Kurang lebih sudah genap berusia 103 tahun Aisyiyah, organisasi otonom khusus kaum ibu-ibu di Muhammadiyah yang dinisbatkan kepada salah seorang istri Rasul. Sebuah pertanyaan kecil, kira-kira apa alasan pemilihan nama Aisyiyah? Apakah tidak ada usul nama lain sewaktu pembentukan organisasi Aisyiyah pada tahun 1917? Ulasan redaksi IBTimes.Id kali ini berusaha untuk menjawab pertanyaan kecil tersebut.
Pembentukan Organisasi Aisyiyah
Berdasarkan sumber penelitian Ahmad Adaby Darban, pada tahun 1917 telah diadakan pertemuan antara pengurus Muhammadiyah dengan keenam wanita yang mencetuskan inisiatif pembentukan organisasi wanita Muhammadiyah. Pengurus Besar Muhammadiyah yang hadir dalam pertemuan tersebut antara lain: Kiai Ahmad Dahlan, Haji Fachrodin, Haji Mochtar, dan Ki Bagus Hadikusuma. Adapun keenam wanita yang hadir ialah Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro, Siti Wadingah, dan Siti Badilah.
Pertemuan Pengurus Besar Muhammadiyah 1917 berhasil memutuskan pembentukan organisasi wanita. Namun sebelum diputuskan, terdapat perdebatan menarik seputar nama yang akan digunakan. Sumber Adaby Darban menyebutkan bahwa dalam pertemuan tersebut muncul usulan untuk mengajukan nama ”Fatimah,” terinspirasi dari nama putri Rasulullah. Tidak disebutkan secara pasti siapa yang mengusulkan nama tersebut. Akan tetapi, beberapa Pengurus Besar Muhammadiyah belum sepakat dengan nama tersebut.
Tidak lama kemudian, Haji Fachrodin mengusulkan nama ”Aisyah,” terinspirasi dari nama istri Rasulullah. Dengan berargumentasi mengambil nama dari istri Nabi Muhammad SAW yang bernama Aisyah, maka pengikut Aisiyah disebut ”Aisyiyah.” Dan seluruh Pengurus Besar Muhammadiyah, termasuk Kiai Ahmad Dahlan, sepakat dengan nama tersebut. Demikian informasi yang berhasil digali oleh sejarawan Ahmad Adaby Darban ketika mewawancarai salah seorang pelaku sejarah Aisyiyah, Ibu Siti Badilah Zuber (wawancara tanggal 13Mei 1980).
Mengapa Aisyah (Aisyiyah)?
Cukup menarik argumentasi Haji Fachrodin ketika memilih nama Aisyah. Dengan nama tersebut, ia diharapkan agar organisasi wanita yang akan dibentuk dapat berdampingan berjuang bersama Muhammadiyah, seperti halnya Aisyah dan Rasulullah. Diharapkan pula, supaya organisasi wanita Aisyiyah dapat membawa anggota-anggotanya untuk meneladani dan menyamai karakter Aisyah.
Merujuk pada hasil penelitian Ahmad Adaby Darban, organisasi Aisyiyah secara resmi didirikan pada 22 April 1917. Hadirnya organisasi wanita tersebut mendorong kaum wanita Kauman untuk ikut ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat, gerakan dakwah, dan pendidikan.
Sumber: buku Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah karya Ahmad Adaby Darban (2010).
Editor: Arif