Semua dari kita pasti sudah tidak tidak asing lagi dengan kata “malas”. Ketika mendengarnya maka yang terlintas dipikiran kita adalah salah satu sifat buruk yang dimiliki manusia. Malas dapat diartikan sebagai kondisi dimana seseorang menolak melakukan sesuatu yang seharusnya mampu dikerjakan dengan tenaga yang ia miliki.
Rasa malas biasanya muncul karena kurangnya motivasi dalam diri seseorang atau tidak rela meninggalkan zona nyaman yang dimilikinya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menentukan tujuan hidup agar memiliki motivasi yang kuat untuk terus bergerak maju. Hal ini selaras dengan ajaran agama Islam yang senantiasa memerintahkan umatnya untuk bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan di Dunia.
Sikap Malas dalam Pandangan Islam
Islam menginginkan agar manusia senantiasa menghargai waktu yang dimiliki dengan menggunakan usaha semaksimal mungkin. Usaha yang telah dilakukan apabila dilakukan dengan niat dan cara yang baik maka akan membawa dampak yang baik pula. Dengan demikian, sikap bermalas-malasan terutama dalam hal kebaikan merupakan sesuatu yang dilarang.
Ulama-ulama besar Islam dapat menghasilkan karya yang luar biasa karena mereka giat dalam menuntut ilmu. Di sisi lain, mereka juga sangat menjunjung tinggi penggunaan daya kritis sebagai usaha dalam berpikir guna memperoleh kebenaran. Bagi para ulama kemalasan dalam berpikir dan hanya melakukan taqlid buta hanya akan mendatangkan kehancuran bagi masa depan Islam.
Terdapat ayat Al-Qur’an yang bisa dikatakan sebagai teguran terhadap orang-orang yang memiliki sifat malas, yaitu pada Qur’an surah Ar-Ra’d ayat 11:
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
Artinya: “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan menjadi lebih baik kecuali ada usaha untuk mengubah keadaan tersebut. Artinya ketika seseorang menginginkan perubahan dalam hidupnya maka ia harus terus bergerak dan bekerja keras. Islam menekankan agar umatnya tidak bermalas-malasan tidak lain demi tujuan kebaikan. Karena hal ini, muncullah pertanyaan “apakah semua sikap malas itu buruk?”.
Tidak Semua Rasa Malas adalah Keburukan
Dalam pandangan umum, sikap malas merupakan sikap yang wajib untuk dihindari. Mereka yang telah dikenal sebagai pemalas biasanya akan mendapatkan citra buruk dari masyarakat. Namun, ternyata tidak semua rasa malas merupakan hal yang buruk karena beberapa hal ketika ditanamkan sikap malas di dalamnya maka akan mendatangkan kebaikan.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan tetapi aku tidur dan aku shalat malam. Aku pun puasa, namun ada waktu bagiku untuk tidak berpuasa. Siapa yang mencontohi-ku, maka ia termasuk golonganku. Siapa yang benci terhadap ajaranku, maka ia bukan termasuk golonganku. Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa malasnya. Siapa yang rasa malasnya malah menjerumuskan pada bid’ah, maka ia sungguh telah sesat. Namun siapa yang rasa malasnya masih di atas ajaran Rasul, maka dialah yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad 5: 409).
Dari hadis di atas dapat kita pahami bahwa rasa malas yang baik adalah ketika masih membawa seseorang dalam ajaran Agama. Dengan demikian, rasa malas yang membawa kebaikan bukanlah hal yang dilarang melainkan justru merupakan hal yang dianjurkan.
Contoh Sikap Malas yang Baik
Malas Berghibah
Ghibah dapat diartikan sebagai membicarakan keburukan orang lain. Dalam Qur’an surah Al-Hujurat ayat 12 dikatakan bahwa mereka yang suka membicarakan keburukan orang lain diibaratkan seperti seseorang yang memakan bangkai saudaranya yang sudah mati. Dengan menanamkan sikap malas untuk mencari dan membicarakan keburukan orang lain maka akan membawa kita kepada kemuliaan di hadapan Allah.
Malas Bersikap Egois
Kehidupan manusia pada berlandaskan rangkaian keinginan yang dimilikinya. Akan tetapi keinginan dan harapan yang diimpikan tidak bisa selalu terwujud atau memiliki kontradiksi dengan kepentingan orang lain. Oleh karena itu, terkadang penting bagi menurunkan ego dan mempertimbangkan kepentingan orang lain. Ketika kita malas dalam bersikap egois maka niscaya akan tercipta kebahagiaan bersama.
Malas Bermusuhan dengan Orang Lain
Manusia merupakan makhluk sosial yang sudah pasti dalam kehidupannya selalu berhubungan dengan orang lain. Namun, dalam interaksi dengan sesama tidak jarang terjadi perselisihan yang melibatkan rasa amarah. Sebagai Umat Islam yang baik hendaknya tetap bersikap bijaksana dalam menghadapi perselisihan. Oleh karena itu, sikap malas bermusuhan dengan orang lain yang dilandasi kesabaran adalah hal yang baik.
Kesimpulan
Malas merupakan suatu sikap tidak ingin berusaha meskipun memiliki kemampuan untuk menjadi lebih baik. Meskipun rasa malas seringkali menjerumuskan kepada keburukan, akan tetapi ketika rasa malas itu digunakan untuk menghindari dosa maka akan membawa kita kepada kebaikan. Semoga Allah senantiasa menjauhkan kita dari dosa dan selalu berada dalam limpahan rahmat-Nya.
Editor: Soleh