Tajdida

Sekolah Muhammadiyah: Bengkel untuk Anak Duafa

3 Mins read

Sekolah Bengkel

Banyak cacian dan hujatan terhadap kejadian SMP Muhammadiyah Butuh Purworejo beberapa waktu yang lalu karena kasus perundungan beberapa waktu lalu. Sebagai mantan Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Depok Sleman yang dulu pernah di masa kritis. Hampir sama kasusnya dengan SMP Muhammadiyah Butuh di Tahun 2008 lalu SMP Musade tersisa 8 siswa.

Salah satu strategi memperbaiki ketika itu adalah menerima siswa apapun keadanya. Yang penting wujudnya manusia diterima apa adanya (merem saja). Bagaimanapun keadaannya, latar belakang, finansialnya, bahkan anak-anak yang seolah tak punya masa depan “dibuang” SMP/MTs Negeri sekitar.

Sekolah Bengkel Duafa

Selain karena Muhammadiyah memiliki visi Al-Maun ngopeni anak-anak duafa dan mustadafin (tidak hanya lemah ekonomi semata lho), juga jujur realistis ketika itu membutuhkan murid agar sekolah kami hidup kembali.

Tak terbayangkan ketika itu, kami harus siap menjadi sekolah bengkel. Kami pernah memandikan anak di sekolah (karena anak kami tidak pernah mandi di rumahnya). Kami pernah jadi tukang ojek antar jemput siswa. Karena tak berdaya dan mogok ke sekolah ndak ada yang antar dari orangtuanya.

Kami pernah dan bahkan sering menggratiskan siswa karena sangu sang anak hanya seteguk air putih. Anak multi talen di bidang olahraga sepakbola, karena nilainya minim dan keuangannya yang minim, tidak diterima di SMP Negeri Olahraga.

Kemudian oleh sekolah dibuat kreasi mengadakan hari gizi siswa. Pernah juga harus penuh kesabaran menjemput siswa yang mogok belajar dan hampir tidak berangkat ujian sekolah karena seolah hidupnya tak berdaya karena situasi keluarga yang hancur berkeping keping, bahkan mendamaikan orangtua yang hampir bercerai karena siswa kami mengalami depresi.

Dan juga pernah berurusan dengan kepolisian karena “luar biasanya” energi anak-anak buangan negeri di tempat kami persis seperti kasus SMP Muhammadiyah Butuh Purworejo.

Baca Juga  Sunni dan Syi'ah Jangan Dipertentangkan: Pandangan Tiga Tokoh Muhammadiyah

Namun semuanya kami lakoni, kami jalani bagian dari proses sekolah bengkel menjadi sekolah yang dipercaya masyarakat from nothing to something.

Menerima Semua Siswa: Anak-Anak Istimewa

Syahdan, pernah suatu ketika kami di bel khusus Sleman 1. Karena siswa ini pernah terkena kasus tawuran ditolak di sekolah manapun. Atas permohonan Sleman 1, kami merem saja, tersisa 6 bulan menjelang UN. Namun dengan sekuat tenaga, kesabaran, ketekunan, keuletan guru karyawan kami yang super tangguh, siswa ini didampingi penuh maksimal, kasih sayang dan motivasi. Alhamdulillah anak super istimewa ini berhasil lulus dan nilainya 10 besar di SMP kami. Sleman 1 pun menitikkan air mata haru, kagum dan takjub.

Anak-anak duafa pun mereka berhak menikmati kesempatan yang sama, mimpi yang sama, bahkan masa depan yang sama. Anak kami yang sangunya seteguk air putih itu, bahkan Jawara Olimpiade dan bertengger di UGM. Anak kami yang memiliki talenta sepakbola telah merumput di Ibukota dengan beasiswa sekolah karena merumput sebagai pemain sepakbola.

Anak-anak yang sempat dibuang “negeri” mereka membuktikan saat ini be better dan mampu hidup dalam kehidupan setelah diopeni SMP Musade ini.

Karenanya kami berempati dengan SMP Muhammadiyah Butuh karena mau ngopeni anak-anak pindahan Negeri dan Disabilitas. Kasus perundungannya tetap kami sayangkan dan memang tidak perlu terjadi di dunia sekolah, namun bukan berarti mereka dihujat bahkan ditutup seenaknya oleh JATENG 1. Terkadang kita hanya melihat 1 kecacatan lupa akan banyaknya mutiara dan keistimewaan yang telah dilakukan.

Justeru mereka SMP Muhammadiyah Butuh membutuhkan support, uluran tangan, empati dan penanganan mengelola SMP tersebut menjadi Sekolah yang sama pada umumnya.

Karena mengelola SMP tipe Bengkel membutuhkan energi yang super dan going to extra miles. Guru guru yang hebat lahir di sekolah ini karena mereka hadir menyentuh anak-anak istimewa. Sebaliknya sekolah-sekolah unggul acapkali hebat karena dihebatkan sebelumnya oleh siswa nya yang sudah hebat. Karena ketika ada konsep Zonasi sekolah-sekolah hebat ini mereka meradang karena ketidaksiapan mereka menerima segenap potensi yang dimiliki mereka baik dan kurangnya sang anak.

Baca Juga  Meneropong Tantangan dan Problematika Dakwah Islam

Sekolahnya Manusia

Karenanya mengutip pendapatnya Munif Chatib pakar Sekolahnya Manusia, Gurunya Manusia. Strata sekolah tertinggi adalah sekolah yang tidak pernah menyeleksi siswa. Mereka memproses siswa apa adanya tanpa embel-embel nilai, latar belakang ekonomi termasuk “istimewa”nya siswa dan sang anak.

Apa yang terjadi di SD Mulia (SD Muhammadiyah 5 Malang) salah satu potret humanisasi sekolah yang dimiliki persyarikatan Muhammadiyah yang berkhidmat untuk umat, mau ngopeni (mengasuh dan merawat) anak-anak yatim, duafa dan berkebutuhan khusus. Bahkan sekolah inklusi sejatinya banyak di sekolah Muhammadiyah baik yang melebeli secara formal dan lebih banyak lagi yang tidak dilabeli inklusi.

Mari, saatnya kita memberikan solusi yang terbaik kasus SMP Muhammadiyah Butuh, sebagaimana kami sampaikan kepada Kepala Sekolahnya. Kami yakin dan kekuatan atau kunci utamanya adalah ada pada guru. Komitmen, kultur sekolah, keteladanan dan komunikasi super intensif dengan Orangtua dan menggandeng berbagai pihak untuk memperkuat pelayanan istimewa kepada siswa, sebagaimana SMP kami pernah menggandeng Living Values Education Dr. Muqowim UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta selama 1 Tahun penuh untuk penguatan Guru yang berkarakter.

Alhamdulillah wasyukurillah SMP kami menjadi Sekolah Percontohan Pendidikan Berkarakter. Kini tengah berproses menjadi Outstanding School: FROM NOTHING TO SOMETHING. Karenanya kami tebarkan selalu spirit dan etos ini khususnya kepada sekolah sekolah duafa mustadafin dan memiliki siswa yang duafa mustadafin dimana pun kesempatan yang dimiliki.

Sejatinya Sekolah Muhammadiyah Butuh dan Sekolah sekolah lainnya yang mungkin saat ini menjadi sekolah “bengkel” mewujudkan amanah UUD 1945 Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.

Editor: Azaki K
Abdullah Mukti
10 posts

About author
Anggota Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds