Perspektif

Sigmund Freud: Perubahan Psikologis Individu di Era Pandemi COVID-19

2 Mins read

Seperti yang kita ketahui, bumi sedang tidak baik-baik saja semenjak munculnya pandemi COVID-19. Virus yang berasal dari China tersebut sangat cepat merambah ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Sejak bulan Maret yang lalu, keadaan di Indonesia berubah hampir 180o. Bukan hanya keadaan lingkungan saja yang berubah, namun juga kondisin psikologis masyarakat Indonesia pasti mengalami perubahan di tengah Virus COVID-19 ini.

Hal yang dapat kita rasakan pada era Pandemi ini adalah perubahan kondisi psikologis kita, yang semula biasa saja tidak terjadi apa-apa, berubah menjadi suatu kecemasan dan ketakutan tersendiri. Tak lepas dari kabar media massa yang memberitakan penularan virus ini yang sangat cepat dan berakibat pada kematian. Hal ini sangat mempengaruhi kondisi psikologis dari individu.

Kecemasan Tanda Psikologis kita tidak Aman

Namun, tahukah kalian? Perubahan ini ternyata ada penjelasan dari teori seorang Filosof Sigmund Freud. Sigmund Freud ini sendiri adalah seorang filosof dan ahli dalam bidang ilmu psikologi. Menurutnya, kecemasan pada seseorang memiliki fungsi sebagai peringatan kepada ego akan adanya suatu bahaya. Tujuannya agar kita dapat mengambil tindakan yang tepat untuk menghadapinya, seperti menolak atau menghindar.

Pasti kita temui individu pada kondisi awal mula COVID-19 yang mengalami hal ini, cemas terhadap penularan virus ditambah dengan pemberitaan di media massa yang cenderung masuk kedalam pikiran masyarakat itu negatif. Psikis manusia pada fase ini mereka akan menghadapinya dengan cara menghindari, contohnya bisa dilihat dengan masyarakat yang mulai memakai masker, lebih rajin mencuci tangan dan menjaga kebersihannya.

Freud juga menjelaskan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni kesadaran-prasadar-ketidaksadaran. Teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku.

Baca Juga  Positif Covid-19, Ustadz Tengku Zulkarnain Meninggal Dunia

Teori Freud

Tingkatan Freud yang pertama yaitu ‘kesadaran’. Freud menjelaskan bahwa bagian ini merupakan suatu bagian terkecil dari keseluruhan pikiran manusia, di mana pikiran-pikiran manusia itu lebih banyak tersimpan di dalamnya daripada yang telah mereka keluarkan. Hal ini berkaitan dengan ketakutan masyarakat terhadap penularan Virus COVID-19 ini. Pikiran negatif masyarakat justru lebih banyak tersimpan di dalam pikiran mereka, daripada yang mereka katakan.

Tingkatan selanjutnya adalah Pra-sadar, tingkatan ini menurutnya terkait dengan alam sadar manusia yang merupakan jembatan antara sadar dan bawah sadar. Kita ambil contoh; mudahnya seperti kenangan-kenangan, kita mungkin tidak pernah mengingat kenangan saat sedang berpikir, namun kenangan yang tersimpan di memori bisa diingat kembali apabila kita ingin mengingatnya.

Hal semacam ini telah terjadi di masyarakat Indonesia sekarang ini. Di awal munculnya COVID-19 ke Indonesia dari bulan Maret hingga menjelang akhir tahun ini. Meskipun masyarakat tidak ingin mengingat awal muncul pandemi ini. Namun, secara tidak sadar masyarakat bisa mengingat kapan pertama pandemi ini muncul di Indonesia, karena ingatan ini secara tidak langsung telah menjadi kenangan di pikiran masyarakat sendiri.

Tingkatan kehidupan jiwa menurut Freud yang ketiga adalah ‘Ketidaksadaran’. Pendapatnya mengenai ini bahwa alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan dorongan yang ada dalam diri individu. Setelah masyarakat sadar bahwa menjaga kebersihan merupakan hal yang sangat penting. Mereka secara tidak sadar telah menanamkan prinsip bahwa menjaga kesehatan ini sangat penting, apalagi dalam kondisi seperti ini.

***

Nah, teman-teman dari penjelasan perubahan psikologis menurut Sigmund Freud di atas, telah dijelaskan mengapa manusia mengalami perubahan psikis dalam menghadapi kondisi yang berubah. Bacaan di atas, saya akan menuliskan beberapa cara untuk menghadapi kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh individu terkait virus COVID-19 ini.

Baca Juga  Mereka Tetaplah Guru, Bukan Penjahat Kriminal

Hal yang harus dilakukan saat kita terserang kecemasan adalah dengan relaksasi. Bisa dengan cara: duduk rileks dan tarik napas dalam-dalam, serta pikirkan hal positif yang terjadi di kehidupan kita. Pikiran positif kita juga mempengaruhi keadaan psikis kita lho.

Jadi, stay positif thingking teman-teman, sekian tulisan yang dapat saya tulis semoga bermanfaat untuk kita semua, terimakasih.

Editor: RF Wuland

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswi IAIN Surakarta semester 5 jurusan Akidah dan Filsafat Islam
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds