IBTimes.ID – Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) membuka rapat darurat pada Minggu (16/5/2021) untuk membahas serangan Israel ke Palestina. Ada perbedaan pendapat di antara 57 negara anggota OKI.
Dilansir dari Associated Press, pertemuan OKI ini adalah salah satu langkah terbesar negara-negara Timur Tengah untuk menyikapi konflik Palestina dan Israel.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi yang turut hadir menyebut bahwa semua mengkhawatirkan situasi yang berkembang di Palestina saat ini. Ia menekankan pentingnya setiap negara anggota OKI menggunakan pengaruh masing-masing agar kekerasan dapat dihentikan, upaya deekskalasi dilakukan, dan gencatan senjata dapat segera dilakukan.
“Pada saat rapat darurat OKI dilakukan, kita melihat sudah lebih dari 150 orang harus kehilangan nyawanya termasuk perempuan dan anak-anak. Dan ratusan mungkin ribuan orang yang harus kehilangan rumah mereka,” kata Menlu.
Dalam pembukaan rapat darurat OKI itu, Menteri Luar Negeri Palestina Riad Malki dari Fatah mengecam Israel karena melakukan “serangan pengecut”.
“Kami akan memberi tahu pada Allah bahwa kami akan melawan hingga kiamat. Kami menghadapi pendudukan jangka panjang. Itulah akar masalahnya. Kejahatan dilakukan terhadap orang-orang Palestina tanpa konsekuensi (terhadap Israel),” ujar Riad Malki, dikutip dari Associated Press.
Saat ini tensi makin panas usai Israel dan kelompok militan Hamas saling berbalas serangan. Hamas mengontrol Jalur Gaza. Sementara, pemerintahan Palestina dari kelompok Fatah hanya mengendalikan wilayah Tepi Barat, usai kehilangan kontrol atas Gaza pada 2007.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengambil sikap yang sama kerasnya.
“Israel sendiri yang bertanggung jawab atas eskalasi baru-baru ini di Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Gaza. Peringatan kami ke Israel minggu lalu tidak dihiraukan,” kata Cavusoglu
Dilansir dari Kompas, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuduh Israel melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
“Jangan salah, Israel hanya memahami bahasa perlawanan dan rakyat Palestina berhak penuh atas hak mereka untuk membela diri,” ucap Zarif.
Di seluruh Semenanjung Arab dan negara-negara Teluk Persia, reaksi terhadap pertempuran tersebut beragam.
Hamas mendapat dukungan dari Turki, Qatar, dan Iran. Sebagian penduduk Qatar bahkan ramai-ramai mendengarkan pidato Ismail Haniyeh, pemimpin tertinggi Hamas.
“Perlawanan tidak akan berhenti. Perlawanan adalah jalan paling dekat menuju Yerusalem,” kata Haniyeh.
Hamas bersikeras Palestina dapat menjadi negara dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Sementara, Israel pun menginginkan hal serupa.
Sebagian pimpinan negara-negara Arab, seperti anggota parlemen Quwait, Menlu Qatar, serta pemimpin Tentara Quds Iran diketahui berbicara dengan Haniyeh, Pemimpin Tertinggi Hamas pada Sabtu (14/5/2021).
Sementara itu, Bahrain dan Uni Emirat Arab mengambil posisi berbeda. Dua negara Teluk Arab itu mencapai kesepakatan untuk mengakui Israel menjelang akhir masa pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Bahrain, Uni Emirat Arab serta Arab Saudi telah menyatakan dukungan mereka agar Palestina menjadi negara merdeka. Namun, Associated Press melaporkan, media-media terkait pemerintahan tiga negara itu tak memberitakan eskalasi serangan ke Palestina seperti media-media pemerintah negara-negara Timur Tengah lain.
Ada rumor soal perbedaan pendapat di antara anggota-anggota OKI. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengkritisi langkah dukungan sebagian negara Arab pada Israel.
“Ada beberapa yang kehilangan kompas moral mereka dan menyuarakan dukungan untuk Israel. Jika ada pernyataan setengah hati dalam keluarga kita sendiri, bagaimana kita bisa mengkritik orang lain yang tidak menganggap serius perkataan kita?” ujar Cavusoglu.
Sementara, Menlu Iran Mohammad Javad Zarif menyebut negara-negara pendukung Israel itu naif. Ia menyebut Israel sengaja membelah negara-negara Islam.
“Pembantaian anak-anak Palestina hari ini terjadi setelah ada normalisasi kekerasan. Rezim kriminal dan genosida (Israel) ini sekali lagi membuktikan bahwa sikap ramah hanya memperburuk kekejaman mereka,” kata Zarif.
Reporter: Yusuf