Munculnya ISIS—Negara Islam Iraq-Syria—pada 2014 menandai puncak kemenangan gerakan jihadis global untuk menegakkan kekhalifahan. Tetapi “kemenangan” itu berumur pendek. Pada 2017, ISIS dihancurkan. Para jihadis ISIS—sebagian besar adalah para bigot rekrutan dari sekitar 80 negara—kocar-kacir. Sebagian pulang ke negara masing-masing, sebagian lagi menjadi jihadis diaspora yang menyebar ke seluruh dunia.
Colin P. Clarke menulis buku baru (2019) ini persis untuk melihat bagaimana kelanjutan cerita para jihadis diaspora itu. Benarkah hancurnya ISIS adalah permulaan dari lenyapnya gerakan kekhalifahan? Atau apakah gerakan ini akan beradaptasi dengan situasi baru tanpa organisasi di level global, lalu membangun diri kembali sebagai clandestine di negara-negara nasional.
Menurutnya, masa depan gerakan ini akan sama dengan masa lalunya—menjadi kelompok-kelompok militan dan terpecah-belah di berbagai medan perang—yang merentang dari Afrika Utara hingga Asia Tenggara. Mereka akan terus memercikkan perang saudara, dan terus melancarkan serangan-serangan spektakuler di Barat yang bisa menarik para pengikut baru. Dalam skenario seperti ini, jihadis diaspora itu justru akan jauh lebih berbahaya karena semakin sulit dideteksi.
Buku ini membeberkan fakta yang tak terbantah bahwa gerakan jihad global sangat dekat dengan praktek pasar gelap, berkait dengan perdagangan narkoba, dan berkelindan dengan perdagangan-manusia (trafficking), terutama perdagangan perempuan untuk memenuhi pasar pelacuran dan industri seks. Para jihadis ISIS adalah pasar tersendiri yang memiliki kebutuhan seks di medan-medan jihad. Mereka memenuhi kebutuhan itu dengan membeli para korban trafficking atau menjalakan sendiri bisnis itu. Inilah sisi gelap yang dibongkar buku ini—skandal yang sering sangat terlambat diketahui para mujahid bigot culun, dari Indonesia misalnya.
Buku ini terutama menyoroti apa implikasinya ketika para jihadis itu kocar-kacir berpencaran pasca bubarnya ISIS, ancaman seperti apakah yang akan muncul dari operasi mereka yang liar, setelah mereka tunggang-langgang dari Iraq dan Syria? Spekulasi yang muncul adalah, sebagian mereka akan kembali ke tanah air masing-masing dan bergabung dengan kelompok-kelompok Salafi-jihadis untuk mensubversi rezim-rezim nasional di tanah air masing-masing.
Penulis: AE Priyono
Editor: Arif
Sumber: FB AE Priyono