Perspektif

Peta dan Basis Data Sekolah Muhammadiyah: Mengapa IT Mutlak Dibutuhkan?

4 Mins read

Tulisan ini mencoba mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang mendera sekolah Muhammadiyah tercinta. Tidak hanya aspek sekolah Muhammadiyah semata, juga menyangkut kebijakan dan Persyarikatan, dalam hal ini Majelis Dikdasmen yang mengurusi sekolah Muhammadiyah.

Pengalaman penulis sebagai guru dan kepala sekolah Muhammadiyah sejak tahun 2003- 2019 menyimpulkan bahwa, jika kondisi sekolah yang sakit, maka sejatinya Persyarikatan pun juga sedang sakit dan bermasalah. Ketika Persyarikatannya dipulihkan peranannya, penanganan sekolah Muhammadiyah akan jauh lebih efektif dihidupkan dan dibenahi kembali.

Identifikasi 13 Permasalahan

Sebagai organisasi yang telah melewati perjalanan 1 abad, permasalahan dan tantangan yang dihadapi sekolah Muhammadiyah adalah suatu keniscayaan. Namun permasalahan dan tantangan yang dihadapi sekolah Muhammadiyah dapat menjadi pelajaran berharga. Sebab, melalui permasalahan dan tantangan tersebut dapat menjadi anak tangga kreativitas, inovasi, dan menjadikan berbagai pihak memiliki pandangan ke depan yang dapat melahirkan pembaruan dan barometer kemajuan yang ingin digapai.

Alvin Toffler menyatakan “education must shift into the future tense.” Pendidikan harus mengacu pada perubahan masa depan. Karenanya, sejak muktamar yang ke-45 di Malang, revitalisasi merupakan kunci utama agar ruh pembaruan yang sejak awal menjadi nafas utama gerak langkah Persyarikatan, termasuk di dalamnya mengenai sekolah Muhammadiyah.

Sekitar 13 masalah krusial berhasil ditemukan lewat proses refleksi menjalankan amanah membenahi dan menghidupkan kembali sekolah Muhammadiyah selama rentang 2009 – 2019. Selain itu juga lewat proses sharing bersama sekolah-sekolah Muhammadiyah menyemangati sekolah, from nothing to something.

Setidak-tidaknya, 13 masalah krusial yang berhasil teridentifikasi ini perlu direspon dan bersama-sama. Juga perlu diurai dan ditindaklanjuti bersama agar ruh Islam berkemajuan bisa senantiasa membahana di sekolah Muhammadiyah.

1. Peta dan Basis Data Sekolah Muhammadiyah

Sebagai organisasi yang dikenal dengan adagium modern dan sebesar Persyarikatan Muhammadiyah, peta dan basis data sekolah Muhammadiyah sangatlah mutlak dibutuhkan. Seperti peta dan basis data mengenai sekolah milik Dapodik Kemdikbud RI atau EMIS Kemenag RI. Dengan peta dan basis data sekolah tersebut akan memudahkan Persyarikatan membuat kebijakan serta penanganan permasalahan sekolah-sekolah Muhammadiyah, tidak berdasarkan “kira-kira” atau asumsi semata.

Baca Juga  Pembelajaran Daring: Tinggal Masa Lalu?

Ketika Covid-19 mendera bangsa ini dan dampaknya juga berimbas ke sekolah-sekolah Muhammadiyah, peta dan basis data sekolah milik persyarikatan justru tidak tersaji dengan baik. Sehingga jika ditanyakan, berapa jumlah sekolah atau pun data mengenai peta sekolah yang terkena dampak Covid-19, persyarikatan tidak mampu menyajikan dengan sigap. Jangankan data mengenai sekolah yang mengalami kerentanan dalam hal ketahanan keuangan sekolah, jumlah sekolah saja tidak mampu disajikan secara valid.

Walaupun data sekolah bersifat dinamis, akan tetapi ketiadaan pangkal data ataupun server portal data sekolah Muhammadiyah menjadikan kita tidak bisa dengan akurat memaparkan peta dan basis data sekolah Muhammadiyah.

***

Seandainya data mengenai sekolah Muhammadiyah bisa diunduh melalui Dapodik Kemdikbud maupun Emis Kemenag sekalipun, tetapi tidak diolah dan tidak bisa menggambarkan secara valid kondisi riilnya. Karena memang sekolah Muhammadiyah berragam identitasnya. Semisal, tidak seluruh sekolah Muhammadiyah secara pasti menyatakan identitas langsung yang dapat diafirmasikan sebagai sekolah Muhammadiyah. Beberapa sekolah Muhammadiyah memberikan label identitas tambahan, semisal SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen.

Dalam beberapa koordinasi lintas majelis dan lembaga Pimpinan Pusat Muhammadiyah, kapasitas penulis sebagai staf khusus PP Muhammadiyah berdiskusi panjang mengenai permasalahan ini. Majelis Dikti dan Litbang PP Muhammadiyah yang sudah memiliki big data mengenai Perguruan Tinggi Muhammadiyah, sampai pada satu gagasan memandang perlunya survey dan pemetaan sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Kegiatan ini bisa melibatkan tenaga mahasiswa yang ditugasi PTM melalui program pengabdian ataupun lainnya mengenai pemetaan dan basis data sekolah-sekolah Muhammadiyah. Tentunya, data yang bersumber dari Dapodik dan EMIS menjadi salah satu referensi utama yang bisa dilengkapi dengan survey secara komprehensif mengenai sekolah-sekolah Muhammadiyah.

2. Transformasi Teknologi dan Informasi dalam Pembelajaran

Kondisi Covid-19 yang mendera bangsa ini, mengubah berbagai hal. Di antaranya mengenai proses pembelajaran yang biasanya berlangsung secara tatap muka dan konvensional di kelas berubah menjadi daring atau belajar dari rumah. Perubahan model pembelajaran ini menandaskan bahwasanya transformasi teknologi dan informasi dalam pembelajaran menjadi kebutuhan utama sekolah. Termasuk sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Baca Juga  Rapor dan Ranking: Ajang Pamer Para Wali Murid

Transformasi teknologi dan informasi dalam pembelajaran di sekolah-sekolah Muhammadiyah bukan hal yang baru. Beberapa tahun sebelum Covid-19, Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah melalui Edumu telah berkreasi. Sebelumnya, di Jawa Timur embrio penggunaan sistem manajemen informasi melalui Si Pintar juga telah ditempuh. Hanya saja, perkembangannya tidak begitu menggembirakan. Selain masalah komitmen, juga beban biaya karena kondisi sekolah-sekolah Muhammadiyah dalam hal keuangan sangat bervariasi.

Covid-19 memaksa berbagai pihak bergandengan tangan dengan transformasi teknologi dan informasi dalam pembelajaran. Hasil survey Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah menyebutkan bahwa penggunaan teknologi dan informasi yang digunakan belum bersifat interaktif dan dialogis.

Karenanya, dalam Rakornas Majelis Dikdasmen PP bersama Majelis Dikdasmen PWM dan PDM seluruh Indonesia dan beberapa sekolah Muhammadiyah memberikan rekomendasi terobosan mengenai transformasi teknologi dan informasi dalam pembelajaran dengan menggandeng berbagai pihak (TV-Mu, Youtube Majelis Dikdasmen PP, dan lain-lain).

***

Covid-19 memberikan banyak dampak di berbagai lini dan sektor kehidupan. Dalam konteks pendidikan salah satunya, perubahan dan dampak adanya pandemi global ini sangat dirasakan. Adanya pandemi global ini mengubah proses pendidikan menjadi stay at home, work from home dan study from home atau dalam istilah Kemdikbud “Belajar dari Rumah” (BDR).

Anggi Afriansyah Peneliti Sosiologi Pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan LIPI mengungkapkan, UNICEF, WHO, dan IFRC dalam COVID-19 Prevention and Control in Schools (Maret, 2020) menyebut bahwa ketika situasi persebaran virus semakin cepat, maka sekolah harus ditutup. Proses pendidikan harus tetap berjalan melalui kegiatan pembelajaran online dengan menggunakan berbagai media. Data UNESCO (2020) menyebut 1,5 miliar siswa dan 63 juta guru di tingkatan sekolah dasar hingga menengah di 191 negara yang terdampak pandemi Covid-19, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga  Dua Cara Membangun Iklim Positif di Lingkungan Sekolah

Dunia pendidikan kemudian, ‘terpaksa’ putar haluan untuk mengubah cara belajar berbasis perjumpaan tatap muka menjadi pembelajaran daring. Transformasi digital secara terpaksa ini adalah cara yang paling aman untuk memutus penyebaran wabah akibat virus Corona. Sebab, hak para siswa untuk mendapatkan pendidikan tetap menjadi prioritas tanpa mengabaikan kesehatan dan keselamatan jiwa.

Anggi mengutip Luthra & Mackenzi (2020) menyebutkan dengan adanya Covid-19, ada empat perubahan dalam proses pendidikan. Pertama, proses pendidikan di seluruh dunia semakin saling terhubung satu sama lain. Kedua, redefinisi peran pendidik. Ketiga, memberikan pemaknaan pentingnya keterampilan hidup di masa yang akan datang. Keempat, terbukanya lebih luas peran teknologi dalam menunjang pendidikan.

***

Covid-19 telah membuat akselarasi transformasi pendidikan yang terpaksa. Seluruh dunia mengubah pola pembelajaran konvensional berbasis tatap muka di sekolah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang sangat mengandalkan teknologi. Hal senada dikemukakan oleh Tam dan El Azar (2020), pandemi virus Corona menyebabkan perubahan mendasar di dalam pendidikan global. Pertama, mengubah cara orang dididik. Kedua, solusi baru untuk pendidikan yang menjadikan inovasi yang sangat dibutuhkan.

Untuk bisa mewujudkan transformasi tersebut, selain infrastruktur yang perlu dipersiapkan, kapasitas SDM Guru dalam proses transformasi tersebut perlu diupayakan secara simultan dan optimal. (Bersambung)

Baca artikel terkait: Kualitas Pendidikan Muhammadiyah Masih Perlu Diperbaiki  

Editor: Arif

Abdullah Mukti
10 posts

About author
Anggota Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds