Tafsir

Repetisi Ayat dalam Al-Qur’an (3): Hikmah dan Rahasia Pengulangan Ayat Surah al-Mursalat

4 Mins read

Surah al-Mursalat tergolong dalam surah Makkiyah, kecuali pada salah satu ayatnya Wa iza qila lahum irka’u la yarka’un, yang mana turun di Madinah. Nama surah al-Mursalat pula, menurut al-Alusi diambil dari kata pertama dari awal surah wa al-Mursalati ‘Urfa.

Selain itu, surah al-Mursalat sebagaimana surah al-Rahman memiliki fenomena menarik di dalamnya, yaitu terdapat banyak sekali ayat-ayat repetisi atau pengulangan yang tidak dimiliki oleh ayat lain, sebut saja Fabi ayyi ala irabikuma tukaziban dan wailuyyaumiizin lil mukazzibin, tentulah hal tersebut bukan karena al-Qur’an kekurangan kalimat atau kata, sehingga membuat al-Qur’an bukan lagi sebuah kitab suci dan mukjizat, namun hal tersebut pasti memiliki rahasia dan hikmah yang terkandung di dalamnya, terlebih Allah SWT mengulanginya lebih dari lima kali dalam surah al-Mursalat tersebut, berikut penjelasannya:

Hikmah dan Rahasia Repetisi ayat dalam Surah al-Mursalat

Repetisi ayat yang terkandung di dalam surah al-Mursalat tergolong tipe repetisi ayat secara utuh dalam satu surah dan tidak berurutan, hal tersebut sebagaimana pula yang terkandung dalam surah al-rahman. Repetisi ayat dalam surah al-Mursalat juga, jika kita amati secara seksama memiliki dua karakteristik repetisi di dalamnya yaitu: repetisi mengenai penciptaan manusia dan repetisi redaksi dalam ayat wailuyyaumiizin lil mukazzibin.

Pertama, Repetisi Mengenai Penciptaan Manusia.

Dalam surah al-Mursalat ini terdapat beberapa ayat yang membicarakan tentang penciptaan manusia, namun fokus pembicaraannya lebih kepada reproduksi manusia atau penciptaan anak cucu Adam, yang mana beda halnya dalam surah al-Rahman lebih membicarakan penciptaan manusia dalam kerangka manusia pertama (produksi manusia). Redaksi tersebut sebagaimana tertera dalam ayat al-Qur’an:

ألم نخلقكم من ماء مهين، فجعلناه في قرار مكين، إلى قدر معلوم، فقدرنا فنعم القادرون.      

Baca Juga  Bagaimana Seharusnya Memahami Al-Quran sebagai Paradigma?

Artinya: bukankah kami menciptakan kamu dari air yang hina?, kemudian kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh, sampai waktu yang ditentukan, lalu kami tentukan, maka kamilah sebaik-baik yang menentukan. (Q.S al-Mursalat: 20-23)

Dari redaksi empat ayat tersebut, menguraikan tentang reproduksi manusia atau penciptaan anak cucu Adam. Oleh karenanya, ketika al-Qur’an membicarakan tentang reproduksi manusia secara umum, Allah Yang Maha Pencipta menunjuk dengan menggunakan bentuk kata ganti jamak (nakhluqkum). Hal itu untuk menunjukkan perbedaan proses kejadian manusia secara umum dan proses kejadian Adam as. secara khusus, di mana penciptaan manusia secara umum melalui proses keterlibatan Tuhan bersama selain-Nya, yaitu ibu dan bapaknya.

***

Kedua, Repetisi Redaksi dalam Ayat  Wailuyyaumiizin Lil Mukazzibin.

ويل يومئذ للمكذبين

Artinya: Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan

Ayat tersebut terulang 10 kali di dalam surah al-Mursalat dengan redaksi yang sama persis, hal tersebut dapat kita temui dalam ayat 15, 19, 24, 28, 34, 37, 40, 45, 47 dan 49. Repetisi ayat dalam surah al-Mursalat juga persis sebagaimana pula dalam surah al-rahman dalam hal tipe repetisinya, namun surah al-mursalat ini para ulama tidak memberikan klasifikasi sebagaimana yang dicontohkan oleh al-Iskafi dan al-Karmani di dalam karyanya, tetapi mereka lebih cenderung mengungkap rahasia di balik repetisi masing-masing ayat dengan menafsirkannya dari ayat ke ayat. Berikut penjelasannya:

Pertama-tama, tipe repetisi ayat dalam surah ini merupakan pemisah ayat-ayat yang membicarakan tentang berbagai macam ancaman dan peringatan yang ditujukan kepada orang-orang yang mendustakan sesuatu yang diseru oleh Allah untuk mengimaninya, seperti datangnya hari kiamat, hari kebangkitan dan hari pembalasan.

Namun, sebelum membahas tentang ancaman-ancaman bagi yang mendustakan ajaran Allah SWT, diterangkan lah bahwa awal surah ini berbicara tentang kesempurnaan kekuasaan Allah dalam mengatur peristiwa yang akan terjadi sebelum kiamat datang, seperti penghapusan bintang-bintang, pembelahan pintu-pintu langit peleburan gunung-gunung. Berita ini dapat dijumpai pada ayat 1-15 dalam surat al- Mursalat, di mana Allah menyatakannya dengan sumpah kepada para Malaikat.  Kesempurnaan kekuasaan-Nya ini dimaksudkan untuk dapat dijadikan pelajaran dan memberikan ancaman bagi orang kafir yang mengingkari datangnya hari kiamat.

Baca Juga  Bacalah dengan Nama Tuhanmu: Refleksi dan Manifestasi

Kemudian di ayat 16-19, Allah menambahkan dengan menakut-nakuti mereka bahwa Dia pun telah membinasakan orang-orang yang kafir sebelum mereka disebabkan kekafiran yang diperbuatnya. Dengan tegas Allah menyatakan “apabila kalian tetap pada jalan kesesatan, maka kamu pun akan mendapat akibat seperti yang didapati kaum-kaum terdahulu.”

***

Selanjutnya di ayat 20-24 Allah menutup hal itu, dengan memperingatkan keingkaran mereka terhadap kebaikannya yang dianugerahkan kepada mereka, karena Dia telah menciptakan mereka dari setetes air yang hina di dalam rahim hingga batas waktu tertentu, lalu Dia membentuk mereka menjadi makhluk lain, dan menjadikan bagi mereka pendengaran, penglihatan dan hati agar mereka mensyukuri nikmat-nikmatnya. Akan tetapi mereka mengkafirinya, mengingkari keesaannya dan menyembah berhala dan patung. Azab dan kehinaanlah bagi orang-orang yang mendustakan karunia ilahi ini.

Sesudah Allah menyebutkan bahwa orang- orang yang mendustakan Allah, para Nabi dan hari kemudian itu akan mendapatkan azab pada hari keputusan dan pembalasan, maka pada ayat 29-34 Allah menjelaskan aneka macam siksaan dengan segala kengeriannya yang membingungkan orang-orang yang berpikir dan menundukkan setiap orang yang takut dan kembali kepadanya. Allah kemudian  memberitahukan bahwa mereka diperintahkan untuk pergi ke mana dahulu mereka mendustakannya waktu di dunia, yaitu ke bawah naungan asap Jahanam yang bercabang-cabang menjadi tiga cabang besar.

Sebelum akhir, di ayat ke-35-40 Allah memberitahukan bahwa azab dan kehinaan adalah bagi orang-orang yang mendustakan hari ini, yaitu ketika mereka tidak dapat berbicara karena heran dan bingung, dan tidak pula diizinkan untuk berudzur hingga mereka bisa berudzur, Hari ketika Allah mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dengan orang-orang yang terkemudian di satu tempat, lalu dikatakan kepada mereka kecaman dan cacian, “Jika kamu dapat melindungi dirimu dari siksa Allah sedikit saja. maka lakukanlah”. Azab dan kehinaanlah bagi orang- orang yang mendustakan hari kebangkitan, sebab telah tampak bagi mereka kekalahan mereka dan kebatilan dari apa yang dahulu mereka kerjakan semasa di dunia.

Baca Juga  Meluruskan "Tafsir Cocokologiah" Qorona dalam Al-Qur'an

***

Di akhir surat al-Mursalat ditutup dengan kebahagiaan dan kemuliaan bagi orang-orang yang beriman. Yaitu di ayat 41-50 Allah menyebutkan kebahagiaan dan kemuliaan bagi orang mukmin, mereka akan berada dalam kemewahan dan nikmat, dan mereka akan memakan buah-buahan yang mereka sukai, seperti dikatakan kepada mereka “Makan dan minumlah kamu dengan nikmat dikarenakan apa yang kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu. Dan inilah balas orang-orang yang membaguskan amalnya.”

Kemudian Allah Menyeru orang-orang yang mendustakannya dengan kecaman:.

Artinya: “Makanlah dan bersenang-senanglah kamu yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa”

Tidak ada bagian kamu di akhirat, sebab kamu adalah orang-orang kafir.

Lalu Allah menyebutkan bahwa orang-orang kafir itu ka mereka disuruh untuk taat dan khusyu’ kepada Allah mereka menolak dan bersikeras dalam kesombongan mereka, Maka azab dan kehinaanlah bagi mereka terhadap apa yang mereka lakukan.

Editor: Soleh

Ahmad Agus Salim
24 posts

About author
Mahasiswa Magister IAT Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…
Tafsir

Dekonstruksi Tafsir Jihad

3 Mins read
Hampir sebagian besar kesarjanaan modern menyoroti makna jihad sebatas pada dimensi legal-formal dari konsep ini dan karenanya menekankan pengertian militernya. Uraiannya mayoritas…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds