Bila tidak ada aral melintang, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) akan melangsungkan agenda Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) di Provinsi Bali pada 16-19 Januari 2025. Agenda yang akan dihadiri seluruh perwakilan daerah ini mengangkat tema “Seutuhnya Merah Putih”. Pilihan tema tersebut sesungguhnya menjadi cermin kebulatan tekad IMM untuk berjuang menata Indonesia. Sejalan dengan itu, pilihan untuk menjadikan provinsi Bali sebagai tempat Rakornas juga muncul dari kesadaran bahwa provinsi ini adalah jendela untuk mengenal Indonesia seutuhnya. Dari tempat inilah, kita mengenal kekayaan budaya, tradisi, dan keindahan Indonesia.
Seutuhnya Merah Putih
Tajuk seutuhnya merah putih sesungguhnya bukanlah semata pelengkap dalam pamflet-pamflet acara Rakornas. Ia adalah frasa yang memiliki makna simbolis mendalam, cermin dari patriotisme IMM terhadap Indonesia. Seperti terekam dalam sejarah peradaban Indonesia, IMM hakikatnya sejak awal berkomitmen untuk menjaga keutuhan merah putih. Kelahiran IMM pada dekade awal 1960-an sejatinya didorong oleh semangat untuk mempertahankan kesatuan nasional ditengah ancaman instabilitas negara, pemerintahan yang otoriter dan serba tunggal, serta ancaman komunisme (Fathoni, 1990).
Sejak itu, IMM kemudian tumbuh menjadi entitas kaum muda yang selalu menjadi energi kritis. Ketika peristiwa Malari (1974) meletus dan gerakan mahasiswa mengalami represi, IMM tampil dan mengirimkan surat kepada Presiden Soeharto. IMM mendorong pencarian kebenaran menyangkut kebijakan yang dicanangkan pemerintah. Upaya tersebut dilakukan oleh IMM semata-mata dalam rangka menjaga keutuhan persatuan bangsa dan negara.
Sejarah berlanjut dan IMM kemudian tampil menggemakan reformasi 1998 silam, bersama dengan mahasiswa Indonesia yang lain. Reformasi sebagai perubahan sosial dan politik tak dapat dilepaskan dari peran IMM. Kala itu, ratusan kader IMM juga turun ke gelanggang demonstrasi menuntut Soeharto turun. Bukan hanya itu, gerakan reformasi saat itu dipimpin oleh salah satu pendiri IMM, Amien Rais yang kelak kemudian dinobatkan sebagai Bapak Reformasi. Setelah itu, IMM kemudian konsisten mengisi reformasi melalui peran utamanya sebagai kekuatan moral dan kritis dalam dinamika kebangsaan.
Memoar sejarah tersebut menunjukkan komitmen dan konsistensi IMM menjaga Indonesia, menjaga nyawa merah putih. Dinamika sejarah tersebut sekaligus menjadi bukti bahwa organisasi ini melekat dalam dinamika perjalanan bangsa Indonesia. Dari dasar sejarah masa lalu itu, IMM dapat menapaki jalan sejarah menuju masa depan.
IMM untuk Indonesia Masa Depan
Di tengah segala kompleksitas perubahan zaman, IMM kembali mengemban amanah sejarah untuk menggemakan narasi “Seutuhnya Merah Putih”. IMM harus menata masa depannya segaris dengan upaya menata masa depan bangsa Indonesia. Dalam visi tersebut, IMM setidaknya perlu menjalankan beberapa agenda strategis dalam upaya merawat Indonesia.
Pertama, penguatan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Agenda tersebut mendesak utamanya di tengah banyaknya pihak yang masih mempertentangkan antara agama dengan negara—yang kerap berdampak langsung pada fragementasi sosial dan politisasi identitas di masyarakat. Kedua, melalui jalur pendidikan dan kaderisasi, IMM mengemban tanggung jawab untuk melahirkan manusia Indonesia yang berjiwa negarawan, mereka adalah pribadi manusia yang mampu berpikir dan bertindak solutif memajukan bangsa.
Ketiga, menjaga keutuhan Indonesia sebangun dengan upaya mengembangkan pranata sosial di masyarakat. Di sisi ini, gerakan sosial dibutuhkan guna menghapus kesenjangan sosial yang kerap menjadi sumber konflik dan perpecahan.
Keempat, IMM harus terus memainkan peranan sosialnya sebagai social control melalui kerja-kerja menyuarakan keadilan sosial. Memastikan kebijakan pemerintah berjalan di atas rel keadilan untuk semua, bukan untuk segelintir pihak belaka.
Kelima, IMM perlu ambil peran strategis dalam menjaga keberlanjutan demokrasi di Indonesia. IMM saat ini harus menjalankan peran utamanya menjaga keberlanjutan demokrasi yang ideal, demokrasi yang mampu mendorong partisipasi masyarakat, sekaligus demokrasi yang mampu mendirikan keadilan dan kesetaraan untuk semua.
Refleksi Akhir
Akhirnya, kami berharap Rakornas tidak sekadar menjadi kegiatan seremonial belaka. Lebih dari itu, kita berharap Rakornas ini menjadi medium terbaik untuk membangun sinergi kolektif di internal organisasi sekaligus meneguhkan tekad bersama untuk terlibat dalam kerja-kerja menata Indonesia.
Editor: Soleh