Di jagad sosial media tengah ramai diperbincangkan masalah perseteruan antara Pesulap Merah dan Gus Samsudin. Hal ini lumayan seru untuk dijadikan tontonan karena masing-masing mereka memiliki keunikan di bidangnya.
Pesulap Merah yang berlatar belakang pesulap tentu memandang semua perbuatan yang berkaitan dengan hal gaib adalah sebuah trik belaka. Sedangkan, Gus Samsudin yang berlatarbelakang ahli spiritual memandang semua berdasarkan ilmu-ilmu yang mistis dan metafisis.
Sekilas Tentang Pesulap Merah
Pesulap Merah, begitu julukannya di beberapa akun sosial medianya. Hal ini tak lepas dari atribut serta pakaiannya yang kerap berwarna merah. Tak sampai di situ, rambutnya juga ia warnai merah. Belakangan namanya sedang booming karena konten-kontennya yang mengungkap kebohongan para dukun dan juga ahli spiritual dalam mengobati pasiennya. Ia juga kerap menentang ilmu-ilmu kebatinan yang dirasa tidak masuk akal sama sekali.
Hal ini ia lakukan berangkat dari fakta bahwa teman-teman pesulapnya dahulu berpindah haluan dari magician ke dunia perdukunan karena merasa dunia sulap tidak lagi mendatangkan banyak keuntungan. Akhirnya, banyaklah timbul dukun-dukun yang hanya menggunakan trik sulap dan melabeli pengobatannya dengan ilmu spiritual.
Pesulap Merah Pembasmi Takhayul dan Khurafat
Masalah ini berawal dari Pesulap Merah yang ingin membuktikan kebenaran mengenai ilmu yang dimiliki Gus Samsudin. Dengan basis pengetahuan sulapnya, satu per satu trik Gus Samsudin yang diperagakannya lewat kanal Youtube dibongkar tuntas.
Tidak sampai di sana, Pesulap Merah juga memberanikan diri untuk datang ke padepokan tersebut. Sampailah pada Pesulap Merah di padepokan Gus Samsudin. Terlihatlah bahwa Gus Samsudin terkesan menjauhkan Pesulap Merah beserta tim dari padepokannya.
Agak miris memang di era yang memasuki 5.0 masih saja banyak praktek-praktek yang demikian. Apalagi menjadikan agama sebagai landasan pembenaran atas kegiatan-kegiatan tersebut. Seringkali mereka yang mengaku bisa melihat dan menyelesaikan urusan-urusan gaib mengenakan atribut keislaman. Parahnya lagi sampai berlaku cabul dengan memegang dan memerintahkan pasien untuk membuka busana.
Perlawanan yang dilakukan Pesulap Merah terhadap dukun-dukun yang ada bisa jadi adalah implikasi dunia modern. Ia menganggap bahwa segala ilmu gaib yang diperagakan para dukun wajib diverifikasi kebenarannya. Apalagi dukun tersebut menggunakan ilmu-ilmu “gaib” untuk membohongi dan memeras masyarakat.
Fenomena ini juga membuktikan bahwa Indonesia kini mulai beranjak dari dunia mistis kepada dunia yang realistis. Hal ini sekaligus mematahkan stereotip bahwa ustaz adalah ahli spiritual yang mampu menghalau berbagai ilmu ghaib. Sejatinya setiap muslim mampu membentengi dirinya dari ilmu-ilmu tersebut hanya dengan rajin beribadah kepada Allah SWT.
Dakwah Muhammadiyah Dahlan Belum Tuntas
Melihat fakta-fakta di atas sudah barang tentu kita sepakat bahwa dakwah awal KH Ahmad Dahlan belum tuntas. Maraknya praktek perdukunan dan juga banyaknya masyarakat yang masih percaya terhadap hal itu membuktikan bahwa Muhammadiyah masih memiliki pekerjaan rumah yang belum rampung.
Muhammadiyah yang hadir sebagai gerakan yang menumpas segala penyelewengan yang dilakukan masyarakat keraton saat itu seharusnya berlanjut hingga kini. Hal ini menjadi penting dan sangat fundamental karena manyangkut masalah akidah dan ketauhidan.
Muhammadiyah kini harus memikirkan cara bagaimana mengatasi hal-hal tersebut. Pesulap Merah dengan basis pengetahuan tentang dunia sulapnya kini membongkar kesaktian dukun-dukun tersebut dengan trik sulap. Muhammadiyah saya kira juga telah berperan aktif melalui pencerdasan lewat instansi-instansi pendidikan yang telah dibangunnya.
Menghilangkan suatu yang telah mengakar dan membudaya di masyarakat bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu proses panjang dan alot, dan ini yang sedang kita alami saat ini. Saya kira fenomena-fenomena seperti ini cukup untuk menjadi pemacu semangat dakwah para mubalig dan mubaligah Muhammadiyah bahwa cita-cita leluhurnya dahulu belum terealisasi secara penuh.
Sejatinya Islam mempercayai adanya hal-hal ghaib, seperti malaikat, jin, hari akhir dan masih banyak lagi. Namun Islam dengan keras menolak ajaran-ajaran yang seakan-akan menduakan kekuasaan Allah. Cukuplah Allah menjadi tempat untuk memohon dan meminta. Jin dan yang lain tak lebih hanya ciptaan yang sama lemahnya seperti kita. Wallahu a’lam bi shawab.
Editor: Yahya FR