Perspektif

Psikoterapi Islam, Apakah Mungkin?

3 Mins read

Sebelum membahas tentang judul di atas, apakah kalian sudah mengetahui apa itu psikoterapi? Psikoterapi berasal dari kata ‘psycho’ yang artinya jiwa dan ‘therapy’ yaitu penyembuhan. Psikoterapi bisa juga disebut dengan penyembuhan jiwa atau pengobatan dan perawatan psikis melalui metode psikologis. Tapi kalau psikoterapi Islam, apa kalian sudah familiar?

Adapun tasawuf psikoterapi mempunyai arti sebagai sebuah tahapan penyucian diri manusia melalui proses non-fisik. Psikoterapi merupakan usaha dari seorang terapis untuk menyembuhkan masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan juga perilaku.

Dalam psikoterapi Islam, ada yang beranggapan bahwa psikoterapi Islam merupakan proses perawatan dan penyembuhan penyakit kejiwaan dan kerohanian melalui intervensi psikis dengan metode dan teknik yang didasarkan pada Al-Qur’an dan sunah. Proses ini disebut dengan istilah istishfa’. Islam adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai spiritual yang diyakini dapat menyelesaikan masalah-masalah psikologis manusia.

Dalam dimensi Islam terdiri dari iman, ibadah, muamalah, akhlak dan tasawuf yang memiliki metodologi tertentu. Secara sistematis, ia dapat membantu manusia mewujudkan kesehatan mental. Secara keilmuan, psikoterapi yang berbasis ilmu tasawuf dan secara normatif implementasi memiliki dasar pada nilai-nilai yang ada dalam Al-Qur’an dan sunah.

Ada beberapa yang menanggapi akan dampak tidak baik akibat psikologi yang digabungkan dengan ajaran Islam. Ada pula yang menyebut penggabungan ini memiliki kesetaraan dalam penerapan dan bisa dikolaborasikan saat penanganan.  Dampak islamisasi psikologi ialah perkawinan silang antara tasawuf dengan psikoterapi yang memasuki tahap baru di abad ke-20 yaitu gaung islamisasi, psikologi mulai terdengar di dalam dunia Islam. Bagaimanapun, tasawuf yang lahir dari tradisi obskurantisme Islam terhadap kehidupan duniawi yang dirujuk sebagai bagian integral dari model pendekatan terapi.

Baca Juga  Pandangan Psikologi Islam tentang Katarsis

Pendekatan Psikoterapi Islam dalam Timbangan

Arthur J. Deikman merupakan salah seorang pionir psikiater dari University of California. Dia mengungkapkan dengan terang-terangan bahwa psikologi modern sudah lupa dengan cara memahami apa yang disebut ‘pengamatan diri’. Hal ini berbeda pada aspek pengalaman lainnya, mengenai berpikir, emosi, pengamatan diri, sebut Deikman.

Ada dua metode yang dapat berhubungan langsung dengan psikologi. Ia adalah research methods (metode penelitian), dan pscychotheraphy methods (metode psikoterapi). Research methods mengarahkan pada eksperimen-eksperimen secara objektif yang banyak dilakukan dalam laboratoriumdengan metode pengukuran (reability dan validity). Sedangkan psikoterapi lebih mengarah pada kajian metode perawatan dan pengobatan individu, keluarga, maupun komunitas masyarakat.

Dalam artian besar, psikoterapi merupakan cabang dari psikologi dalam suatu proses perawatan individu dengan menangani gangguan mental, kemurungan, stres, depresi, psikosis, neurosis, fobia ataupun penyakit mental lainnya. Salah satu dampak dari penyakit tersebut ialah penggunaan narkoba. Psikoterapi berbasis wawasan keagamaan menjadikan nilai-nilai moral, norma, dan agama sebagai pemandu serta petunjuk dalam penyembuhan tersebut.

Dalam Islam, keterpisahan antara agama dan ilmu pengetahuan tidaklah terjadi. Agama dan ilmu pengetahuan adalah hal yang seiring dan tidaklah terpisah. Oleh karena itu bagi seorang muslim untuk membuat pemisahan antara pendekatan psikologis (yang bebas agama) sebagai ilmu pengetahuan dan agama sebagai teknik terapi adalah tidak mungkin.

Pemisahan pendekatan agama dan psikoterapi dalam lima kelompok seperti dikemukakan oleh Pattison adalah tidak dapat dilakukan menurut pandangan Islam. Adapun yang diajarkan agama Islam dalam kaitannya dengan terapi tentunya bisa diterangkan dari segi ilmu pengetahuan.

Salah satu ayat Al-Quran yang berisikan aspek penyembuhan jiwa adalah yang terdapat dalam Surat Yunus ayat 57,

”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman).” Ayat ini menunjukkan bahwa agama itu sendiri berisikan aspek terapi bagi gangguan jiwa.

Baca Juga  Omnibus Law 'Jalan Tol' Rezim Jokowi (Bagian 1)

Berbagai Model Psikoterapi

Psikoterapi yang sudah berkembang dibedakan dalam empat jenis, yaitu pertama, terapi psikofarmaka. Ia merupakan terapi fisik biologis yang menggunakan obat-obatan untuk menangani pasien yang terkena depresi. Kedua, terapi psikologis. Ia merupakan psikoterapi biasa yang menangani menggunakan metode terapi untuk gangguan kejiwaan dengan asas dan pendekatan psikologi Barat.

Ketiga, terapi psikososial, ia merupakan terapi dengan asas psikologi untuk pasien yang mengalami gangguan maladaptasi atau malasuai secara sosial. Empat, terapi psikospiritual, atau disebut psikoreligius di mana penyembuhan ini menggunakan terapi berdasarkan keagamaan, tetapi tidak untuk mengubah keimanan atau kepercayaan pasien. Ia adalah bentuk terapi melalui kekuatan batin pasien bersamaan dengan terapi lainnya.

Adapun psikopatologi ialah fungsi objek psikoterapi Islam. Patologi (pathology) ialah pengetahuan tentang penyakit atau gangguan. Sedangkan psikopatologi (psychopathology) ialah cabang psikologi yang berkepentingan dalam menyelidiki penyakit gangguan mental dan gejala abnormal lainnya. Istilah psychopathology mengacu pada sebuah sindroma yang luas meliputi ketidaknormalan kondisi indra, kognisi dan emosi. Psikografi manusia dalam tasawuf merupakan salah satu poin yang diluncurkan psikologi muslim terhadap teori-teori psikologi barat yakni ketidakpercayaan akan posisi ruh dalam diri manusia.

Dalam psikologi barat, keilmuan berhenti pada jiwa dan tidak masuk pada dimensi yang lebih transendental yaitu ruh. Tinjauan psikologi kontemporer memang berbeda dengan objek dalam tinjauan Islam. Psikologi kontemporer selama ini memfokuskan diri pada patologi-patologi terkait gangguan mental dan fisik jasmaniah saja.

***

Agama dijadikan sebagai dasar filosofis psikoterapi karena agama melibatkan manusia seutuhnya. Agama berarti kehidupan ‘dunia dalam’ seseorang tentang ketuhanan disertai keimanan dan peribadatan dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Agama mengkaji manusia secara keseluruhan, sebagai totalitas dengan seutuhnya dan dengan cara yang sedalam-dalamnya. Berikut alasan mengapa agama melibatkan manusia seutuhnya :

  1. Kehidupan atau pengalaman dunia dalam seseorang tentang ketuhanan berhubungan erat dengan fungsi final.
  2. Keimanan berhubungan erat dengan fungsi kognitif
  3. Peribadatan berhubungan erat dengan sikap dan fungsi motorik sebagai pelaksanaan dan realisasi kehidupan dunia seseorang.
Baca Juga  Ibnu Sina, Pencetus Ilmu Psikologi

Jadi, pada dasarnya penggabungan atau persilangan antara psikoterapi dengan tasawuf atau agama tidak menitikberatkan pada dampak negatif, melainkan bagaimana persepsi dari tiap orang mengenai cara penanganan menggunakan metode terapi tersebut dalam penyembuhan penyakit.

Editor: Shidqi Mukhtasor

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds