sudah berada pada konsep yang positif. Dengan mindset berkonsep positif tentunya daya tarik akan satu hal juga akan berada dalam koridor yang positif. Memperluas jaringan misalnya, tentunya bila daya tarik satu individu mengarah kepada olah raga tidak mungkin tertarik pada kalangan yang aktif dalam kehidupan malam.
Begitu juga individu dengan daya tarik yang berorientasi pada prestasi akademik. Tentunya kecil sekali kemungkinan untuk tertarik aktif bersosialisasi dengan kalangan yang hari–harinya didominasi dengan game online di internet lalu mengabaikan hal penting lainnya.
Bentuk Penyimpangan Kawula Muda
Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja bisa diidentifikasi sebagai berikut:
Melakukan perbuatan menyerupai orang-orang yang tidak sewajarnya
Lihatlah, objek imitasi sebagian remaja kepada figur-figur selebritas yang mempertontonkan tidak seninoh semisal. Mereka meniru cara berpakaian, cara menata rambut, membuat tato di bagian tubuh tertentu, menindik telinga, hidung, lidah, hingga meniru gaya hidup, seperti hura-hura, pacaran, dan sebagainya.
Mengumbar syahwat
Selain faktor internal remaja, yang mulai tampak besar postur tubuhnya serta mulai matang organ-organ seksualnya, perilaku menyukai lawan jenis atau perilaku seksual secara umum dipicu pula oleh lingkungan yang bertabur syahwat.
Tak kalah dahsyat adalah berbagai peran media memompa budaya syahwat sehingga banyak melahirkan perbuatan zina, aborsi, homoseksual, pelecehan seksual, pornoaksi, dan perilaku penyimpangan seksual lainnya.
Membentuk geng
Gaya hidup keluyuran ala anak jalanan “punk” adalah contoh kasus remaja masa kini. Hidup tak teratur, bahkan terkesan jorok, merupakan ciri khas mereka. Mereka membentuk geng dilatari oleh keadaan keluarga yang tak bisa memberi perhatian, kasih sayang, dan kehangatan.
Mereka lari dari kenyataan, bersikap anti-kemapanan, tak peduli norma yang ada di masyarakat, hidup suka-suka. Mereka bisa bersatu karena ada persamaan nasib sebagai manusia marjinal (terpinggirkan) seperti itulah fenomena yang terjadi saat ini di lingkungan remaja.
Bullying atau bully, perbuatan agresif kepada orang lain dalam rangka mempertunjukkan kekuatan kepada orang lain. Bullying bisa dalam bentuk verbal atau fisik. Beberapa contoh bentuk bullying, seperti:
Kontak fisik langsung, seperti memukul, mendorong, menjambak, menendang, mengunci dalam ruangan tertentu, mencubit, mencakar, memalak (memeras), dan merusak barang milik orang lain.
Kontak verbal langsung, seperti mengancam, mempermalukan, merendahkan, berkata kasar, mencerca, mencaci atau mengejek, mengintimidasi, memberi gelaran buruk, menyebarkan rumor, dan yang sejenisnya.
Perilaku nonverbal langsung, seperti melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, membuang muka dan meludah, serta mengangkat kepalan tangan dan lainnya. Perilaku nonverbal tidak langsung, seperti mendiamkan seseorang, mengucilkan seseorang, mengirim pesan singkat secara gelap, dan sebagainya.
Korban bullying biasanya yang tak mampu membela diri. Korban kebanyakan dari keluarga yang terlalu kuat memberi proteksi (mengekang) atau dari keluarga yang sama sekali longgar dan tidak memiliki kendali aturan. Dampak bullying pada remaja, korban merasa tidak aman, tidak tenang karena merasa terancam terus, rendah diri (minder), tak percaya diri. Hidupnya merasa tertekan dan diselimuti ketakutan.
Dampak secara fisik, timbul luka pada tubuh. Ketika mengalami bullying, biasanya muncul pada diri korban rasa cemas, marah, muak, terancam, dan dendam. Semuanya itu bisa terakumulasi, menyatu, dan menggumpal di dada, namun tak bisa dilampiaskan, sehingga tidak terjadi proses kanalisasi (penyaluran) emosi yang ditekan tersebut.
Menjadi pecandu miras dan narkoba
Kebanyakan remaja yang terjatuh dalam lembah miras dan narkoba disebabkan oleh pergaulan yang salah, walaupun pemicunya bisa berawal dari suasana rumah yang kurang memberi perhatian, kasih sayang, dan kehangatan.
Akibatnya, remaja mencari tempat pelarian untuk menghilangkan kebingungan, tekanan, dan kegalauan hatinya. Dalam suasana hati yang tak nyaman, teman sepergaulan yang tidak baik akan menawarkan rokok, minuman keras, bahkan narkoba. Berawal dari coba-coba, sedikit demi sedikit, akhirnya ketagihan sehingga jadilah sebagai pecandu barang haram.
Suka berbohong
Remaja yang terlibat perilaku menyimpang akan berupaya menutupi perilakunya tersebut dari orang tua atau pendidiknya. Karena itu, tak sedikit orang tua atau pendidik yang sangat terkejut saat sang remaja itu tertangkap basah melakukan perbuatan menyimpang.
Mengapa? Karena, selama ini yang dikenal dari sang remaja adalah sikapnya yang manis saat berada di rumah atau di lembaga pendidikan. Orang tua atau pendidik tak menyadari adanya perubahan perilaku pada sang remaja selama ini.
***
Dengan mengetahui tanda-tanda di atas setidaknya orang tua atau pendidik bisa lebih intensif memantau setiap perilaku anak yang menapak remaja. Walau tanda-tanda di atas tidak secara rinci memberi arah, namun setidaknya bisa menjadi petunjuk awal mewaspadai kemungkinan yang terburuk dalam perkembangan psikis anak.
Oleh sebab itu orang tua atau pendidik diharap lebih intens mendekati para remaja asuhannya dan berusaha membangun komunikasi dua arah yang sehat. Membangun kedekatan hati yang terbimbing syariat.
Editor: Nabhan