Mendekati akhir tahun 2020, genap 10 bulan pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan 9 bulan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) melakukan tugasnya mengkoordinasikan respon Persyarikatan terhadap bencana non alam.
Sampai dengan tanggal 23 Desember 2020, di dunia sudah terinfeksi lebih dari 7 juta orang dan korban 1.7 juta jiwa. Sedangkan di Indonesia, 686 ribu terpapar Covid-19, dalam perawatan 106 ribu orang dan merenggut 20 ribu jiwa. Melihat tren penularan sekarang ini, kemungkinan besar masih akan bertambah. Perkiraan paling optimis wabah baru akan terkendali di tahun 2022. Atas izin Allah Swt, MCCC telah melakukan tugas-bersama-seluruh warga Muhammadiyah dalam rangka mengatasi pandemi. Berikut ini adalah catatan ringan atas kiprah 10 bulan, tidak untuk berbangga diri tetapi setidaknya bisa menjadi bahan pembelajaran untuk melangkah kedepan yang lebih baik.
***
Sebagai ketua MCCC, secara pribadi merasakan spirit Al-Ma’un bergerak dalam tubuh organisasi. Bahwa persyarikatan selalu menolong siapapun yang memerlukan bantuan sebagai pengamalan ajaran Islam. Ketika awal pandemic, tanpa perlu dikomando, seluruh eksponen organisasi bergerak dan tiba-tiba semua orang berbagi mulai dari hal paling sederhana yaitu pembagian sembako.
Dalam waktu, singkat ada 500 ribu paket sembako sudah terdistribusi, secara mandiri. Seluruh komponen mulai dari ranting-cabang-daerah-wilayah Aisyiyah & Muhammadiyah, ortom, amal usaha, semua bergerak mengeluarkan dana tenaga dan pikiran membantu sesama. Oleh karena itu, apapun prestasi yang ada adalah milik bersama seluruh warga persyarikatan.
Dari Pencegahan ke Dampak Pandemi
Secara garis besar kegiatan MCCC meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pencegahan: Bagian ini boleh dikatakan sebagai konseptor dari seluruh aturan fatwa terkait Covid-19, baik bersifat pemikiran maupun yang tidak dipublikasikan. Sudah ada 18 produk dari bagian ini. Mulai informasi tentang Covid-19, pola hidup sehat, tuntunan ibadah, dan lain-lain. Termasuk survey kepada masyarakat. Masuk dalam kategori ini adalah penyemprotan desinfektan di 49 ribu lokasi.
2. Pengobatan: Sudah ada 84 rumah sakit yang merawat pasien Covid-19. Total pasien 13.813 orang yang terdiri dari 3810 ODP, 3393 PDP, dan 6510 positif. Persyarikatan juga berduka karena kehilangan dokter dan perawat dalam jihad kemanusiaan. Rumah sakit bekerja keras dengan melakukan penambahan tempat tidur perawatan khusus Covid-19 dan penyediaan tempat isolasi mandiri, penyediaan alkes baru.
3. Konsolidasi Organisasi: Bagian ini tidak kalah penting yaitu pembentukan MCCC di seluruh wilayah dan daerah serta cabang sesuai dengan kekuatan masing-masing. Kebijakan dan sosialisasi Pimpinan Pusat disalurkan melalui rakor bulanan yang dilakukan secara terus menerus.
***
4. Kerjasama: MCCC bekerja sama dengan mitra lokal dan internasional. Lokal antara lain dengan Kementrian Kesehatan untuk pesantren dan lembaga komersial utamanya untuk penggalangan dana seperti Wardah, Gojek, Baznas. Dengan lembaga internasional dalam bentuk program edukasi, distribusi APD dan alat kesehatan serta peningkatan kapasitas rumah sakit, antara lain bekerja sama dengan DFAT (Australia), USAID (Amerika), Temasuk Foundation (Singapura), UNICEF, dan WHO. Total besaran berkisar di angka 150 milyar lebih. Agak ironis memang sampai sekarang MCCC belum pernah menerima bantuan langsung di satgas Covid-19 pemerintah-BNPB, barangkali Muhammadiyah tidak masuk prioritas.
5. Publikasi dan advokasi: Salah satu bagian tersibuk adalah program komunikasi kepada masyarakat. Mulai dari program di TVMu, radio, webinar, konsultasi psikologi dan agama, sampai kepada publikasi di media mainstream, online dan media sosial. Semua channel komunikasi digunakan secara simultan dan setiap minggu selalu ada kegiatan terkait edukasi dan publikasi terkait Covid-19. Salah satu hasilnya adalah MCCC dikenal oleh masyarakat secara luas dan Muhammadiyah mendapatkan penghargaan sebagai salah satu organisasi paling peduli Covid-19.
6. Ketahanan Pangan: Jangka pendek adalah pembagian sembako yang menembus 500 ribu paket di seluruh Indonesia ditopang oleh Gerakan sembako Aisyiyah. Jangka menengah dengan melakukan urban farming, pembuatan masker mandiri, program cantelan, dan pelatihan fasilitator.
Total dana yang sudah dikeluarkan baik mandiri, bantuan berbagai pihak dan Kerjasama internasional masuk di angka 450 milyar rupiah diluar perawatan pasien rumah sakit. Perkiraan penerima manfaat sebanyak 28 juta jiwa. Apresiasi saya sampaikan kepada PTM yang mengkontribusikan lebih dari 110 milyar dengan berbagai inovasi programnya.
Kunci Sukses
1. Kerjasama lintas majelis, siapnya organisasi-amal usaha: Harus diakui hasil kerja ini adalah atas dukungan semua pihak. Semua majelis terlibat, semua level dari tingkat pusat sampai ranting, semua ortom berkontribusi. Komunikasi antar majelis sesuai dengan fungsinya dijalankan dengan baik, misalnya soal ibadah puasa Ramadhan, Shalat Id didiskusikan dengan Majelis Tarjih sebelum diserahkan ke PP untuk pengambilan keputusan. Demikian halnya dengan Majelis Dikdasmen, bersama MCCC, menyusun Prosedur Operasional Standar Sekolah Muhammadiyah di masa Pandemi Covid-19, perlu komitmen dan keterbukaan secara serius. Bersama Majelis Dikti untuk pembukaan belajar tatap muka dan wisuda-inovasi pembelajaran dan program-program inovatif yang dilakukan secara mandiri. Terbuka dan mencari solusi terbaik.
2. Dukungan personil: Personil kunci di Pimpinan Pusat dimotori oleh Lembaga Penanganan Bencana dan Majelis Kesehatan Umum dan relawan yang sudah terbiasa bergerak dan mempunyai komitmen tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan. Sekalipun cara kerja masih semi amatir, tetapi menghasilkan kerjasama tim yang terpadu dan kompak.
3. Lazismu: Seluruh kegiatan penggalangan dana dipusatkan di Lazismu. Lembaga ini terbukti bisa menjadi penopang kegiatan kemanusiaan Muhammadiyah. Mulai dari modal awal, operasional kantor dan relawan, serta pengiriman barang dari Jakarta ke seluruh wilayah. Tanpa dukungan dana yang cukup, tentu seluruh kegiatan tidak bisa berjalan dengan lancar. Sesekali kas minus dan harus mencari pinjaman adalah hal yang biasa. Lazismu bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menggalang dana.
Tantangan
Para ahli epidemologi memperkirakan bahwa wabah ini paling cepat bisa diatasi di tahun 2022. Oleh karena itu, pekerjaan masih akan berlanjut setidaknya dua tahun sampai Muktamar akan datang. Beberapa tantangan kedepan adalah sebagai beriut:
1. Daya tahan: Setidaknya dua tahun lagi MCCC akan menjalankan tugasnya. Menjaga agar personil dan relawan tetap sabar dan kuat, konsisten dengan prinsip-prinsip ilmiah. Mencari kreatifitas baru dalam mendapatkan dana dan memastikan ada mitigasi dalam setiap kegiatan organisasi.
2. Vaksinasi: Jikalau berjalan lancar, InsyaAllah bulan Maret 2021 vaksin Covid-19 sudah tersedia. Muhammadiyah sebaiknya menjadi bagian penting dalam edukasi kepada masyarakat dan berpartisipasi aktif dalam proses distribusi dan vaksinasi.
3. Terobosan baru: Persyarikatan tidak boleh menunggu agar pandemi reda kemudian kembali ke masa sebelum Covid-19. Senyatanya, dunia sudah berubah ada realitas baru sehingga perlu cara kerja baru, cara komunikasi baru, cara belajar baru dan seterusnya. Secara kolektif, organisasi harus berinovasi dalam menjalankan program kerja agar tetap jalan dan memberikan kontribusi dalam kehidupan sehari-hari. Satu contoh, pembuatan shelter isolasi mandiri di Yogyakarta dikelola oeh RS PKU dan Unisa bersama stakeholder-berjalan dengan apik dan bermanfaat. Perlu ide-ide segar yang lebih banyak.
Akhirnya, saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesa-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi, menjadi pelaku, mendukung dana dan doa sehingga MCCC mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan mohon maaf kalau ada kekurangan. Pandemi belum berakhir, tetap menjaga kesehatan dengan 3M-memakai masker-menjaga jarak-mencuci tangan. Kepada para tenaga kesehatan, tetaplah berjuang menjalankan tugas mulia ini dengan ketaqwaan. Kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah terima kasih atas kepercayaan dan dukungan selama ini.
26 Desember 2020