Inspiring

Ratu Balqis, Pemimpin Wanita Berwibawa dan Adil yang Dikisahkan dalam Al-Qur’an

2 Mins read

Islam memerintahkan umat Islam untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Perintah ini dikemukakan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 30. Namun perintah ini tidak dikemukakan secara spesifik baik untuk pria ataupun wanita. Tetapi pesan tersebut bisa diartikan secara mujmal, bahwa pesan yang tertuang dalam surat tersebut ditujukan kepada wanita maupun pria untuk menjadi (Khalifah) pemimpin di muka bumi. Entah dalam segi politik, pendidikan, budaya, ataupun ekonomi yang bakal dipimpin oleh bangsa manusia akhirnya.

Kepemimpin yang dimaksud dalam surat tersebut adalah kepemimpinan yang adil serta bisa mensejahterakan rakyatnya ataupun elemen yang dipimpin oleh seorang pemimpin tersebut. Maka umat manusia harus menjadi manusia yang adil semasa kehidupannya di dunia. Entah dalam memimpin hal kecil seperti dalam keluarga, ataupun hal yang lebih luas seperti halnya memimpin sebuah negara. Maka arti ini bisa diartikan dengan sedemikian rupa.

Dalam al-Qur’an dikisahkan juga seorang pemimpin wanita yang mampu berpikir melampaui zamannya. Wanita adil, berwibawa, dan mampu mensejahterakan rakyatnya di saat kepemimpinannya. Ia adalah Ratu Balqis, ratu yang hidup pada zaman Nabi Sulaiman hidup. Ratu yang semula penyembah matahari, lalu kemudian masuk ke dalam agama Allah SWT atas pengaruh Nabi Sulaiman. Ratu yang memimpin kerajaan Saba’ itu memulai ikut menyembah kepada Allah SWT setelah Nabi Sulaiman mengirimkan surat yang diantarkan oleh burung Hud-hud.

Surat tersebut berisikan ajakan kepada Ratu Balqis untuk meninggalkan kepercayaan lamanya yaitu menyembah matahari, dan ikut ke dalam kepercayaan Allah SWT. Kisah ini pun diceritakan dalam ayat al-Qur’an pada surat an-Naml 30-31;  “Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”

Baca Juga  Apa yang Salah dari Hukum Tidak Wajibnya Jilbab?

Di sisi lain, Ratu Balqis juga dikenal sebagai pemimpin yang demokratis. Ia mempunyai banyak pengikut saat ia memimpin kerajaan Saba’. Dalam mengambil sebuah keputusan, ia selalu melibatkan para prajuritnya untuk ikut dalam mengambil sebuah keputusan melalui musyawarah dan mufakat serta harus ditaati. Ratu balqis sendiri memberikan waktu untuk prajuritnya dalam mengemukakan pendapat dan mempersilahkan mereka untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreatif.

Ini terlihat ketika Ratu Balqis menerima surat dari Nabi Sulaiman. Ia mengumpulkan para pemangku jabatan di istananya untuk mendiskusikan dan menyatakan pendapatnya bagaimana langkah yang harus Ia ambil. Namun dari mereka banyak yang menolak untuk mengikuti ajakan Nabi Sulaiman supaya meninggalkan kepercayaan lamanya. Akan tetapi mereka tidak memaksakan kehendaknya, namun menasehati Ratu Balqis untuk mengambil keputusannya secara matang. Karena semua keputusan akan dikembalikan lagi kepada Ratu Balqis sebagai pemangku jabatan tertinggi di istana.

Dari sepenggal kisah ini kita bisa mengambil keputusan bahwa Ratu Balqis mampu berpikir melampaui zaman pada waktu. Di mana semua elemen diikut sertakan dalam mengambil keputusan yang sangat penting. Karena pada waktu itu, para pemimpin cenderung bersikap otoriter yang mengambil keputusan secara sepihak. Namun, Ratu Balqis mematahkan stigma tersebut saat ia memimpin kerajaan saba’. Dari sini kenapa para pengikutnya begitu loyal kepadanya, hingga saat ia menyembah agama Allah SWT, para pengikutnya pun ikut berbondong meninggalkan kepercayaan lamanya.

Hingga akhirnya Allah pun mengisahkan kisah Ratu Balqis serta dengan kerajaan Saba’ dalam sebuah surat dalam ayat al-Qur’an. Bahkan Allah menjadikan kepemimpinan Ratu Saba’ sebagai role model kepemimpinan yang sangat demokratis nan ideal. Ini dibuktikan dengan ayat al-Qur’an dengan sebutan baldatun toyyibatun wa rabbun ghoffur (Q.S: Saba’. 15) yang menurut pendapat ahli tafsir bisa diartikan dengan sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya.

Baca Juga  Doktrin Messianisme dalam Sejarah Agama-agama Wahyu

Dari kisah ini juga bisa diambil kesimpulan bahwa Islam bukan anti terhadap kepemimpinan wanita. Justru dengan munculnya Ratu Balqis dan dikisahkan dalam al-Qur’an menghapus stigma yang ada bahwa kepemimpinan wanita tidak boleh dalam Islam. Tentu kita tahu, bahwa Islam adalah agama yang egaliter. Agama yang tidak menyudutkan kaum, kelompok maupun gender tertentu. Juga ini pun terjadi dalam kepemimpinan oleh seorang wanita.

Editor: Soleh

Ibnu Fikri Ghozali
13 posts

About author
Mahasiswa International Islamic University Islamabad, Pakistan Sekarang Aktif di PCINU Pakistan
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds