IBTimes.ID – Simposium Kawasan Timur Tengah dan Afrika (Timtengka) 2025 resmi dibuka di Aula Ar-Razzaq, Masjid Istiqlal Jakarta pada Senin (25/8/25). Acara bergengsi ini untuk pertama kalinya digelar di Indonesia dan berhasil menghadirkan ratusan pelajar, mahasiswa, akademisi, hingga tokoh lintas bidang dari dalam maupun luar negeri. Mereka berkumpul untuk mendiskusikan tema besar “Islam in the Era 5.0: Discovering New Landscape of Indonesian Islamic Society, Philanthropy, Education, and Economy in The Digital Era”.
Kehadiran forum ini menjadi momentum bersejarah bagi Indonesia, sekaligus menunjukkan peran aktif generasi muda muslim di kancah internasional. Dalam suasana khidmat, pembukaan simposium ditandai dengan sambutan para tokoh yang menegaskan pentingnya peran Islam di era digital dan Society 5.0.
Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi dan Penataan Dewan Masjid Indonesia (DMI), M. Arsjad Rasjid menekankan bahwa Islam bukan hanya sebatas ritual di masjid, tetapi juga harus memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan sosial dan ekonomi umat.
“Islam hadir juga memberikan kontribusi bukan hanya di masjid, tapi juga soal memberikan inovasi,” ujarnya dalam sambutan.
Senada dengan itu, Lukmanul Hakim, Tenaga Ahli Kementerian Ketenagakerjaan RI, menegaskan bahwa simposium ini tidak boleh berhenti pada tataran wacana belaka. Ia mendorong agar lahir ide-ide konkret yang dapat memberi manfaat bagi bangsa.
“Kami berharap dari kegiatan ini, ada outcome, ada produk yang bisa dijadikan landasan ke depan. Simposium ini harus melahirkan bibit-bibit unggul yang mengabdikan diri pada nusa, bangsa, dan agama,” tuturnya.
Koordinator PPIDK Timtengka, Ahmad Dailami Fadhil, melihat simposium ini sebagai peluang emas bagi generasi muda Indonesia untuk berani bermimpi sekaligus membangun jejaring global.
“Ini jadi momentum yang pas untuk anak-anak muda untuk bisa bermimpi. Simposium ini baru pertama kali diadakan di Indonesia, sebelumnya digelar di Mesir,” ungkapnya.
Kegiatan ini diikuti oleh para pelajar Indonesia dari 19 negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Kehadiran mereka diharapkan mampu menghadirkan perspektif segar dalam merespons tantangan zaman, khususnya dalam konteks perkembangan teknologi digital yang semakin pesat.
Selain menjadi ruang intelektual, simposium ini juga membuka peluang besar terjadinya kolaborasi strategis lintas negara. Para peserta diharapkan tidak hanya berhenti pada diskusi, melainkan juga melahirkan gerakan nyata untuk memperkuat peran Islam Indonesia di panggung global. Melalui interaksi lintas budaya, simposium ini diharapkan dapat mempererat hubungan antarbangsa sekaligus memperkuat identitas Islam Indonesia yang moderat dan inovatif.
Simposium Kawasan Timur Tengah dan Afrika 2025 bukan hanya sekadar forum akademis, melainkan juga wahana silaturahmi yang menghubungkan generasi muda Indonesia di luar negeri dengan tanah airnya. Dengan semangat kebersamaan, para peserta menyatakan tekad untuk menjadikan forum ini sebagai langkah awal dalam merumuskan gagasan-gagasan besar tentang pendidikan, filantropi, ekonomi, dan peran Islam di era digital.
(Soleh)

