IBTimes.ID – Tes Kemampuan Akademik (TKA) dipandang memiliki posisi strategis untuk mengembalikan arah pendidikan nasional ke semangat awal. Hal tersebut disampaikan oleh Moch. Edward Trias Pahlevi, Koordinator Umum KISP sekaligus praktisi kebijakan, dalam forum Muda Bicara Pendidikan yang berlangsung di Serambi Temu, Ciputat, Tangerang Selatan, pada Rabu (3/9/25). Forum ini dihadiri oleh berbagai kalangan muda yang peduli terhadap masa depan pendidikan Indonesia, sehingga diskusi berjalan hangat dan penuh gagasan.
“TKA ini mengembalikan jalan pendidikan ke semangat awal. Patut kita apresiasi bersama karena kebijakan ini berfungsi mendeteksi kemampuan siswa secara objektif,” jelasnya. Edward menekankan bahwa TKA bukan sekadar instrumen seleksi, tetapi juga sebagai instrumen evaluasi yang memiliki tujuan lebih luas dalam memperbaiki kualitas pendidikan nasional.
Menurut Edward, esensi pendidikan adalah membantu peserta didik menemukan kapasitas terbaik mereka. Pendidikan seharusnya tidak hanya berorientasi pada angka-angka rapor semata. “Kebijakan ini harus dipahami sebagai upaya untuk menegaskan kembali bahwa pendidikan itu bukan sekadar mengejar nilai, tetapi mengasah kompetensi nyata,” lanjut.
Lebih jauh, Edward menambahkan bahwa pelaksanaan TKA membutuhkan perhatian serius agar tidak menimbulkan kesenjangan baru di tengah masyarakat. “Substansinya sudah tepat, tinggal bagaimana teknis pelaksanaan bisa disesuaikan dengan kondisi riil sekolah di berbagai daerah,” tegasnya. Dengan demikian, sebut Edrward, TKA dapat benar-benar memberikan manfaat dan tidak justru menambah persoalan baru dalam praktik pendidikan sehari-hari.
Ia juga menjelaskan secara lebih rinci bahwa mata pelajaran yang diujikan dalam TKA meliputi Matematika, Bahasa Indonesia, serta satu mata pelajaran pilihan. “Dengan tiga rumpun utama itu, kita bisa mendapat gambaran utuh kemampuan siswa. Selanjutnya, hasil TKA bisa menjadi dasar pengambilan kebijakan pendidikan yang lebih akurat,” ujarnya. Bagi Edward, hasil pengukuran ini tidak hanya bermanfaat bagi siswa, tetapi juga bagi guru, sekolah, dan para pembuat kebijakan untuk menyusun langkah yang lebih tepat ke depan.
Tak lupa dalam kesempatan itu juga, ia kembali menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak, baik pemerintah, sekolah, guru, maupun masyarakat luas, agar TKA dapat dijalankan sebagai sebuah terobosan nyata dalam reformasi pendidikan nasional. Edward mengingatkan bahwa TKA jangan sampai dipandang hanya sebagai isu teknis semata.
“TKA bagian dari narasi besar untuk mengembalikan roh pendidikan yang sesungguhnya, membentuk manusia cerdas, kritis, dan berkarakter,” tutup Edward.

