Secara umum dapat kita pahami bahwa al-Waliyy merupakan bentuk antonim dari al-‘Aduww. Sedangkan Waliyullah adalah hamba Allah Swt yang dekat dengan-Nya, mereka adalah orang-orang yang melaksanakan segala perintah Allah Swt dan menjauhi segala larangan Allah Swt. Waliyullah memiliki keyakinan dan kepercayaan yang tinggi pada Allah Swt, mereka bertakwa kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya takwa.
Di Indonesia, istilah ‘Walisongo’ tidak asing bagi kita, lalu benarkah Walisongo adalah Waliyullah. Mereka disebut wali sebab kebaikan yang mereka perbuat, jauh dari hal-hal yang bathil dan dianggap dekat dengan Allah Swt, karakter seperti itulah yang membuat mereka dianggap sebagai Waliyullah. Namun, ke-wali an seseorang tetap menjadi rahasia Allah Swt, Allah Swt sendiri yang memilih siapa diantara hamba-Nya yang akan menjadi wali-Nya. Kita sebagai manusia biasa hanya tahu tanda-tanda Waliyullah seperti yang disebutkan dalam firman Allah Swt surah Yunus ayat 62-64 mengenai karakteristik wali-Nya:
اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya (bagi) para wali Allah itu tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih.”
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَۗ
“(mereka adalah) orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.”
لَهُمُ الْبُشْرٰى فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۗ لَا تَبْدِيْلَ لِكَلِمٰتِ اللّٰهِ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۗ
“Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (ketetapan dan janji) Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung.”
Tentu tidak cukup jika memaknai ayat di atas secara global saja, meninjau penafsiran dari beberapa mufassir terhadap surah Yunus ayat 62-64 sangat berguna bagi kita, agar lebih tahu makna yang tersembunyi dari firman Allah Swt tersebut. Apa yang dimaksud dengan ‘para wali tidak merasa takut dan sedih’, apakah dengan tidak takut dan tidak sedih seseorang dapat dikatakan sebagai wali. Pada artikel ini, penulis akan mengulas pandangan Ibnu Jarir ath-Thabari dan Ibnu Katsir terkait konsep waliyullah.
Surah Yunus Ayat 62-64 dalam Tafsir Ath-Thabari
Abu Ja’far menyatakan bahwa, Allah Swt berfirman, “Sekali-kali tidak, sungguh para wali Allah tidak merasa takut atas hukuman Allah di akhirat, karena Allah meridhai mereka, maka mereka akan aman dari hukuman-Nya, serta tidak merasa sedih atas sesuatu yang hilang di dunia”. ‘أولياء’ merupakan bentuk jamak dari wali, para ahli takwil berbeda pendapat mengenai seorang yang disandarkan dengan nama ini. Sebagian mengatakan bahwa mereka adalah kaum yang diperhatikan (dilihat) Allah Swt karena kebaikan dan ketundukan yang mereka punya.
Abu Kuraib dan Ibnu Waki dari Ibnu Yaman dari Ibnu Abu Laila dari Al-Hakam dari Muqsim dan Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas meriwayatkan (اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ) yang dimaksudkan adalah, ‘Mereka yang mengingatkan kepada Allah jika melihat mereka’. Abu Ja’far berpendapat bahwa ‘Waliyullah’ adalah orang yang mempunyai sifat sama seperti yang digambarkan oleh Allah, yakni orang yang beriman dan bertakwa, dijelaskan dalam firman Allah (اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَۗ).
Dalam riwayat lain Muhammad bin Mutsanna dari Ibnu Abu Adi dari Syu’bah dari Sulaiman dari Dzakwan dari Syaikh dari Abu Darda’ yang bertanya kepada Rasulullah Saw mengenai (لَهُمُ الْبُشْرٰى فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۗ), lalu Rasulullah Saw bersabda, “Mimpi yang benar, yang dilihat atau yang diperlihatkan seorang Muslim”. Al-Mutsanna meriwayatkan dari Muawwiyah dari ‘Ali dari Ibnu Abbas terkait firman Allah ( لَهُمُ الْبُشْرٰى فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۗ), itu adalah penafsiran dari firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 47:
وَبَشِّرِ ٱلْمُؤْمِنِينَ بِأَنَّ لَهُم مِّنَ ٱللَّهِ فَضْلًا كَبِيرًا
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang mukmin bahwa sungguh bagi mereka karunia yang besar dari Allah”.
Menurut Abu Ja’far, salah satu bentuk kabar gembira ialah mimpi yang benar dan diperlihatkan, yakni surga, juga dapat diartikan sebagai pahala yang berlimpah. Sungguh Allah Swt tidak akan mengingkari kabar gembira yang sudah Ia janjikan terhadap wali-Nya.
Penafsiran Ibnu Katsir terhadap Surah Yunus Ayat 62-64
Ibnu Katsir menyebutkan, Allah Swt mengabarkan bahwa Waliyullah adalah orang yang beriman dan bertakwa. (لَا خَوْفٌ عَلَيْهِم) “Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka”, yang dimaksudkan adalah menghadapi ketakutan dan kengerian di akhirat. (وَلَاهُمْ يَحْزَنُوْن) “Dan tidak (pula) mereka bersedih hati”, yakni terhadap sesuatu yang di belakang mereka di dunia. Menurut ‘Abdullah bin Mas’ud, ‘Abdullah bin ‘Abbas dan beberapa ulama salaf memaparkan bahwa “Wali Allah Swt adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah Swt”.
Mengenai firman-Nya (لَهُم الْبُشْرَى فِي الحَيَاةِ الدُّنيَا وَ فِي الأَخِرَةِ) , Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar, dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Mimpi yang baik adalah yang orang mukmin bermimpi dengannya, atau diperlihatkan untuknya”. Pendapat lain mengatakan bahwa berita gembira adalah ketika seseorang dihadirkan dalam surga dan diberi ampunan, kegembiraan akhirat yang abadi, seperti yang telah dijelaskan Allah Swt dalam firman-Nya Q.S. Al-Anbiya’ ayat 103:
لَا يَحْزُنُهُمُ ٱلْفَزَعُ ٱلْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّىٰهُمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ هَٰذَا يَوْمُكُمُ ٱلَّذِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ
“Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat) dan mereka disambut oleh para Malaikat, (Malaikat berkata): ‘inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu’”.
Dijelaskan pula dalam surah Al-Hadid ayat 12:
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ يَسْعٰى نُوْرُهُمْ بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ بُشْرٰىكُمُ الْيَوْمَ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۚ
“Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka); ‘Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar’”.
Lalu pada firman Allah Swt (لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللّه) “Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah.” Yang dimaksud adalah janji yang tidak akan terganti, tidak teringkari, bahkan ditetapkan sebagai suatu kepastian yang akan terjadi. (ذلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ) “Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar”.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Waliyullah atau wali-wali Allah Swt memiliki karakteristik yang baik. Mereka akan selalu melaksanakan perintah Allah Swt, menghindari larangan Allah Swt dan selalu bertakwa kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya takwa. Kita juga dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda Waliyullah yang sudah dijelaskan Allah Swt dalam firman-Nya. Memahami hal ini sangat berguna bagi kita semua, menambah kedekatan kita kepada Sang Pencipta sehingga dapat mencapai rahmat-Nya.
Sumber Rujukan:
M.Abdul Ghoffar E.M. Terjemah Tafsir Ibnu Katsir. 2 ed. Jilid 4. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2003.
Muhammad, Abu Ja’far. Tafsir Ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an. Diterjemahkan oleh Ahmad Abdurrazik Al-Bakri, Muhammad Adil Muhammad, M. Abdul Latif Khalaf, dan Mahmud Mursi Abdul Hamid. 1 ed. Vol. 13. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.
Editor: Soleh