IBTimes.ID – Wukuf di Arafah dilaksakan pada 9 Dzulhijjah atau diprediksi bertepatan dengan tanggal 27 Juni 2023. Selama masa penantian itu, jamaah haji diimbau untuk tidak memaksakan diri dengan ibadah-ibadah sunnah yang memberatkan.
Hal itu disampaikan oleh Konsultan Ibadah Haji Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi KH Kartono di sela kunjungan di Sektor 11 di kawasan Misfalah, Makkah, Arab Saudi (5/6/2023).
“Ibadah tidak mesti di Masjidil Haram, bisa di hotel bahkan di masjid terdekat karena secara hukum berlaku seluruh tanah Haram Makah itu berarti Masjidil Haram,” ujarnya.
Peringatan ini ditujukan terutama kepada mereka yang berstatus lansia, sakit, atau penyandang disabilitas.
Jamaah haji diingatkan untuk fokus pada persiapan masa-masa kritis periode Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina). Di samping merupakan bagian terpenting ibadah haji, periode ini juga membutuhkan kesiapan fisik yang luar biasa karena aktivitas akan dilakukan dengan serbajalan kaki berkilo-kilo meter.
“Yang kedua, juga tidak perlu ikut mondar-mandir memaksakan diri umrah sunnah berulang kali sekalipun umrah sunnah. Itu boleh tapi itu untuk jamaah yang sehat. Yang masuk dalam kategori lansia, (penyandang) disabilitas, dan uzur sakit karena masih ada yang akan dihadapi rukun haji yang lebih besar: wukuf di Arafah,” jelas Kiai Kartono.
“saat berhaji kita memasuki sesi ibadah yang berarti memasuki alam ruhani. Ketika ihram mengucap niat labbaika allohuma umrotan, artinya suda bukan duniawi lagi. Tinggalkan pikiran dunia, di rumah, sawah, mobil, jabatan, kedudukan, lepas semuanya”, tambah Kiai Kartono.
Tim Konsultasi Ibadah dan Pembimbing Ibadah (Konbad Bimbad) Sektor 8 Mekah yang dipimpin oleh Prof. Susiknan Azhari, juga berharap kepada jamaah agar menjaga kesehatan untuk persiapan Arafah, Muzdlalifah, dan Mina atau biasa diistilahkan “Armuzna” (5/6/2023).
“Untuk menghadapi puncak haji di “Armuzna” jamaah haji selain persiapan fisik adalah persiapan spiritual yang cukup agar dalam menjalaninya penuh kesabaran, kesyukuran, dan semata-mata lillah”, tambah Susiknan.
“Dengan demikian proses ibadah haji dan pengalaman spiritual bernilai guna bagi kehidupan pribadi jamaah di kemudian hari”, tegasnya.
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga itu mengimbau para jamaah agar saling tolong menolong dan memperbanyak zikir serta fokus dalam beribadah. Menghindari perkataan yang kurang bermanfat. Apalagi marah ketika menerima sesuatu yang kurang sesuai dengan keinginan. Disinilah kesabaran para jamaah diperlukan.
“Tak kalah penting kesyukuran harus menjadi landasan para jamaah karena bisa datang ke Baitullah. Oleh karena itu para jamaah harus pandai mengatur waktu sebaik-baiknya. Beristirahat secukupnya”, imbuh Susiknan.
Wakil Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah tersebut menegaskan, “jangan sampai mengejar sunah yang berlebihan berakibat saat puncak haji kondisi badan kurang sehat sehingga kurang maksimal ketika menjalankan wukuf di Arafah”.
Pewarta: Azaki
Editor: Soleh