Di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang menyebutkan tentang kisah para nabi yang berulang-ulang, bahkan disebutkan pula dengan bentuk yang berbeda-beda. Di satu tempat ada bagian yang didahulukan, sedangkan ditempat lain diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan terkadang pula secara panjang lebar dan lain sebagainya.
Namun demikian, perlunya ditegaskan bahwa kisah-kisah tersebut bukan berarti tidak ada gunanya dan manfaatnya sama sekali, tetapi justru memiliki banyak rahasia dan hikmah dibaliknya karena seluruh isi al-Qur’an merupakan mukjizat dari Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Hal tersebut sebagaimana disimpulkan oleh Manna al-Qattan bahwa terdapat hikmah pengulangan kisah di dalam setidaknya terdapat tiga poin. Pertama, menjelaskan sisi balaghahnya al-Qur’an. Kedua, menunjukkan kehebatan mukjizat al-Qur’an. Ketiga, memberikan perhatian besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa.
Tipologi Repetisi Ayat dalam al-Qur’an
Lain daripada itu, repetisi ayat di dalam al-Qur’an juga memiliki banyak tipologi di antaranya:
1) Repetisi lafadz dalam satu ayat. Dalam kategori ini terdapat pada beberapa bentuk; pertama Isim contohnya : كلا إذا دكّت الأرض دكَّا دكَّا lafadz Dakka merupakan bentuk isim yang diulang dalam satu ayat. Kedua, Fi’il contohnya: فَمَهِّلِ الكافرين أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا kedua lafadz tersebut berbentuk fi’il amr. Ketiga, Isim Fi’il contohnya هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لما توعدون Isim Fi’il ini mengandung makna jauh. Repetisi ini juga ditujukan dalam menguatkan betapa jauhnya perkara itu. Keempat, Huruf contohnya فَفِي الجنة خالدين فِيْهَا huruf Jer yang dipasang dengan isim “jannah”, diulang lagi lafdz setelahnya dipasangkan dengan “ha” kata ganti untuk “jannah.” Terdapat pula bentuk lain dari kategori repetisi lafadz dalam satu ayat yaitu: pengulangan dhamir mustatir dengan dhamir bariz dan pengulangan dari dhamir muttasil.
2) Pengulangan sebagian lafadz pada ayat yang berbeda. Adapun contohnya seperti والسماء رفعها ووضع المِيْزَانَ. ألاّ تطغوا في المِيْزَانَ. وأقيموا الوزن بالقسط ولا تخسروا المِيْزَانَ lafadz al-Mizan tersebut terdapat pada pembahasan repetisi surah al-Rahman.
3) Pengulangan ayat secara utuh. Dalam kategori ini terdapat beberapa bentuk; pertama, pengulangan ayat secara utuh dalam satu surah dan tidak berurutan, seperti ويلٌ يومئذ لِلْمُكَذِّبِيْنَ، dan فبأي آلاء ربكما تُكَذِّبَان. Kedua, pengulangan ayat secara utuh yang tercecer dalam beberapa surah, seperti وَيَقُوْلُوْنَ مَتَى هَذَا الوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ . Ketiga, pengulangan ayat secara berurutan, dan memiliki beberapa bentuk: (1) pengulangan ayat dengan membubuhi huruf a’taf, seperti كلا سوف تعلمون، ثُمَّ كلا سوف تعلمون . (2) pengulangan ayat dengan membubuhi istifham, seperti القارعة مَا القارعة . (3) pengulangan ayat tanpa imbuhan pada ayat kedua, contohnya فإنَّ مَعَ العُسْرِ يُسْرًا، إنّ مَعَ العُسْرِ يُسْرًا.
Karenanya, dari berbagai tipologi repetisi ayat tersebut, tulisan ini akan membahas di salah satunya saja yaitu: pengulangan ayat secara utuh dalam satu surah dan tidak berurutan, dengan mengambil contoh dari surah al-Rahman sebagaimana berikut:
Hikmah dan Rahasia Repetisi Ayat dalam Surah al-Rahman
Sebelum mengupas secara mendalam tentang hikmah dan rahasia dari repetisi ayat dalam surah al-rahman, hendaknya diketahui terlebih dahulu mengenai isi dari pokok kandungan yang terdapat di dalamnya yaitu:
Pertama, terkandung darinya segi keimanan. Hal tersebut tercatat dalam beberapa aspek seperti Allah mengajar manusia supaya pandai berbicara (QS. 55:33), Allah juga mengisyaratkan kepada manusia dan jin bahwa semua jenis pohon-pohonan dan tumbuh-tumbuhan tunduk kepada Allah (QS. 55: 5-7), semua makhluk akan hancur kecuali Allah (QS. 55:26-27), Allah selalu dalam kesibukan (QS. 55:29), manusia diciptakan dari tanah dan jin dari api (QS. 55: 14-15). Kedua, terkandung darinya segi Hukum. Yaitu Allah mewajibkan kepada manusia untuk berlaku adil dalam mengukur, menakar dan menimbnag (QS. 55: 9). Ketiga, dalam surah al-Rahman ini Allah juga menyatakan bahwa manusia dan jin tidak dapat melepaskan diri dari kekuasaan Allah SWT (QS. 55:31).
Adapun hikmah dan rahasia repetisi ayat yang terkandung di dalam surah al-Rahman, terutama dari repetisi redaksi ayat فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَان yang artinya : “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”. Ayat ini merupakan suatu fenomena menarik yang terdapat dalam al-Qur’an, yang mana pola repetisi semacam ini hanya terdapat dalam dua surah saja yaitu di surah al-Rahman dan al-mursalat. Juga di dalam al-Qur’an, ayat tersebut terulang sebanyak 31 kali dalam surah al-rahman dengan terdapat pada ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, dan 77.
Dari keseluruhan ayat tersebut, jika diteliti secara detail nampak bahwa redaksinya sama persis dan tidak sedikit pun mengalami perubahan. Namun dalam melihat fenomena tersebut, para ulama tidak mempersoalkan pengulangannya 31 kali, namun para ulama mempermasalahkan keberadaan dari masing-masing ayat tersebut. Kemudian dalam menginterpretasi penempatan ayat pada kelompok-kelompoknya para ulama berbeda pendapat, sebut saja al-Iskafi membaginya pada lima kelompok yaitu 7,1,7,8, dan 8. Sedangkan al-karmani dan al-alusi membaginya menjadi empat kelompok yaitu 8,7,8 dan 8.
Adapun penjelasan dari masing-masing kelompok sebagaimana berikut: pertama, pandangan lima kelompok oleh al-Iskafi, menurutnya kelompok 7 pertama; merupakan induk nikmat (ummahat al-ni’am), seperti pengajaran al-Qur’an, penciptaan manusia, langit, bumi dan planet-planet. Kelompok kedua juga 7; sesuai dengan jumlah pintu neraka Jahanam. Di antara dua kelompok itu dibatasi oleh salah satu ayat dari tiga ayat yang ditujukan kepada semua makhluk Allah termasuk malaikat sebagaimana terlihat di dalam ayat 29. Firman Allah:
يسأله من في السموات و الأرض كل يوم هو في شأن
Artinya: “semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. Setiap waktu di dalam kesibukan”.
Sebelum membicarakan azab, ditempatkan pula redaksi yang berulang tersebut satu kali. Inilah yang dinamakan kelompok satu oleh al-Iskafi.
Sedangkan kedua, menurut al-Karmani kelompok 7 yang pertama dan kelompok 1 yang disebut oleh al-Iskafi digabungkan menjadi kelompok 8. Kelompok 8 pertama ini, menurut al- Karmani memuat keajaiban dan keindahan ciptaan Allah.
Lain daripada itu, secara umum surah al-Rahman ini juga menggambarkan nikmat Allah kepada hamba-hambanya. Namun mengapa setiap nikmat yang diberikan kepada manusia dan jin dalam surah ini disanggah dengan menyebutkan pertanyaan yang mengingkari (istifham inkari) “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan” sebanyak 31 kali?.
Karenanya hal tersebut merupakan tabiat manusia membantah dan mengingkari, dalam al-Qur’an disebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang paling banyak membantah. Al-Qur’an juga menyebut manusia sebagai makhluk yang sangat zalim dan mengingkari. Di sisi lain al-Qur’an juga menggambarkan jin sebagai makhluk yang pembangkang.
Demikian dari keterangan tersebut, pantas lah jika lawan bicara (khitab) dari ayat-ayat yang diulang ini ditujukkan kepada kedua makhluk (manusia dan jin) tersebut. Sebab, walaupun Allah telah menganugerahkan berbagai macam nikmat masih saja banyak dari mereka yang mendustakannya. Pendustaan ini tidak hanya terbatas penolakan pada rasa syukur atas nikmat Allah saja, namun banyak juga yang menginginkan keberadaan-Nya.
Editor: Soleh