Prof Dr Ing Bacharuddin Jusuf Habibie, atau yang lebih dikenal BJ Habibie atau Eyang Habibie, merupakan sosok kebanggaan milik masyarakat Indonesia. Beliau menjadi idola bagi anak-anak yang populer dikenal sebagai “Bapak Teknologi Indonesia.”
***
BJ Habibie lahir di Pare-pare pada tanggal 25 Juni 1936 dan menutup usia pada 11 September 2019. Habibie adalah sosok ‘ajaib’, memiliki pencapaian yang mengagumkan di bidang teknologi sejak semasa kuliahnya di Fakultas Teknik, Universitas Indonesia (sekarang ITB). Bahkan sampai ia melanjutkan studi teknik penerbangan, RWTH Aachen, Jerman Barat hingga memperoleh gelar doktornya.
Di Jerman, sosok Ajaib itu terus menorehkan sejumlah pencapaian-pencapaian besar yang belum tentu bisa didapatkan oleh mahasiswa Jerman kebanyakan. Hingga puncaknya beliau menjabat sebagai wakil direktur sebuah perusahaan pembuat pesawat di Jerman.
Tidak terelakkan lagi bahwa BJ Habibie adalah salah satu sosok kebanggaan bukan hanya milik bangsa Indonesia melainkan milik Dunia. Teori-teori ciptaan Habibie, seperti Teori Habibie, Faktor Habibie, dan Metode Habibie, telah banyak diadopsi ke dalam buku-buku teori penerbangan dunia. Dengan mahakarya itulah membuat Habibie dijuluki “Mr Crack” dalam dunia penerbangan.
***
Salah satu karya terbesar bagi Habibie yang dipersembahkan untuk bangsa Indonesia adalah Pesawat N-250 Gatot Kaca. Kala itu, pesawat yang dibuatnya mampu terbang selama 900 jam. Tinggal menunggu sertifikasi dari Federal Aviation Administration (AFF). Namun, pada saat krisis moneter 1997-1998, mimpi Habibie terpaksa kandas. Saat itu Presiden RI Soeharto lebih memilih untuk menghentikan proyeknya.
Krisis keuangan membuat Soeharto harus menyetujui kesepakatan dari International Monetary Fund (IMF). Lembaga donor ini mensyaratkan Indonesia menghentikan proyek pesawatnya jika ingin mendapatkan kucuran dana untuk perbaikan keuangan nasional.
Agak sulit memang apa yang harus diterima oleh Habibie mendengar karyanya, N-250, harus dibatalkan. Namun dengan kerendahan hati beliau tidak menjadikan masalah dan menunda mimpinya. Ketika menjabat sebagai Presiden RI ketiga, Habibie lebih mementingkan pemulihan kondisi perekonomian bangsa yang ada pada pundaknya saat itu.
Bertahun-tahun mimpinya belum terwujud, Habibie tak pernah merasa kehabisan semangat. Beliau mengembangkan pesawatnya, N-250, menjadi pesawat R80 bersama putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie, dengan mendirikan PT Regio Aviasi Industri (PT RAI). Pesawat R80 karya Habibie diluncurkan tahun 2012 dan terbang perdana pada 2017.
***
Pada tahun 2017, kecantikan si burung besi itu memincut cinta Presiden RI Joko Widodo untuk ‘melamarnya’ dan memutuskan untuk memasukkan proyek pesawat R80 dan N245 (PT Dirgantara) karya Habibie ke salah satu daftar calon Program Strategis Nasional (PSN). Tentu hal tersebut membuat Habibie senang dan berpesan agar kebangkitan industri penerbangan segera dimulai dari sekarang daripada terkendala dengan (SDM) yang tersedia. Hal tersebut kemudian mendorong publik Indonesia juga berramai-ramai menggalang dana untuk membiayai proyek pesawat R80.
Namun, belum genap satu tahun beliau meninggalkan kita, si burung besi cantik karyanya kini tak lagi cantik di mata negara. Pemerintah lebih memilih ‘menikahi’ burung besi lainnya untuk ditetapkan menjadi salah satu program strategis nasional (PSN) dan mencampakkan cintanya kepada pesawat R80 dan N245 karya Habibie. Walaupun sebenarnya proyek itu digantikan oleh pesawat tanpa awak ‘drone’ buatan PT Dirgantara itu sendiri, namun tak lengkap rasanya jika masyarakat Indonesia belum menaiki pesawat dengan rancangannya sendiri.
Dikutip dari salah satu tayangan instagram TV (IGTV) pada akun resmi instagram @pesawatr80, Habibie pernah menyatakan bahwa jika proyek R80 gagal terbang, maka ini merupakan akhir sejarah dari penerbangan Indonesia. “Kalau R80 tidak mengudara, kita boleh anggap sejarah penerbangan Indonesia berakhir. Tidak ada SDM terbarukan.” Hal ini mengingat banyaknya teknisi-teknisi pesawat terbang yang mau tidak mau harus pergi dari Indonesia karena tidak adanya lahan di negerinya sendiri.
***
Kini, tumpuan besar mimpi besar almarhum Habibie ada pada putranya melalui PT RAI. Dan publik sekarang semakin antusias mendukung mimpi Habibie dibuktikan dengan donasi yang terus mengalir.
Menengok laman donasi KITABISA.COM, telah terkumpul dana sebanyak Rp 9.511.359.224 per 30 Mei 2020. PT Regio Aviasi Industri menjadi inisiator penggalangan dana, menuliskan bahwa aksi ini sebagai bukti dukungan atas kebangkitan teknologi Indonesia dari masyarakat langsung.
Editor: Arif