Kita sama-sama mengamini bahwa iklan Sirup Marjan adalah iklan yang ikonik, unik, visioner, dan limited edition. Ikonik karena penayangannya hanya pada bulan tertentu, yaitu di bulan Ramadan. Unik karena isi tayangannya kadang di luar ekspektasi publik, terutama ketika awal-awal iklan yang hanya menampilkan sebagian saja (teaser). Dan tentunya limited edition karena iklan Marjan hanya hadir di bulan puasa, kecuali Anda berkunjung ke toko terdekat untuk membeli sirup Marjan. Bahkan dalam berbagai media sosial, iklan ini dijuluki ‘Hollywood‘ ala Indonesia dengan sebutan MCU (Marjan Cinematic Universe).
Kisah Sirup Marjan dan Semangat Puasa
Iklan Sirup Marjan beradaptasi dengan budaya masyarakat Indonesia. Jika menilik sejarah, pada tahun 1990, Marjan Boudoin tampil di majalah dengan promosi undian tanpa label religi. Namun pada 1993, Marjan mulai menjadi ikon minuman keluarga kelas menengah ke atas.
Bagaimana kemudian Marjan bermetamorfosis menjadi minuman khas bulan puasa? Sejak beberapa tahun terakhir, iklan Marjan seringkali ditayangkan lebih dulu sebelum sidang isbat penentuan awal Ramadan, seolah menjadi penanda datangnya bulan suci. Iklan ini turut menghadirkan semangat menyambut puasa. Sebagaimana hadits:
“Barang siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, Allah mengharamkan jasadnya masuk neraka” (Durratun Nashihin).
Tidak heran jika banyak orang merasa senang ketika melihat tayangan iklan Marjan, karena itu berarti Ramadan telah dekat. Kehadiran iklan Marjan menjadi budaya baru, seolah menegaskan: “Ada Marjan berarti ada puasa, tidak ada Marjan berarti tidak ada puasa.”
Doa Ibu dalam Iklan Sirup Marjan
Selain sebagai brand minuman, Marjan ternyata memiliki keterkaitan dengan Islam. Dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rahman ayat 22 dan 58 disebutkan kata ‘Marjan‘, yang merujuk pada mutiara dan perhiasan mahal dari laut. Meski bisa jadi hanya kebetulan, namun korelasi positif antara Marjan dan Ramadan tetap menarik untuk dicermati.
Iklan Marjan edisi 1446 H menampilkan kisah seorang anak perempuan yang mampu melewati berbagai tantangan kehidupan berkat doa ibunya. Doa ibu dalam iklan marjan tersebut digambarkan layaknya mutiara merah yang sangat mahal, seperti dalam Surah Ar-Rahman. Doa tersebut menjadi perisai dan penghias kehidupan, sejalan dengan pepatah “Kasih ibu sepanjang jalan.”
Tantangan Teknologi Masa Depan
Berbeda dari iklan minuman lainnya yang menampilkan keluarga harmonis, Marjan menghadirkan narasi futuristik. Kota JKTerra tahun 2108 menjadi latar cerita, menggambarkan tantangan di tengah derasnya arus teknologi. Tokoh Mpu Baradah dalam iklan, digambarkan rela berkorban demi cita-cita yang berujung sengsara bagi keluarganya.
Pesan dalam iklan tersebut sejalan dengan pemikiran Din Syamsuddin, yang menyatakan bahwa Islam harus didukung oleh riset dan teknologi, namun tetap berorientasi pada kemaslahatan. Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar Surah Ar-Rahman ayat 33 juga menegaskan bahwa kemampuan manusia memiliki batas.
Meskipun iklan Marjan berlatar masa depan, pesan moralnya relevan dengan kondisi saat ini. Dalam era ketidakpastian, ada beberapa hal yang perlu dipegang:
- Menjadikan Al-Qur’an sebagai landasan dalam beraktivitas.
- Menghargai nasihat orang tua, terutama ibu.
- Menyadari keterbatasan manusia dan bahayanya mengikuti hawa nafsu.
- Memahami bahwa teknologi hanya alat bantu untuk mempermudah aktivitas.
Iklan Sirup Marjan bukan sekadar promosi produk, melainkan telah berkembang menjadi budaya visual yang erat dengan Ramadan. Pesan-pesan spiritual, budaya, hingga refleksi tentang masa depan terangkum dalam setiap tayangannya. Dari kisah doa ibu hingga tantangan teknologi, Marjan Cinematic Universe membawa pesan mendalam tentang kehidupan, keluarga, dan iman.
Editor: Assalimi